Adrian mendengar kabar bahagia itu, dari Rosana. "Beneran, Ma? Syahlana udah gak lagi menolak kembali sama kita?" Rasanya hampir tidak percaya. Apalagi mendengar cerita tentang perubahan sikap Aisha. Rasanya seperti mimpi.
"Bener, Ian. Maka dari itu, Mama ingin kamu menjemput Syahlana dan San, untuk kembali melangkah masuk di rumah kita." Rosana juga terdengar begitu antusias.
Memang, Syahlana menganggukkan kepala, menyetujui permintaan Aisha, agar bisa kembali ke keluarga Sudiro. Tetapi, ada hal lain yang menjadi beban pikirannya. Apa yang harus dia katakan kepada San, kenapa mereka tinggal di rumah keluarga itu? San adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pertanyaan "kenapa" tidak cukup satu kali diutarakan. Lagi pula, secara agama, hubungan Syahlana dan Adrian, bukan lagi suami dan istri.
Zivara kembali ke Bandung. Acara tahlilan akan segera berakhir. Sesampainya di Bandung, ia menceritakan yang terjadi di Jakarta, pada Akasma. Sang ibu, bukannya merasa senang, malah menunjukkan kekhawatirannya.
"Kamu yakin, Zi, kakakmu mau kembali ke keluarga itu?" tanya Akasma sekali lagi.
"Bener, Ma. Aku melihat, dan mendengar dengan jelas pembicaraan mereka di ruang besuk penjara. Saat ini, Aisha lagi dipersiapkan untuk segera bebas dari penjara, dan boleh kembali ke rumah mereka."
Akasma mendesah. "Walau kakakmu itu anak mama juga, tetapi terkadang, Mama gak ngerti dengan sikapnya. Tapi, menurut yang sudah-sudah, Mama gak yakin, dia beneran mau kembali ke keluarga mereka."
"Aku juga suka gak paham dengan keputusan Kak Lana," pungkas Zivara.
Sepulangnya dari kantor, Adrian mampir ke rumah Syahlana. Membawakan sekotak kue strawberry cheesecake yang dibelinya dekat kantor. Dia bilang, kuenya untuk San. Anak itu sangat senang menerima kue tersebut. Lalu, anak itu membawa kuenya ke ruang makan, untuk dimakannya.
Tinggallah Adrian dan Syahlana berdua di ruang tamu. "Lana, benarkah kamu udah bersedia kembali sama aku?"
Syahlana menghela napas panjang. "Aku juga gak mengerti dengan jalan pikiranku sendiri. Bagaimana aku bisa mengiyakan dengan mudah semua ini."
"Apa maksud kamu?" tanya Adrian.
"Apa kamu gak memikirkan betapa rumitnya urusan kita semua? Meski Aisha sendiri yang meminta semua ini, tapi urusannya gak semudah itu, Mas. Status kita, ketidaktahuan anak-anak kita. Semuanya sungguh rumit. Aku harus jelasin apa sama San, kalau kamu adalah papanya?"
Adrian terdiam. Begitu kompleks apa yang dipikirkan Syahlana. Tidak satu pun orang lain yang memikirkan hal ini. Dirinya juga, bagaimana akan menjelaskan pada Aurora tentang status Syahlana.
Tiba-tiba, "Papanya San?" San sudah berdiri di antara ruang tamu dan ruang tengah. Dengan tangan memegang piring berisi kue, yang potongannya ala anak-anak, tidak rapi. "Maksudnya apa, Maman? Oncle?"
Inilah yang Syahlana takutkan. "Kemarilah, San. Duduk sini sama Maman."
San pun berjalan pada mereka. Meletakkan kuenya di meja. Lalu duduk di antara Syahlana dan Adrian. "Ada apa, Maman?"
Adrian masih tidak bisa membaca rencana Syahlana. "Kamu mau kasih tahu San?"
"Aku rasa, hal ini gak bisa lagi disembunyikan," jawab Syahlana. Ia lantas menatap San. "Tidak ada waktu yang lebih tepat, kecuali saat ini."
Adrian penasaran, bagaimana Syahlana akan menjelaskan ini semua pada San. Ia memilih jadi penyimak.
"San ingat, waktu itu San bertanya apa itu ayah?" tanya Syahlana pada San.
San menganggukkan kepala.
"Semua anak di dunia ini, pasti memiliki ibu dan ayah. Selama ini, San memiliki maman, sebagai ibunya San. Tetapi San dari kecil tidak pernah bertemu atau mengenal pere-nya San. Ya, kan?" Syahlana harus hati-hati dalam memilih cara penjelasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Istri Muda [COMPLETED]
RomanceAdrian dan Aisyah telah menikah lebih dari dua tahun. Tetapi belum juga mendapatkan momongan. Setelah diperiksa kesuburannya, rahimnya memiliki masalah, sehingga harus diangkat. Pernikahan yang tadinya jauh dari restu Rosana, ibunda Adrian pun kian...