13. Hari-Hari Berlalu

454 62 184
                                    

Syahlana semakin mahir mengerjakan urusan rumah tangga. Belajar pada Aisha, Rosana, bahkan Sumi. Seperti pagi ini. Seusai salat subuh, ia tidak lantas kembali tidur. Ia menyiapkan sarapan, mencuci pakaian, dan menjemurnya. Semua dikerjakan dengan dibantu Sumi. Masih ada waktu, ketika menunggu semua orang bangun. Syahlana berinisiatif membersihkan daun-daun yang mengambang di kolam renang, dengan galah dan jaring di ujungnya.

Sebenarnya, Adrian juga tidak lanjut tidur. Diam-diam, ia memperhatikan apa yang dikerjakan istri mudanya. Sampai, ia melihat Syahlana begitu fokus membersihkan daun di kolam renang. Lalu ia berpura-pura baru bangun tidur. Mengendap-endap di belakangnya, dan... "Aku bantuin, ya!!"

Suara Adrian yang mengejutkan, membuat Syahlana hilang fokus dan keseimbangan. Dirinya tercebur ke kolam renang.

Adrian malah tertawa. "Sini, aku bantu naik."

Iseng, Syahlana membalasnya, dengan menariknya hingga tercebur juga. "Rasain, deh!"

Mereka berdua tertawa pagi itu. Sampai membangunkan semua orang.

Rosana menegur. "Kalian tuh kalo mau pacaran, jangan ribut, dong!" Ia ikut tertawa melihat tingkah anak dan menantunya itu.

Candaan pagi itu membuat Adrian dan Syahlana menuai wajah ceria sepanjang hari itu. Tersenyum-senyum sendiri saat mengerjakan aktivitas masing-masing.

Hari itu, sambil membuat adonan kue, dibantu Aisha, Syahlana bertanya, "Mas Adrian tuh suka ngopi gak, Sha?"

"Suka," jawab Aisha. "Tapi racikannya khusus dari tangan aku. Gak tahu kenapa bisa gitu. Nanti, kalau Mas Adrian mau minum kopi, kamu bilang sama aku."

"Oh, Oke." Syahlana mencium aroma ketidakrelaan Aisha mengajarinya resep kopi untuk Adrian. Ia masih bisa memahami ini.

Di suatu hari yang lain.

Syahlana sibuk menyetrika pakaian Adrian. Kata Aisha, kemeja biru muda ini kesukaan Adrian. Hadiah ulang tahun darinya sebelum menikah dulu. Kemudian, ponselnya berdering. Ada telepon masuk dari Adrian. Sebelum mengangkatnya, Syahlana mematikan setrikanya.

"Kebetulan aku lagi di pasaraya. Abis meeting di kafenya gitu. Kali aja ada kebutuhan rumah yang harus dibeli, atau mau ada yang dititip. Kan sekalian." Adrian berbicara di ujung sambungan telepon.

"Emang kalo dititipin belanjaan dapur, kamu bisa milih bahan makanan gitu?" goda Syahlana.

"Jangan salah...! Apa sih, yang Ian gak bisa," kelakar pria itu sambil terkekeh.

"Bentar ya, aku periksa dulu..."

Jadilah, keduanya mengobrol di telepon cukup lama. Ada kali, setengah jaman.

Tiba-tiba, Aisha memanggil, "Lana!"

Syahlana segera menyudahi obrolannya dengan Adrian. Menutup telepon. "Iya, Sha?" sahutnya.

"Cepet ke ruang setrika!" teriak Aisha.

Syahlana segera ke sana. "Ada apa, Sha?"

"Ini, kamu apain bajunya Mas Adrian? Aku udah bilang, ini baju kesayangan dia." Aisha panik. Ia menunjukkan kemeja biru itu sudah gosong dengan bentuk besi setrika, berwarna hitam dan berlubang pula.

"Astaga! Kok bisa begini?" Syahlana heran.

"Gimana kalo Mas Adrian sampai tahu hal ini? Dia bisa marah, dan marahnya gak akan sebentar." Aisha masih saja panik.

Lalu, Rosana datang. "Aisha, kamu itu sudah jadi istri Adrian dua tahun lebih, masih gak paham sama sifatnya? Dia tuh gak mungkin marah hanya karena hal sepele begini. Udah, Lana. Jangan ikut panik. Kalau Adrian marah, nanti Mama yang marahin dia." Lagi-lagi, Rosana bersikap membela pada Syahlana.

Cinta Istri Muda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang