6. Ini Suatu Kebetulan, atau...?

446 97 481
                                    

Bukan hanya sekali ini Aisha mengajak Adrian makan di restoran Syahlana. Hampir setiap beberapa hari sekali. Makan siang atau makan malam. Setiap kali itu juga, Aisha selalu menyertakan Syahlana dalam obrolan mereka. Lama-lama, Adrian bisa membaca niat Aisha.

"Sha, jujur sama aku. Apa tujuan kamu?" Akhirnya pertanyaan itu terlontar pada istrinya.

"Tujuan apa sih, Mas?" Aisha balik bertanya demi menghindari prasangka. Demi mengamankan niat sesungguhnya. "Kan makanan di sana lezat. Aku sendiri gak pandai masak. Jadi, gak ada salahnya dong, aku ngajakin kamu makan di sana."

"Tapi ini keseringan loh. Seminggu, kita bisa tiga kali makan di sana. Pernah gak, sekali aja kamu ngajak ke restoran lain, kalau emang tujuannya buat makan aja?" Rupanya Adrian begitu teliti mengamati gerak-gerik Aisha.

Aisha mendesah. Belum saatnya ia mengungkapkan yang sebenarnya. "Ah, kamu nih, kebanyakan mikir ke mana, sih? Menu di restorannya Syahlana itu banyak. Banyak juga yang belum aku cobain, makanya sering banget dateng ke sana. Udahlah, gak usah mikir yang aneh-aneh."

"Ya udah, kalo kamu gak mau terus terang. Lain kali, aku gak mau makan di sana lagi." Sebenarnya apa yang Adrian hindari? Dirinya juga tidak mengerti.

Aisha tidak peduli. Ia harus memuluskan rencananya.

*

Suatu hari.

Rosana menghubungi Syahlana melalui telepon. "Sayang, akhir pekan ini sibuk, gak?"

"Engga juga, Tante. Kenapa?" tanya Syahlana.

"Tante mau undang kamu untuk makan malam di rumah kami. Dateng, ya?" rayu Rosana.

"Insya Allah, Tante," jawab Syahlana. "Boleh Lana ajak adik?"

"Boleh banget," pungkas Rosana dengan nada suara bahagia.

*

Rosana masih melanjutkan rencanaya mencari calon istri kedua buat Adrian, agar bisa memberikan keturunan pada keluarga Sudiro. Kandidat terkuatnya saat ini adalah Syahlana.

"Ian, malam minggu besok jangan ke mana-mana," kata Rosana. "Mama mau ngenalin kamu sama anak temen Mama."

"Astaga. Mama masih aja dengan rencana itu?" keluh Adrian.

"Masih," jawab Rosana dengan tegas. "Mama sangat mendambakan cucu, Ian. Kamu jangan merusak harapan Mama. Bisa, kan?"

"Tapi, Ma..." Adrian ingin menolak.

Tetapi Rosana selalu punya segudang cara untuk membuat Adrian menurut. "Kalau memang Mama gak diizinkan punya cucu, buat apa hidup lebih lama dengan membosankan? Lebih baik Mama mati aja." Termasuk mengancam.

"Ma, jangan ngomong begitu. Bukankah Adrian udah setuju untuk menikah lagi. Cuma, apakah ini gak terlalu cepat?"

"Kamu mau tunggu sampai kapan? Mama sudah tua. Entah kapan hidup Mama akan berakhir dimakan usia. Lebih cepat, lebih baik, bukan?"

Aisha mendengar perdebatan antara Adrian dan Rosana di ruang keluarga. Suaranya keras, sampai terdengar ke kamarnya di lantai dua. Mama mau ngenalin Adrian ke siapa? Aisha tidak boleh telat langkah. Ia buru-buru menelepon Syahlana.

"Lana, akhir pekan ini ada acara gak?" tanya Aisha.

"Ada, Sha," jawab Syahlana. "Emang kenapa?"

"Rencananya mau ngajakin jalan. Sebenernya pengen ke salon. Kita me time gitu, loh." Aisha menjelaskan.

"Waduh, kamu telat, Sha. Aku udah terlanjur ada janji sama orang. Kapan-kapan aja gimana? Gak mesti akhir pekan juga bisa."

Aisha benar-benar terlambat. Syahlana mungkin sibuk dengan orang-orang di restorannya pada akhir pekan. Semoga saja, Adrian bisa menolak wanita pilihan Rosana.

Cinta Istri Muda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang