15. Tak Terhindarkan

428 73 273
                                    

Usai sudah, bulan madu Syahlana dan Adrian. Mereka berdua pulang ke Tanah Air. Rosana dan Akasma menyambut mereka di depan rumah keluarga Sudiro. Hanya Aisha yang menunggu di dalam rumah. Tentu saja karena seperti biasanya, sikap Rosana yang ketus dan semakin dingin kepadanya setiap hari.

Kedua ibu itu begitu bahagia ketika anak-anak mereka datang. Apalagi Syahlana yang sejak menikah sangat jarang bertemu dengan ibunya. Mereka berdua saling berpelukan.

Lalu Rosana mengajak mereka semua masuk. Sementara itu, Sumi dan Ujang membantu membawakan dua tas koper dan satu koper tambahan yang katanya sih, berisi oleh-oleh.

"Sebenernya kalian mau lebih lama lagi bulan madunya, gak papa, loh," kata Rosana.

"Jangan, Ma. Nanti pekerjaan bisa terbengkalai," jawab Adrian.

"Ah, kamu, tuh... kerjaan melulu yang dipikir," keluh Rosana.

Giliran Akasma yang bicara pada Syahlana. "Mama tuh tadinya mau sama Papa ke sini. Tapi papamu masih sibuk."

"Gak papa, Ma. Kapan-kapan, Lana yang main ke kantor Papa," kata Syalana.

Kemudian, Adrian melihat Aisha baru turun dari lantai dua.

Aisha menyambut suaminya. "Mas, udah tadi nyampenya?" tanyanya.

"Baru aja, kok," jawab Adrian. ia berdiri, dan memberikan pelukan untuk Aisha.

Syahlana melihat itu. Awalnya ia cuek. Tetapi, sepertinya sikap begini juga salah. Ia ikut berdiri. "Aisha!" Ia ikut memeluk istri tua sang suami.

"Lana, aduh, gimana bulan madu kalian?" tanya Aisha yang seperti tidak sabar mendengar semua cerita.

"Nanti, aku ceritain semuanya," kata Syahlana.

Tidak sengaja, tatapan mata Aisha melihat kalung bulan bintang itu di leher sang istri muda. Selama menikah, Adrian belum pernah memberinya perhiasan semahal itu, kecuali mahar pernikahan mereka dulu. "Aku gak sabar mau denger ceritanya."

"Kami juga bawa oleh-oleh buat semuanya." Syahlana membuka satu koper baru yang dibawanya. Memang ada banyak beberapa benda sudah dibungkus kertas cokelat. Ia lebih dulu mengambil dua bungkusan yang agak besar. Membawanya ke hadapan Rosana dan Akasma. Ini jubah muslimah, buatan Turki. Bagus, deh. Diberikannya pada kedua wanita itu.

Tetapi, bukan senyuman yang diberikan Rosana pada Syahlana. "Bukan oleh-oleh seperti ini yang Mama mau."

Akasma paham. "Gak cuma Mbak Ros yang mengharapkan demikian. Mama juga."

Adrian juga paham. "Ma, kami baru menikah dua bulanan. Sabar, dong."

Lantas, Syahlana tersenyum. "Aku ngerti, apa yang Mama maksud," katanya. Sekali lagi, ia mengambil sesuatu, kali ini dari tas tentengnya. Sebuah kotak panjang, mirip kotak arloji berwarna biru. "Coba, Mama buka."

Aisha juga penasaran apa isinya.

"Mama sedih nih, kalau bukan seperti yang Mama harapkan." Rosana pun membuka kotak panjang itu.

Ekspresi semua orang terkejut, terutama Aisha, juga termasuk Adrian. Senyum malah mengembang di wajah Syahlana.

"Ini beneran?" tanya Rosana.

Syahlana mengangguk. "Aku udah telat seminggu ini."

Rupanya di dalam kotak itu berisi alat tes kehamilan dengan hasil positif hamil.

Kebahagiaan menghampiri wajah semua orang. Terutama Adrian, kecuali Aisha. Di wajah wanita itu terpancar kebahagiaan yang setengah jadi.

"Aku juga bener-bener baru tahu ini, Ma," kata Adrian. "Kenapa kamu gak bilang, Sayang?"

Cinta Istri Muda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang