52. Sandiwara Gagal

195 6 0
                                    

Hari itu juga, Adrian dan Syahlana pulang ke rumah keluarga Sudiro. Zivara meminta mereka pura-pura tidak tahu soal hilangnya San. Sambil melihat situasi, bagaimana reaksi Aisha.

"Aku gak nyangka, kalian pulang secepat ini," sambut Aisha.

Syahlana memang bisa tidak membahas hilangnya San sekarang. Namun kekhawatirannya sudah melebar, dan mulai memikirkan Aurora. "Mana Aurora?"

"Dia ada di kamarnya," jawab Aisha.

Syahlana segera pergi ke kamar Aurora.

Sedangkan Adrian, sunggung ingin melabrak Aisha dengan semua kelakuannya itu.

"Oh ya, Mas. San menginap di rumah Zivara," kata Aisha.

"Iya. Aku sudah tahu," sahut Adrian dingin.

Walau Aisha belum mengetahui apa yang sudah diketahui suami dan istri keduanya itu, ia merasa sikap mereka berdua cukup aneh.

Aurora begitu senang ketika melihat Syahlana datang. "Maman!" Anak itu menghambur dalam pelukan ibunya.

"Aurora, mau ikut Maman tinggal di rumah Tante Zi?" tanya Syahlana.

"Mau! Mau!" Aurora terdengar begitu butuh dibawa pergi jauh dari rumah ini.

"Ayo, kita kemasi baju-baju kamu, bawa semua perlengkapan sekolah. Nanti berangkat sekolah dari sana." Ia menuntun Aurora menghampiri lemari pakaian. Ia mengambil tas koper milik Aurora.

Tiba-tiba, Aisha muncul. "Lana, kamu mau bawa Aurora ke mana?"

"Aku akan mengajak Aurora tinggal bersama aku di rumah Zivara," jawab Syahlana. Ia gagal menyembunyikan kekecewaannya pada Aisha.

"Gak boleh! Aurora akan selalu tinggal di sini, sama aku." Aisha mencegah.

"Kamu gak berhak melarang aku membawa pergi anakku sendiri!" Syahlana sudah gagal pula menahan emosinya.

"Anak kamu? Kenapa sikap kamu begini, Lana?" Aisha seperti orang yang pura-pura bodoh.

Sungguh Syahlana tidak tahan lagi. Tetapi, dia memang harus tetap diam. "Aku, hanya akan mengajaknya selama beberapa hari. Kamu tahu kan, aku kurang pandai mengurus anak perempuan. Biar aku belajar."

"Aku tetep gak ngebolehin," kata Aisha.

Lalu, Aurora berkata, "Ma, aku mau ikut Maman. Boleh ya? Boleh ya?"

"Gak boleh, Rara!" Aisha tetap bersikeras melarangnya.

Karena terus dilarang, Aurora jadi menangis. "Aku mau ikut Maman!"

"Aurora, kamu pergi ke Papa dulu, nanti Maman menyusul," kata Syahlana.

Maka, dengan cepat, Aurora segera keluar dari kamar, dan mencari papanya.

Tinggallah Aisha dan Syahlana di kamar anak-anak itu.

"Apa yang sebenarnya kamu pikirin, Sha? Apa rencana yang sudah kamu buat?" Ini sudah jadi batas kesabaran Syahlana. "Kamu boleh membenci aku, membenci anak-anakku. Aku tahu, perasaan gak ikhlas itu masih tinggal di hati kamu. Tapi kenapa kamu sampai tega memperlakukan anak sekecil San sedemikian tidak manusiawi?"

"Maksud kamu apa, sih? Bukannya San nginep di rumah Zivara, sejak kalian berangkat ke Paris?" Aisha masih saja bersandiwara.

Syahlana bagaikan air yang biasanya tenang, lalu tertiup badai, hingga jadi berkecamuk, lalu membuncah. Emosinya tidak terbendung. Kesabarannya sudah habis. Ia yang biasanya lembut, kini begitu saja meluapkan kemarahannya. "Kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk dengan anak-anakku, aku gak akan melepaskan kamu!"

Cinta Istri Muda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang