Senja itu, Rosana ditemukan tidak sadarkan diri, dengan mulut berbusa. Tergeletak tidak beraturan di lantai yang dingin. Itulah sebabnya, saat Adrian mengetuk pintu, Rosana tidak menjawab sama sekali.
Segera saja, Adrian menggendong tubuh mamanya, membawanya ke mobil. Syahlana berusaha lebih tenang, dan mengikuti Adrian.
Dari ujung tangga atas, di lantai dua, Aisha tersenyum menyaksikan semua itu. Mungkin tidak akan ada lagi yang bisa menjadi pionnya untuk memuluskan semua rencananya, tapi ini lebih baik, daripada dirinya yang harus pusing mengarang alasan untuk membantah semua tuduhan yang mengarah pada dirinya, tentang hilangnya San.
"Mas, biar aku aja yang nyetir. Kamu temenin Mama di jok tengah." Syahlana ambil alih kemudi. Ia tahu, Adrian panik. Ia tidak ingin sang suami menyetir dengan pikiran kacau. Adrian setuju.
Adrian memangku kepala mamanya.
Beruntung, Syahlana tahu beberapa jalan pintas tercepat menuju ke rumah sakit, sehingga mereka tiba di sana tepat waktu.
Rosana dilarikan ke ruang unit gawat darurat. Mendapatkan pertolongan pertama.
Adrian begitu panik. Ia sangat takut kehilangan ibunya. Syahlana terus menemani dan memeluknya. "Kita berdoa sama-sama supaya Mama diberi keselamatan."
Adrian ganti mendekap Syahlana. "Aku bener-bener takut, Lana. Hal terakhir yang keluar dari mulutku untuk Mama adalah kebohongan. Mungkin Mama merasa kecewa sampai jatuh sakit lagi."
"Kamu jangan mikir begitu. Jangan mikir yang engga-engga, yah..." Tetapi Syahlana melihat sendiri, kalau tadi dari mulut mama mertuanya itu mengeluarkan busa putih. Seperti orang keracunan. Dan sempat ia lihat juga ada gelas bekas di meja kamarnya, yang airnya belum habis.
Tidak lama kemudian, keluarlah seorang dokter dari ruang unit gawat darurat itu. "Kalian keluarga pasien?" tanyanya.
Adrian dan Syahlana membenarkan.
"Bagaimana kondisi mama saya?" tanya Adrian.
Dokter itu terdiam sejenak. Menundukkan kepala. "Kami sudah berusaha menolongnya. Namun, Tuhan berkehendak lain. Kami menduga, pasien sudah meninggal dunia sebelum sampai ke rumah sakit."
Tentu saja, kabar seperti ini begitu mengejutkan bagi Adrian, juga Syahlana.
"Mama..." Adrian merasakan lemas di sekujur tubuhnya. "Mama..." Ia menangis.
"Dokter, tolong, periksa sekali lagi. Ini pasti ada yang salah." Syahlana seolah tidak percaya dengan hasil pemeriksaan dokter ini. Lantas, ia menghubungi Susan, yang juga bertugas di rumah sakit ini. "San, cepetan ke sini."
Susan pun setuju, dan akan mengajak Zafran ke sana.
Namun, mau berapa kali pun diperiksa ulang, kondisi Rosana tetap sama. Meninggal dunia.
Zafran memeriksa kondisi jantung Rosana. Jantungnya tiba-tiba mengalami kerusakan parah. Kedua matanya mengalami iritasi yang sangat parah, dan tampak memerah. Tekanan darah terakhir, sungguh kacau. Ia segera mengambil sempel busa putih di mulut Rosana yang belum dibersihkan. Lalu ia keluar dari ruang UGD. Menemui keluarga pasien, yang masih ditemani oleh Susan.
"Ee, kalau boleh tahu, apa yang terakhir kali dikonsumsi oleh Tante Rosana?" tanya Zafran.
"Kami gak tahu, Fran," jawab Syahlana. "Karena sebelum ini, kami di rumah adikku. Memang, siang tadi kami sempat pulang, tapi Mama sedang tidur. Kami berdua juga baru kemarin ini pulang dari Paris."
"Aku akan periksa busa putih yang tertinggal di mulut Tante Rosana ini ke lab," kata Zafran. "Karena aku curiga, Tante Ros mungkin mengalami keracunan makanan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Istri Muda [COMPLETED]
RomanceAdrian dan Aisyah telah menikah lebih dari dua tahun. Tetapi belum juga mendapatkan momongan. Setelah diperiksa kesuburannya, rahimnya memiliki masalah, sehingga harus diangkat. Pernikahan yang tadinya jauh dari restu Rosana, ibunda Adrian pun kian...