36. Membebaskan yang Terkurung

289 23 36
                                    

Dalam perjalanan pulang dari makan malam itu, anak-anak tertidur di tempatnya masing-masing. Aurora di jok depan, samping Adrian, sedangkan San, di jok belakang, dengan kepalanya di pangkuan Syahlana.

"Ee, itu tadi... soal Ilham, benarkah cuma begitu saja hubungan kalian?" tanya Adrian yang masih saja cemburu.

Syahlana mendesah. "Aku udah jelasin semuanya. Kamu masih mau dengar yang seperti apa lagi?"

"Ya, engga, sih. Dia pasti menjaga kalian dengan baik," tandas Adrian.

"Sejujurnya, ya. Dia menjaga aku dan San sejak pertama kali kami bertemu kembali di Italia kala itu. Saat itu, San masih sangat kecil, dan berada dalam gendonganku." Syahlana menceritakan bagaimana dia bertemu dengan Ilham tanpa sengaja. "Tapi pada kenyataannya dia memang teman lamaku."

Meski sudah dijelaskan, tetap saja, Adrian masih merasa cemburu dan khawatir.

Sesaat mereka sama-sama diam. Syahlana membelai kepala San. Adrian fokus menyetir. Kemudian, Syahlana bertanya, "Boleh gak, aku ketemu sama Aisha?"

"Untuk apa?" Adrian balik bertanya. "Mungkin dia gak akan suka."

"Setidaknya, dia sudah berjasa merawat dan membesarkan Aurora. Aku hanya ingin berterima kasih," ucap Syahlana. Seperti biasa, ia mengatakan sesuatu yang bisa menyenangkan orang lain, tapi tidak dirinya sendiri.

"Mau aku temenin?" tanya Adrian.

"Gak perlu. Aku juga gak ingin menambah masalah. Kalau Aisha melihat kita jalan berdua, mungkin dia akan terganggu."

Kasus penculikan dengan tersangka Aisha masih didalami oleh polisi. Belum jadikan dakwaan. Walau belum benar-benar terbukti bersalah, Namun, sesuai dengan laporan Rosana, pelapor tidak ingin sang menantu itu bebas lebih cepat.

Hari itu, Aisha masih menjadi tahanan di kantor polisi. Mengenakan pakaiannya sendiri, belum jadi seragam tahanan. Yang dilakukannya hanya diam dan melamun.

Kemudian, datang seorang polisi wanita. "Ibu Aisha, ada tamu yang ingin bertemu."

Tiba-tiba, wajah Aisha sumringah. Tersenyum bahagia. "Apakah anak saya, Bu?"

"Temui saja dulu," kata Polwan tersebut. Ia membukakan pintu sel tempat Aisha dikurung. Lalu membimbingnya menuju ruang besuk.

Aisha terkejut, sekaligus merasa marah, ketika melihat siapa yang datang. Syahlana. Sang istri muda itu mengenakan gamis berwarna cokelat muda, dengan hijab pashmina berwarna cokelat lebih tua. Begitu cantik dan anggun.

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Aisha penuh rasa benci.

"Aisha..." Hati Syahlana terenyuh melihat kondisi Aisha sekarang. "Kenapa sampai begini, Sha?" Tidak sampai hati. Ia melangkah dan menghampiri Aisha. Tanpa ragu, dipeluknya sang istri tua itu, dengan perasaan iba.

Tiba-tiba, Aisha mendorong Syahlana, hingga melepaskan pelukan itu. "Kamu gak perlu bersikap sok baik sama aku! Kamu pasti tahu kan, kenapa aku bisa sampai ada di tempat ini?"

Syahlana tidak tahan lagi. Air matanya menetes. Ia mengangguk. "Aku akan membantu kamu. Aku akan berusaha mengeluarkan kamu dari sini."

Hati Aisha seolah sudah tertutup dengan semua kebenciannya pada Syahlana. "Kamu gak perlu sok baik sama aku. Pasti hati kamu sedang tertawa saat ini. Kamu bersiap mau mengambil alih kembali Mas Adrian dan anak-anak kalian, kan? Sementara aku harus menderita di sini, dan dituduh sebagai penculik anak. Ya, kan?"

"Aisha, stop! Hentikan berpikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan! Mana mungkin aku berbuat demikian terhadap kamu. Kamu adalah ibu yang terbaik untuk Aurora. Kamu membesarkannya jadi anak yang cantik dan baik. Ribuan terima kasih, gak cukup untuk membalas semua kebaikanmu itu."

Cinta Istri Muda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang