Pukul sembilan pagi, jam istirahat sekolah. San berinisiatif ingin pergi ke toilet. Setelah selesai buang air kecil, rupanya, San dihadang oleh dua temannya. Azhka dan Jawdan.
"Eh, sekarang San temenannya sama anak kelas lain. Udah lupa sama kita!" tuduh Jawdan.
"Aku berteman dengan kalian semua, kok," jawab San dengan bijak, seperti biasa.
"Tapi kami lihat sendiri. Kamu lebih akrab sama si Rara itu. Kenapa? Kamu lebih suka main boneka, ya?" Azhka mengejek, lalu tertawa.
San tidak ingin menjawab mereka. Ia memilih menghindar. Tetapi kedua anak itu kembali menghadang.
"Sini dulu, kamu!" perintah Azhka yang sok jadi bos buat Jawdan.
"Ada apa lagi? Aku mau kembali ke kelas," kata San.
"Kamu harus nurut sama aku!" perintah Azhka lagi. "Awas kalau kamu berteman sama si Rara itu lagi."
"Memangnya kamu siapa sih, melarang aku berteman dengan Rara?" Lama-lama San marah juga kepada Azhka yang sok melarang.
"Kamu harus ngerasain dipukul dulu baru tahu alasannya!" Azhka memang berbadan besar. Bahkan melihat dia dan Jawdan, sudah seperti Giant dan Suneo dalam serial kartun Jepang Doraemon.
Tetapi, San tidak bodoh seperti Nobita. "Kamu pukul aku, aku gak akan tinggal diam. Aku laporin ke Bu Guru. Ayo, coba aja!" San malah menantangnya.
Berani juga nih anak, batin Azhka. "Dasar tukang ngadu! Awas aja kamu!" Kemudian ia lebih memilih pergi meninggalkan San. Jawdan juga mengikutinya.
Kemudian, San berjalan kembali ke kelas. Ternyata, ia bertemu dengan Aurora.
"San!" panggil Aurora. "Tadi mamaku bawain bekal roti lapis. Ada dua. Yuk, kita makan sama-sama."
San mengangguk. Ia mengikuti Aurora, duduk di depan kelas, sambil memakan roti isi daging cincang dan keju itu. Ada sayurannya juga.
Semua orang, termasuk Bu Zoya melihat keakraban kedua anak itu memang melebihi keakraban dengan teman-teman lainnya. Wajah mereka berdua sama-sama wajah blasteran.
Bu Haruni dan Bu Tia menghampiri Bu Zoya.
"Coba deh, perhatiin, wajah San dan Aurora itu agak mirip. Ya gak, sih?" Seperti biasa, Bu Haruni selalu memikirkan sesuatu yang tidak terpikirkan oleh orang lain.
Bu Tia dan Bu Zoya mengamati.
"Yah, engga juga, sih," jawab Bu Tia.
"Apa mungkin ya, kalau kelahiran seseorang bisa berpengaruh sama keakraban?" Tiba-tiba Bu Zoya mengatakan ini.
"Maksud kamu apa, Bu Zoya?" tanya Bu Tia.
"Aku tuh baru lihat data siswa. Gak sengaja menemukan, kalau San dan Auroa lahir di tanggal, bulan, dan tahun yang sama," jelas Bu Zoya.
Bu Haruni dan Bu Tia terkejut. "Masa, sih?"
"Ini kebetulan atau apa, coba? Lihat aja, mereka berdua akrabnya udah melebihi teman." Bu Haruni makin penasaran.
Kemudian bel berbunyi, tanda masuk kelas.
"Udah, ah. Gak usah mikirin gitu. Dari semua siswa di sini, kan rata-rata usianya sama. Pasti ada yang hari ulang tahunnya sama." Bu Tia mencoba berpikir rasional.
Hari berikutnya.
Lagi-lagi San dihadang oleh Jawdan dan Azhka. Mereka sama-sama baru keluar dari kelas.
"Ayo, ikut!" kata Jawdan. Ia dan Azhka membekuk San, menyeretnya ke belakang kelas, yang biasa sepi orang.
"Kita mau ngapain di sini?" tanya San. Ia hanya melihat semak-semak dan sebuah sumur yang ditutup dengan seng, ditindih batu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Istri Muda [COMPLETED]
RomanceAdrian dan Aisyah telah menikah lebih dari dua tahun. Tetapi belum juga mendapatkan momongan. Setelah diperiksa kesuburannya, rahimnya memiliki masalah, sehingga harus diangkat. Pernikahan yang tadinya jauh dari restu Rosana, ibunda Adrian pun kian...