Syahlana menelepon ke Jakarta, ke ipad-nya San. Ia memperhitungkan waktu, seharusnya di Jakarta saat ini masih pukul tujuh malam. Tapi tidak juga diterima.
"Apa dia lagi belajar ya, Mas?" Syahlana meminta pendapat Adrian. Sore itu, mereka masih di toko pastry.
"Coba telepon ke ponselnya Aisha," saran Adrian.
"Eh, iya. Coba deh." Syahlana pun melakukan yang Adrian sarankan.
Setelah terdengar beberapa kali nada sambung, barulah panggilan tersebut dijawab.
"Lana!" jawab Aisha.
"Iya, Sha. Ini aku. Em, gimana kabar orang-orang di rumah?" tanya Syahlana mengawali dengan basa-basi.
"Semuanya baik, kok. Kesehatan Mama semakin membaik. Sudah mulai mengurangi pakai kursi roda. Anak-anak juga tambah aktif. San itu, wah, gak bisa diam. Sama dengan Aurora. Main terus." Aisha menceritakan semua dengan antusias. "Kamu sama Mas Ian di sana gimana? Trus, temen kamu yang kecelakaan itu bagaimana?"
"Aku sama Mas Adrian baik-baik aja," jawab Syahlana. "Temanku, si Ilham itu kondisinya cukup parah. Membutuhkan pengobatan dan masa pemulihan yang gak sebentar. Mungkin aku dan Mas Adrian juga masih cukup lama di sini."
"Ya gak papa, nikmati aja. Anggap liburan," ujar Aisha. Tidak terdengar suara orang yang merasa rindu atau berat hati.
"Oh ya, aku ingin bicara dengan San. Bisa tolong panggilkan dia?" Syahlana mulai masuk ke topik utama.
"Eh, San dan Aurora sudah tidur, Lana," jawab Aisha.
"Tidur?" Syahlana memastikan di Jakarta jam berapa. Benar kok, masih jam tujuh. "Gak biasanya dia tidur jam segini. Apa dia sakit?" Tiba-tiba Syahlana merasa khawatir.
"Biasalah, namanya juga anak laki-laki. Seharian tadi main terus sama Aurora. Mungkin mereka berdua kecapekan, setelah makan malam, mereka tidur." Aisha memaparkan.
"Oh, gitu. Ya udah, besok tolong sampaikan ke San, aku akan telepon lagi. Ipad-nya suruh standby." Syahlana berpesan.
"Iya. Besok, aku akan sampaikan ke San," pungkas Aisha.
Setelah panggilan suara terputus, Aisha meletakkan ponselnya di meja, Tangan kirinya memegang sebuah benda. Ipad milik San. Ia pun teringat kejadian tadi siang.
Sepulang sekolah tadi, San dan Aurora seperti biasa bersenda gurau. Saling menceritakan kelucuan teman-teman mereka di sekolah.
Kemudian, San mengatakan pada Aurora, "Setelah makan siang, kita telepon Maman, yuk."
"Iya, Rara juga kangen sama Maman dan Papa." Aurora menyetujuinya.
Rupanya, rencana itu didengar oleh Aisha. Ia jadi gelisah. Kalau sampai San menceritakan cara dirinya memperlakukan anak lelaki tersebut, akan gawat.
"San! Ikut Mama Aisha!" perintah wanita itu.
San pun menurut. Ia mengikuti Aisha masuk ke kamarnya.
Aurora khawatir. Kira-kira, San berbuat kesalahan apa lagi? Tetapi ia tidak berani bertanya-tanya. Hanya menyimpan kekhawatirannya sendiri.
Di dalam kamar Aisha.
San hanya berdiri, juga menundukkan kepala. Tidak berani mengatakan apapun.
"Mana ipad kamu!" Aisha meminta ipad milik San.
"U-untuk apa, Ma?" tanya San.
"Mama Aisha harus menyita ipad kamu, sebagai bentuk hukuman, karena gara-gara kamu meminjamkan ipad itu pada Aurora, adik kamu jadi tidurnya kemaleman, dan saat pergi ke sekolah masih mengantuk dan lesu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Istri Muda [COMPLETED]
RomanceAdrian dan Aisyah telah menikah lebih dari dua tahun. Tetapi belum juga mendapatkan momongan. Setelah diperiksa kesuburannya, rahimnya memiliki masalah, sehingga harus diangkat. Pernikahan yang tadinya jauh dari restu Rosana, ibunda Adrian pun kian...