51. Meraba Fakta

155 4 0
                                    

Herlin bingung. Ia langsung mencari Komang di rumah Aco. Menceritakan tindakan Jannah yang mengambil paksa San dari dirinya. Tentu saja, Komang langsung emosi.

"Kenapa kamu kasih?" semprot Komang.

"Si Jannah maksa, Om. Coba Om cerita sama aku. Dia anak dari mana? Anaknya juga pinter banget melawan." Begitu yang Herlin ceritakan.

Komang yang bersiap hendak berangkat ke kota bersama Salman dan Aco lagi, langsung membatalkan rencana hari itu. Dia bersama rekan-rekannya, termasuk Herlin, langsung mendatangi rumah Jannah, untuk mengambil kembali San dari perempuan asli Jawa Timur itu.

Di rumah Jannah, San barulah mau dikasih makan, dimandikan, dan dipakaian baju. Jannah membelikan pakaian anak laki-laki di sebuah mobil penjual pakaian yang lewat di depan rumahnya.

"Terima kasih, Tante," ucap San, ketika Jannah membantunya memakai baju seusai mandi.

"Anak pinter," puji Jannah. Dia juga tidak menyangka, anak sekecil ini sudah tahu caranya bilang terima kasih. Tapi dilihat dari caranya tadi minta tolong, memang dia anak pintar.

"Nah, San sudah makan, sudah mandi, sekarang, San tidur siang, ya?" Jannah membawanya ke sebuah kamar tamu di kamar paling depan.

Sesampainya di dalam kamar yang bersih, itu, Jannah membimbingnya ke tempat tidur. "Tante," panggil San, sambil memegang tangan wanita itu.

"Ya?" Jannah mulai menyimak apa yang hendak San katakan.

"San sudah keseringan tidur. Boleh gak, lakukan hal yang lain?" tanya anak itu.

"Keseringan tidur gimana, Sayang?" Jannah tidak paham maksud San.

"Seingat San, sebelum ikut Om Komang, San pakai seragam sekolah warna hijau, karena itu hari Rabu." San mulai menjelaskan. "Tapi tadi San gak sengaja lihat kalender digital punya Tante. Ini hari Sabtu? Artinya, San sudah tidur hampir empat hari."

Jannah terkejut mendengarnya. "Apa yang sudah mereka lakukan ke kamu?" Nah, sampai sini, San tidak bisa menjawab, karena memang tidak paham. Anak itu cuma diam, dan menundukkan kepala. "Ya udah, kamu boleh melakukan apa saja selain tidur. Mau menonton televisi?"

San mengangguk saja. Jannah pun membawa anak tersebut ke ruang tengah. Menyalakan televisi, dan membiarkan anak itu mengatur sendiri tontonan yang diinginkan. Ia meninggalkan anak itu, dengan masuk ke kamar. Jannah menelepon seseorang dan memintanya datang.

Kemudian, terdengar suara ribut-ribut di depan rumah Jannah. Komang, datang bersama Aco, Salman, juga Herlin.

"Keluar kamu, Jannah!" teriak Komang. "Dasar perempuan kurang kerjaan, bisa-bisanya ikut campur sama urusan orang!"

Jannah melarang San keluar, walau anak itu juga dengar suara si Komang. "Kamu tunggu di dalam. Biar Tante yang atasi orang-orang jahat itu." Jannah meninggalkan ponselnya untuk San. "Kalau ada apa-apa, kamu hubungi nomor yang namanya Naing ini."

San mengangguk.

Jannah menghadapi Komang dan kawan-kawannya dengan tenang. "Apa sih ini, pada ribut-ribut begini di depan rumah orang!"

"Gak usah banyak bacot!" hardik Komang. "Kembalikan anak kota itu sama Herlin!"

"Anak itu bukan anaknya Herlin, juga bukan siapa-siapanya dia." Jannah menolak. "Anak itu sudah ceritakan semua yang dia tahu. Aku jadi curiga, kamu-kamu ini pasti menculik anak itu dari orang tuanya! Mengaku saja!"

"Bukan urusan kamu, ya! Kalau kamu gak balikin anak itu ke kami, kamu akan menyesal!" ancam Komang.

"Menyesal gimana, Om? Lebih nyesel lagi, kalo aku nurutin buat balikin anak itu ke Om!" lawan Jannah. Dia memang dikenal sebagai perempuan yang berani berantem, kalau untuk membela kebenaran dan kebaikan. Apalagi sekarang menyangkut anak kecil yang datang entah dari mana, dan meminta pertolongannya. "Gini aja deh, Om. Kita selesaikan masalah ini di rumah Pak Kades, atau... sekalian, aku teleponin Om Tentara yang bertugas di perusahaan sawit?"

Cinta Istri Muda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang