9. Membujuk

377 57 186
                                    

Di kediaman Keluarga Sudiro malam itu, juga terjadi pembicaraan yang hampir sama. Bedanya, ini keluar dari mulut Aisha.

"Aku mengizinkan kamu menikah lagi, hanya dengan Syahlana," tegas Aisha. "Aku gak akan rela jika posisi itu diberikan ke orang lain."

"Engga, Sha. Jangan paksa aku menikah lagi hanya karena ingin punya anak. Aku gak bisa menyakiti hati kamu." Adrian masih menolak.

"Mas, demi aku, demi Mama, demi masa depan keluarga ini, gak ada yang tersakiti. Aku gak akan sakit hati. Sebenarnya udah lama aku menyiapkan hatiku. Menyiapkan Lana buat kamu. Aku mohon." Aisha terus membujuk Adrian.

"Gak bisa, aku gak bisa, Sayang..." Adrian terus menolak.

"Ayolah, Mas... Jangan menolak dulu. Kamu pikirin baik-baik. Kamu melakukannya bukan cuma buat aku."

Adrian menggeleng.

"Kalau kamu cinta dan sayang sama aku, tolong lakukan. Nikahi Syahlana." Aisha terpaksa mengucapkan kalimat seperti ini. Agar Adrian berhenti menolak.

Adrian mendekapnya. "Kalau kamu bilang Syahlana itu berhati mulia, aku rasa hati kamu jauh lebih mulia. Gak banyak wanita bisa ikhlas dan sengaja membagi suaminya dengan wanita lain."

"Asal kamu bahagia, aku juga akan bahagia."

Keesokan paginya.

Syahlana datang bertamu ke rumah keluarga Sudiro, sebelum pergi ke restoran. Ia melihat mobil Adrian masih ada, berarti semua orang di keluarga itu masih ada di rumah. Kedatangannya pertama-tama disambut oleh Sumi. "Saya mau bertemu dengan semua orang di rumah ini," kata Syahlana.

"Baik, Non. Saya kasih tahu mereka dulu," jawab Sumi. Asisten rumah tangga yang usianya masih remaja itu mempersilakan Syahlana menunggu di ruang tamu.

Di kamarnya, Rosana sudah selesai mandi, dan sedang merias diri. Ia begitu senang, ketika diberi tahu oleh Sumi, bahwa Syahlana datang. Ia berharap kabar gembira yang akan didengarnya pagi ini.

Sementara itu, Adrian dan Aisha agak terkejut. Apa yang membuat Syahlana datang sepagi ini ke rumah mereka? Adrian segera merapikan pakaiannya. Aisha juga keluar lebih dulu.

Aisha menyambut kedatangan Syahlana. "Lana? Kamu sepagi ini ke rumah kami. Apa ada hal darurat?"

Melihat wajah ceria Aisha, sungguh bagaimana Syahlana menjelaskan semua ini. Ia tidak ingin ada kesalahpahaman. Namun, harus juga dikatakan. Menahan diri hanyalah menunda untuk menyakiti orang lain. "Ya. Ada hal yang ingin aku sampaikan ke keluarga ini."

Lalu keluar pula Rosana menyambut. "Lana, selamat datang, Sayang. Kamu sudah sarapan?"

"Lana tidak ingin dengar basa-basi, Tante. Maafkan, jika kedatangan aku ini terkesan tidak sopan." Syahlana ingin langsung bicara pada inti topiknya.

"Memangnya ada apa, Sayang?" tanya Rosana.

"Tante, Lana sudah dengar apa yang Tante inginkan. Mama sudah ceritakan semuanya." Syahlana memulai kata-katanya, ketika semua orang telah berkumpul.

"Memangnya, Mama ngomong apa sama Tante Akasma?" tanya Adrian.

Dengan senyuman penuh harap, raut wajah juga sarat dengan asa mendalam, Rosana menjawab, "Mama meminang Syahlana untuk jadi istri kedua kamu, Ian."

Aisha terkejut.

Terlebih lagi Adrian. "Astaga, Mama!"

Rosana tidak mempedulikan keterkejutan mereka. "Lantas, bagaimana, Lana? Kamu mau, kan?"

"Tante, Lana menunda nikah, bukan karena tidak laku. Lana begitu selektif memilih calon suami. Bukan berarti Lana akan memasukkan suami orang ke dalam kemungkinan pilihan. Lana gak mau terlibat menyakiti hati orang lain. Tante, Aisha ini menantu yang baik. Jangan hanya karena dia tidak bisa memberi cucu, lantas Tante bisa seenaknya menyuruh Adrian menduakannya. Itu gak adil, Tante." Syahlana mengemukakan penolakannya.

Cinta Istri Muda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang