12. Yang Terabaikan

547 45 190
                                    

Setelah menikah ini, Syahlana memang masih aktif di restoran, seperti saat belum menikah. Ia baru menyadari hal ini, ketika mengobrol dengan Akasma lewat video call.

"Meskipun istri muda, bakti dan tugasnya sebagai istri tetep sama, Lana." Kata-kata Akasma yang selalu Syahlana ingat sebagain pesan penting.

"Iya, Ma. Lana akan atur, supaya dua-duanya berjalan dengan baik," jawab Syahlana.

"Gimana dengan program kehamilan?" tanya Akasma.

"Baik, Ma. Lancar."

Seusai bicara di telepon, Syahlana berinisiatif menghubungi Zivara. Menyuruhnya datang ke restoran. Sang adik baru bisa datang setelah jam kuliahnya selesai.

"Ada apa sih, Kak?" tanya Zivara. "Gak biasanya nyuruh dateng."

"Kakak mau minta bantuan kamu," jawab Syahlana. "Ini penting."

"Bantuan apa, Kak?" tanya Zivara lagi. "Kakak mulai ditindas?" Ia malah asal menebak.

"Duh, asal ngejeplak!" omel Syahlana. "Makanya dengerin dulu."

"Iya, iya, kenapa sih emangnya?" Akhirnya Zivara lebih serius mendengarkan apa yang ingin kakaknya katakan.

Syahlana mulai menjelaskan. "Kakak mau kamu mewakili Kakak mengelola restoran ini."

Zivara melongo. "Yang bener aja, Kak? Bisa-bisa, semua makanan di sini aku makan sendiri. Kakak kan tahu, kita tuh berbanding terbalik. Kakak suka masak, aku suka makan."

"Kamu gak harus masak. Kan sudah ada koki sendiri di sini. Setiap awal bulan, Kakak tetep akan menciptakan menu baru. Demo masak juga. Kamu cukup jadi pengawas. Semua laporan keuangan kamu kirim ke kakak lewat email. Nanti kan kamu juga dibantu sama Lia. Gak ada yang susah."

"Emang kenapa Kakak tiba-tiba kepikiran melakukan ini?" tanya Zivara, pada akhirnya.

"Kakak ingin belajar jadi ibu rumah tangga yang baik," jawab Syahlana. "Seperti Aisha. Kasihan kalau dia urus semuanya sendiri."

Zivara terharu mendengar jawaban Syahlana. Meski istri muda, tidak lantas seenaknya bertingkah. Itulah kakak perempuannya. "Ya deh, Kak. Aku akan bantu Kak Lana."

"Makasih, Zi. Kamu selalu bisa diandelin."

"Jangan lupa aku digaji juga," kata Zivara, tidak serius.

"Beres!"

Di rumah.

Aisha kedatangan tamu. Sepupunya yang bekerja jadi TKW di Malaysia. Namanya Eliza. Dia bilang, masa kontrak kerjanya habis, dan belum mau memperpanjangnya.

"Boleh gak, Sha, untuk sementara waktu aku tinggal dulu di sini?" tanya Eliza. "Seengganya sampai aku bisa kontrak rumah sendiri."

"E, boleh aja, sih. Rumah ini kan besar. Ada banyak kamar. Dari pada kamu buang-buang uang untuk sewa rumah." Aisha mengizinkannya begitu saja.

"Makasih banget, Sha." Eliza memeluk Aisha.

Kehadiran Aisha saja sudah membuat Rosana muak. Ditambah lagi sepupunya, Eliza. Apalagi dia baru tahu kalau Aisha mengizinkannya tinggal. "Kamu pikir ini rumah penampungan, apa? Seenaknya mengizinkan orang lain tinggal?"

"Ma, Eliza kan gak lama di Jakarta. Dia hanya mau rehat bentar. Nanti juga dia kembali ke Malaysia, dengan kontrak kerja yang baru." Aisha berusaha menjelaskan.

"Nanti? Nantinya kapan?" tanya Rosana.

"Mungkin sebulan atau dua bulan ini," jawab Aisha. "Nanti ini kalau dia masih lama yang mau balik ke Malaysia-nya, aku akan suruh dia ngontrak."

Cinta Istri Muda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang