Aisha membawa Aurora ke apartemen barunya, rupanya ia sudah membelikan pakaian baru untuk baju ganti sang anak. Apakah ia sudah merencanakan ini?
"Ra, mandi dan ganti baju dulu ya, Sayang. Setelah itu kita bisa pergi jalan-jalan, seperti yang tadi mama bilang." Begitu kata Aisha.
"Iya, Ma." Aurora menurut.
Aisha mematikan ponsel. Ia tidak mau dengar kemarahan Adrian, karena sudah lancang membawa pergi anaknya tanpa izin.
Sementara itu, Adrian sudah menebak, pasti Aisha yang bawa pergi Aurora. Ia terus menelepon Aisha, tapi tidak dijawab-jawab. Maka, Adrian segera mendatangi apartemen Aisha. Lokasinya memang tidak jauh dari rumah keluarga Sudiro. Namun, sesampainya di sana, Adrian tidak menemukan siapa-siapa. Jangankan orangnya, mobil Aisha juga sudah tidak ada. Lantas, Adrian menemui petugas keamanan.
"Loh, bukannya penghuni apartemen nomer 17 itu sudah pamitan mau pindah ke luar kota, ya?" Begitulah informasi yang didapatkan Adrian dari petugas keamanan apartemen tersebut.
"Pindah?" Tentu saja Adrian terkejut. Waduh! Ke mana Aisha mau membawa anaknya?
Aisha memang punya niat hendak membawa pergi Aurora bersama dirinya. Ia tahu, mendapatkan cinta Adrian kembali, bukan lagi prioritas. Apalagi kemunculan Syahlana seakan memberikan sinyal, semua rencana Aisha tidak akan berhasil. Tersisa satu, dan dirinya enggan rugi. Bukankah Adrian masih punya satu anak lagi. Tidak akan rugi, jika satu anak ia yang bawa pergi, bukan? Niat buruk apa ini, yang tengah menguasai ego Aisha?
"Mama, kita mau pergi ke mana sih? Kok gak sampe-sampe?" tanya Aurora. Ia melihat pemandangan sepanjang jalan. Mobil memasuki ruas jalan tol.
"Kita akan jalan-jalan ke tempat yang bagus, Sayang," jawab Aisha, sambil terus menyetir.
"Tapi, Ma. Aku mau telepon Papa," kata Aurora.
"Nanti aja. Mama harus fokus menyetir. Gak bisa disambi buka tas dan ambil handphone."
Untuk sementara, Aurora bisa mengerti, dan tidak memaksa.
Tetapi Adrian kebingungan. Ia hanya tahu Aisha berasal dari Bandung. Tidak tahu ke tempat lain. Kerabatnya hanya si Eliza yang sekarang kerja di Malaysia jadi TKW. Tapi Adrian tidak punya nomor ponselnya. Ia pun berencana hendak menyusul ke Bandung. Sebelum berangkat, ia menjenguk Rosana dulu di rumah sakit.
Rosana menjalani masa pemulihan dengan baik. Langsung di bawah pengawasan Dokter Zafran. Sesekali, Susan juga menjenguk. Dirinya memang dapat permintaan dari Syahlana, untuk terus mengabari kondisi Rosana.
Melihat Adrian datang, wanita itu merasa senang.
"Ma, gimana perasaan Mama hari ini?" tanya Adrian.
"Mama merasa sehat," jawab Rosana. "Di sini, sering ditemani sama Dokter Susan juga. Ternyata, dia ini dulu temen sekolahnya Syahlana, ya..."
Kebetulan, Dokter Susan baru selesai bertugas, dan mampir ke kamar rawat Rosana. "Bukan hanya temen sekolah, Tante. Mungkin Tante gak ingat, dulu aku yang bantu Syahlana lahiran."
Untuk sementara, Rosana dan Susan terlibat obrolan santai.
Sedangkan Adrian hanya tenggelam dalam kebingungannya sendiri.
"Ian," panggil Rosana. Membuyarkan lamunan putranya.
"Ya, Ma?"
"Setelah dengerin cerita Dokter Susan, pas Lana lahiran, Mama kok jadi kangen sama Rara, ya?" Pembahasan ini yang paling Adrian hindari. Tetapi tidak mungkin lagi. Apalagi setelah sang mama berkata, "Besok, bawa Aurora ke sini ya."
"Ma, ada kabar yang kurang bagus terjadi," kata Adrian yang tidak mungkin menyembunyikan fakta. "Aisha membawa pergi Aurora tanpa sizin aku. Aku berniat cari mereka malam ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Istri Muda [COMPLETED]
RomanceAdrian dan Aisyah telah menikah lebih dari dua tahun. Tetapi belum juga mendapatkan momongan. Setelah diperiksa kesuburannya, rahimnya memiliki masalah, sehingga harus diangkat. Pernikahan yang tadinya jauh dari restu Rosana, ibunda Adrian pun kian...