TK Bunda Pertiwi
Tidak terhitung lagi sudah berapa banyak tahun, semenjak lulus dari sini. Bangunannya saja sudah banyak berubah. Guru-gurunya pasti sudah banyak yang ganti. Syahlana turun dari mobilnya. Ia sudah menarik tuas di bawah jok, untuk membuka bagasi mobil. Lalu mengeluarkan buku-buku yang berjumlah sepuluh eksemplar yang dikemas dalam kardus. Ia menutup bagasi. Membawa buku-buku itu masuk ke area sekolahan. Syahlana berjalan menuju ruang kepala sekolah. Bagian bawah gamisnya menuai angin, berkibar gemulai. Sesekali ujung pasmina jatuh ke dada, dan ia sibak kembali ke belakang.
"Assalamualaikum," ucap Syahlana, di depan pintu ruang kepala sekolah. Bangunannya memang banyak berubah, tetapi posisi kantor dan ruang kepala sekolahnya tidak pindah.
"Waalaikumsalam," jawab seorang wanita berjilbab dan berseragam guru motif batik. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Perkenalkan, nama saya Syahlana Latief, saya ingin bertemu dengan kepala sekolah," jawab Syahlana.
"Ibu Kepala Sekolah masih ada tamu," jawab guru tersebut. "Jika tidak keberatan, silakan menunggu, mari silakan masuk."
Syahlana menurut. Ia mengikuti wanita itu masuk ke dalam ruangan dengan satu set sofa di sana. Rupanya ruangan ini sudah diperluas. Jadi satu dengan ruang guru dan ruang tamu. Ruangan kepala sekolah berada di ujung ruangan, dikelilingi tembok dan berpintu.
Tidak lama kemudian, tamu di ruang kepala sekolah keluar. Seorang pria muda bersetelan jas. Ibu Kepala Sekolah dan pria itu tampak akrab. Mereka berbicara ramah dan saling tersenyum. Dari obrolannya yang bisa didengar oleh semua orang di dalam ruangan itu, sepertinya si tamu baru mendonasikan sesuatu. Ibu Kepala Sekolah berulang kali mengucapkan terima kasih. Jika diperhatikan dari bagusnya bangunan sekolah, tempat pendidikan ini tidak miskin-miskin amat sehingga membutuhkan sumbangan donasi. Masih termasuk sekolah elit.
Pria itu berpamitan, tanpa sedikit pun menoleh kanan-kiri, langsung keluar dari ruangan. Seperti ada kaca mata kuda di kepalanya.
Selanjutnya, giliran Syahlana yang menghaturkan tujuannya datang ke sekolah ini.
Rupanya, Ibu Kepala Sekolah itu dulunya adalah guru ajar, sebelum diangkat jadi kepala sekolah, sepuluh tahun lalu. Ia ingat pada Syahlana, sebagai alumni sekolah ini, kala itu. "Kamu satu-satunya anak murid yang keturunan campuran. Wajah kamu juga beda, jadi lebih identik diingat."
"Begitu ya, Bu?" Syahlana tidak berhenti tersenyum. Ia mensyukuri wajahnya mudah diingat. Kemudian, ia menyerahkan buku Cooking For Kids kepada Ibu Kepala Sekolah.
Juga dengan senang hati, Ibu Kepala Sekolah menerimanya dan mengucapkan terima kasih. "Oh ya, tamu saya tadi, juga alumni sekolah ini," ujar Ibu Kepala Sekolah.
"Oh ya? Angkatan tahun berapa, Bu?" tanya Syahlana.
"Kalau tidak salah dengar, dia bilang tahun 1993," jawab Ibu Kepala Sekolah. "Berarti seangkatan dengan kamu, Nak Lana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Istri Muda [COMPLETED]
RomanceAdrian dan Aisyah telah menikah lebih dari dua tahun. Tetapi belum juga mendapatkan momongan. Setelah diperiksa kesuburannya, rahimnya memiliki masalah, sehingga harus diangkat. Pernikahan yang tadinya jauh dari restu Rosana, ibunda Adrian pun kian...