61. Penebusan

290 9 0
                                    

Sidang putusan atas kasus yang menjerat Aisha digelar. Kasus yang menyeretnya berhadapan dengan hukum, antara lain adalah penculikan terhadap anak usia enam tahun Muhammad Hassan Ramadan, juga pembeli arsenik ilegal, dan pembunuhan berencana terhadap ibu mertuanya, Rosana Ramadan.

Syahlana dan Adrian hadir dalam persidangan itu.

Aisha mengenakan kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam. Kepalanya terus tertunduk. Ia didampingi oleh seorang pengacara yang disediakan oleh lembaga hukum. Berita acaranya dibacakan hakim dan rekan-rekannya secara bergantian.

"Semua bukti telah diperiksa dan valid. Sedangkan saksi telah memberikan kesaksiannya. Kesemuanya itu telah membuktikan dengan akurat, bahwa terdakwa melakukan semuanya dengan sengaja. Oleh karena itu, berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), kami menuntut hukuman penjara seumur hidup untuk terdakwa," kata Jaksa Penuntut Umum (JPU).

Hakim membaca kembali garis besar dalam berita acara. Berunding dengan rekannya di kanan dan kiri. Sehingga menemui kesepakatan. "Kami memutuskan, menyetujui tuntutan Jaksa, menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup untuk Ibu Aisha." Palu pun diketok tiga kali.

Tampak, Aisha terpukul mendengar semuanya. Penyesalan sudah terlambat. Ia menundukkan kepala, menyembunyikan tangisnya di balik juntaian rambut.

"Aisha..." Seseorang menghampiri, dan menyebutkan namanya.

Aisha menghapus air mata dengan kedua tangannya, lantas mengangkat kepala, melihat siapa yang datang. Adrian. "Puas kamu, Mas?"

"Kamu masih belum sadar juga, ternyata. Masih saja menyalahkan orang lain atas apa yang sudah kamu lakukan." Adrian menghela napas.

Aisha kembali menangis.

"Aku menemui kamu, hanya ingin menalak kamu. Mulai saat ini, kita tidak lagi punya hubungan suami dan istri. Aku jatuhkan talak satu untuk kamu. Semoga, semua yang sudah kamu alami ini menjadi pelajaran berharga, agar ke depannya kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik." Adrian mulai berbalik.

"Mas!" panggil Aisha. "Aku mohon, jangan lakukan ini sama aku..."

"Aku gak bisa lagi hidup bersama orang yang sudah membunuh mamaku," kata Adrian, sembari berjalan menjauh darinya.

Aisha berdiri, hendak menyusul Adrian. "Mas, tunggu! Jangan pergi! Jangan ceraikan aku! Aku mohon!!" Namun dirinya ditahan oleh dua polisi.

Sepanjang perjalanan pulang, Adrian menyetir dalam diamnya. Sedikit pun tidak bicara. Syahlana bisa mengerti, sehingga ia pun tidak mengatakan apa-apa padanya. Ia memahami semua kesedihan dan rasa sakit dalam hatinya.

Hari ini juga, Aisha dipindah ke Rutan Kelas 1 Cipinang, yang berlokasi di Jalan Bekasi Timur Raya, Jatinegara. Ia telah mengenakan seragam narapidana, semenjak sampai di sana. Mendapatkan sebuah sel, berbaur dengan narapidana wanita lainnya. Sebagian narapidana di sini tahu, kalau akan ada narapidana baru, kasusnya penculikan hingga pembunuhan. Sedikit tidak menyangka, kalau narapidana baru itu berwajah cantik, dan masih muda. Tidak kelihatan seperti orang jahat. Hal itu malah membuat orang muak. Apesnya lagi, para narapidana lama itu bukan orang-orang yang baik.

Hari-hari bak neraka pun mulai dijalani Aisha. Sepertinya Tuhan mulai menurunkan hukumannya di dunia. Ia kerap mendapatkan perundungan dari mereka. Bahkan, ada yang tega melukai wajahnya, hingga meninggalkan bekas. Seorang oknum sipir wanita yang bertugas, juga memiliki hati yang busuk, sehingga kerap melakukan pembiaran.

Pada suatu malam, di sudut ruangan sel, Aisha duduk sembari memeluk lututnya sendiri. Ia tidak berani memejamkan mata, karena bisa saja, salah satu narapidana itu melakukan sesuatu padanya. Seperti waktu itu, ketika sedang tidur, mereka membakar rambutnya dengan korek api. Kecantikan fisiknya semakin menghilang. Dirinya bukan lagi istri seorang pengusaha muda yang tampan dan kaya. Dirinya hanyalah seorang istri yang dibuang karena dosa-dosanya. Malam itu, tangis Aisha pecah. Mengingat semua perbuatannya. Seandainya waktu bisa terulang, lebih baik, ia mengikhlaskan nasib pernikahannya. Ia mengingat-ingat, bahwa selama ini Syahlana tidak pernah berbuat sesuatu yang menyakitinya. Tidak pernah sok-sokan sebagai istri muda yang disayang suami dan mertua. Bahkan rela meninggalkan seorang anak perempuan untuknya, juga meninggalkan cintanya, demi kebahagiaan Aisha juga. Bahkan selalu memaafkan semua kejahatan yang Aisha lakukan. Aisha menangis sesenggukan.

Cinta Istri Muda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang