Masih banyak orang yang datang melayat ke rumah keluarga Sudiro. Dari tetangga, bahkan teman-teman almarhumah, yang pernah aktif sebagai sosialita dan istri seorang pengusaha sukses. Para staff dan karyawan di perusahaan juga semuanya datang melayat.
Syahlana mengundang perkumpulan majelis ta'lim untuk menggelar tahlilan selama tujuh hari. Tradisi di sini, tidak sama dengan saat Jamal meninggal. Apalagi, selain meninggalnya Rosana, masih banyak urusan yang harus diselesaikan. Syahlana ingin segera menemukan San, juga menemukan penyebab sebenarnya kematian Rosana ini.
Aisha menyambut para pelayat. Ketika ditanya kenapa Rosana meninggal, dirinya hanya mengatakan, "Mama sudah lama sakit." Jika ada yang bertanya, apa penyakitnya, wanita itu menjawab, "Mama pernah jatuh dari tangga. Sempat menjalani operasi bedah toraks dan kardiovaskular. Mungkin efek sampingnya."
Sungguh munafik! Syahlana mengumpatnya dalam hati. Ia tidak habis pikir, kenapa Aisha jadi sekejam ini? Memang, belum ada bukti yang mengarah kepada wanita itu soal kematian Rosana. Tapi ia percaya, bahwa Aisha terlibat dalam kasus hilangnya San.
Pada hari kedua tahlilan.
Syahlana mengungkapkan pemikirannya pada Zivara. Sang adik pasti lebih paham soal tindak kriminal.
"Kakak yakin, gelas itu sudah gak ada lagi pas Kakak pulang?" tanya Zivara.
"Ya. Makanya itu, Kakak akan atur kamu dan polisi untuk memeriksa kamar Mama. Kita harus berikan keadilan buat Mama." Biasanya, Syahlana tidak pernah ingin terlibat dalam kasus-kasus seperti ini. Namun, hal buruk ini menimpa mertuanya yang sudah sakit, masih disakiti hingga meninggal dunia.
"Oke, Kak. Kak Lana tenang aja." Zivara bersedia membantu.
Pada acara tahlilan malam itu, datang pula Yahya dan Hendrik. Mereka datang setelah mendapat cerita dari Zivara. Alasan gadis itu, hanya ingin menghilangkan kecurigaan bahwa Rosana diracuni.
Ketika mereka semua fokus membaca tahlil, perlahan Yahya menyelinap keluar dari ruang tamu, pindah ke ruang tengah. Begitu pula Hendrik. Mereka ditemui oleh Syahlana, yang lantas menunjukkan di mana kamar Rosana. Tentu saja, Syahlana sudah sangat hati-hati agar tidak diketahui Adrian, apalagi Aisha. Belum saatnya mereka mengetahui semua ini.
Marukangan, Kutai Timur, Kalimantan Timur
Demi keamanan San, Jannah menyarankan agar anak itu sebaiknya tidak main di luar rumah. Karena si Komang masih berkeliaran di desa mereka. Tetapi, Jannah tidak lantas mengekang kebebasan anak itu. Dia boleh pergi keluar kalau ditemani ia atau Naing. Rupanya, bagi San, Naing itu seperti Oncle David atau Gala di Jakarta. Senang mengajaknya jalan-jalan dan bermain. Sehingga bisa membuat San lebih akrab dengan pria itu.
Di siang hari, San tampak senang bermain dengan Naing atau pun Jannah. Apalagi kalau Naing sudah mengajak keponakannya, Faisal yang seusia dengannya. Tetapi, ketika malam datang. Jannah bisa melihat, betapa rindunya San pada keluarganya sendiri. Anak itu melamun, sambil melihat ke luar jendela.
Keesokan paginya, ketika Naing hendak berangkat bekerja di perusahaan kelapa sawit, mampirlah dia di rumah sang kekasih. Ikut sarapan bersama San juga.
"Kalau sudah besar nanti, San mau jadi apa?" tanya Naing.
"San ingin seperti Maman. Jadi chef," jawab San.
"Wah, keren! Anak cowok jadi chef, kayak yang di televisi itu, acara masak apa, Dek?" Naing bertanya lagi, tapi pada Jannah.
"Apa itu... Masterchef?" Jannah juga tidak yakin. Orang kampung sini, karena tidak ada listrik PLN, harus hemat-hemat energi, jadi jarang menyalakan televisi di siang hari. Tunggu agak gelap, baru menyalakan listrik yang swadaya masing-masing. Tetapi, kadang Jannah juga menyalakan televisi menggunakan listrik dari panel tenaga surya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Istri Muda [COMPLETED]
RomanceAdrian dan Aisyah telah menikah lebih dari dua tahun. Tetapi belum juga mendapatkan momongan. Setelah diperiksa kesuburannya, rahimnya memiliki masalah, sehingga harus diangkat. Pernikahan yang tadinya jauh dari restu Rosana, ibunda Adrian pun kian...