62. Restu Seorang Istri

814 13 3
                                    

Bagaikan mendengar guntur terbesar dalam sejarah hidupnya. Adrian menolak keinginan Syahlana. "Aku pernah mengalami situasi seperti ini, dan tidak, Sayang. Tidak lagi. Apalagi, sekarang ini, seluruh perasaanku hanya buat kamu. Aku gak sanggup membaginya."

"Mas, coba pakai hati nurani kamu. Aisha itu sebatang kara. Dia tidak punya orang tua, saudara, apalagi anak. Suami yang dia cintai meninggalkannya. Betapa hidupnya sangat menyedihkan sekarang ini." Syahlana ingin Adrian rujuk dengan Aisha. Menikahi kembali wanita itu. "Aku tahu, di dalam lubuk hati kamu yang paling dalam, perasaan kamu pada Aisha masih ada."

"Gak ada, Sayang! Aku hanya mencintai kamu. Semenjak apa yang sudah diperbuat Aisha pada keluarga ini, perasaanku sama dia luntur begitu saja. Lenyap. Sudah gak ada lagi." Adrian bersikukuh menolak.

"Mas, tolong kamu pertimbangkan baik-baik. Pikirkan dengan matang. Tetapi, kalau memang pada akhirnya keputusan kamu tetap sama, aku akan berhenti memohon. Hanya saja, jika sesuatu yang paling buruk terjadi pada Aisha, entah sampai kapan aku bisa menanggung perasaan menyesal dan bersalah, karena belum bisa membahagiakan orang yang sudah mempertemukan kembali aku dan kamu." Kemudian Syahlana meninggalkan Adrian di ruang kerjanya di rumah keluarga Sudiro.

Adrian semakin memahami sifat Syahlana. Karena ini juga, dirinya semakin tidak ingin melukainya. Tetapi, baiklah, ia akan mempertimbangkan permintaan sang istri.

Malam hari, sepulang dari kantor, Adrian datang membesuk Aisha. Karena wanita itu masih seorang narapidana, ruang ICU dijaga oleh seorang polisi lelaki. Adrian tidak masuk ke dalam. Hanya melihatnya dari luar.

Wanita yang dulunya begitu cantik dan baik. Berakhir menjadi seorang wanita yang sangat menyedihkan. Mau menyalahkan siapa? Semua orang ikut terlibat menciptakan sosok terburuknya ini, termasuk Adrian sendiri.

Berbagai kata seandainya bermunculan di pikiran Adrian. Salah satunya, seandainya bisa memutar ulang waktu, seandainya tahu akan bertemu kembali dengan Syahlana, mungkin ia tidak akan menikahi Aisha. Namun, karena bertemu dan mengenal Aisha, kekosongan dan kerinduannya pada sosok teman kecilnya sedikit terobati. Semenjak menikah, Aisha adalah istri yang sangat baik. Tidak pernah lalai melakukan tugasnya selama ini. Bahkan ketika ditindas mertua, kesabarannya cukup kuat. Hal-hal seperti itulah yang menumbuhkan rasa cinta dan sayang di hati Adrian untuknya. Ketika disuruh menikah lagi demi mendapatkan anak, muncul rasa keberatan. Hanya saja, takdir memang tidak bisa dilawan.

"Aisha, kamu harus bertahan," ucap Adrian dengan lirih.

Keesokan paginya.

Syahlana tengah menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya, tentu saja dibantu Sumi. Ketika sedang membuat sandwich, mengisinya dengan daging dan sayuran, menyeruakkan aroma mentega yang harum, seseorang datang dan memeluknya dari belakang. Syahlana tahu siapa dia. "Cepet banget kamu sudah siap jam segini, Mas?"

Adrian tersenyum. "Ya. Aku gak mau kalah sama anak-anak, dong."

Syahlana tertawa pelan. "Tapi anak-anak sudah siap gak tuh?"

"Kayaknya sih, udah," kata Adrian. "Sayang..." Ia membalik badan Syahlana, sampai menghadap dirinya.

"Apa?" tanya Syahlana. "Belum selesai ini."

"Aku mau ngomong sesuatu, dan harus sekarang. Sebelum berubah pikiran." Adrian memaksa.

"Ngomong apa?" tanya Syahlana lagi. Ia penasaran, dan tidak menyangka, apa yang keluar dari mulut sang suami.

"Aku akan menuruti permintaan kamu," jawab Adrian.

Air mata haru sudah menumpuk di pelupuk mata Syahlana. Ia tahu, permintaan mana yang dituruti sang suami.

Cinta Istri Muda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang