57. Kembali Bertemu

262 5 0
                                    

Cuaca di desa Marukangan sore ini tidak panas, juga tidak dingin. Terasa hangat. Banyak anak-anak bermain di lapangan, depan rumah Herlin. Wanita pemilik warung ayam lalapan itu duduk di emperan warungnya. Melihat anak-anak bermain layangan. Menarik ulur senar layangan. Ada juga yang berlarian mengejar layangannya yang putus.

Kemudian, Herlin melihat, di tengah-tengah kerumunan anak-anak itu, ada San yang baru berhasil menaikkan layangannya ke udara. Dia begitu terampil menarik ulur layangannya yang berwarna merah. Ia tidak sendirian. Ada Faisal dan teman-teman lainnya.

Semenjak Komang ditangkap, Jannah tidak lagi khawatir, dan bisa membiarkan San bebas main keluar rumah bersama anak-anak lainnya.

"San!" Herlin memanggilnya.

Melihat Herlin, San jadi ingat, pertama kali datang ke tempat ini, terbangun di rumahnya. Anak itu sepertinya merasa takut dan trauma. Ia memilih pindah tempat bermain di dekat rumah Jannah, tempatnya tinggal sekarang.

Herlin jadi sedih.

Malamnya, setelah tutup warung, Herlin datang ke rumah Jannah. Kebetulan, di rumah gadis Jawa itu juga ada Naing dan Lintang.

"Mau apa kamu datang ke sini, Herlin?" tanya Jannah.

"Em, sebenarnya sudah lama juga aku ingin kemari," kata Herlin. "Aku ingin minta maaf sama San."

"San tadi cerita, kalau kamu memanggilnya," ujar Jannah. "Dia masih belum bisa melupakan apa yang sudah dilakukan Om Komang. Dalam cerita kejahatannya, kamu juga memiliki peran, ingat?"

"Iya. Aku tahu. Aku ingat." Herlin mengakui keluguannya. Hanya karena menginginkan punya anak, sampai melepas curiga kalau Komang mendapatkan San dari hasil menculik. Apalagi melihat San yang tampan dan menggemaskan. "Itu sebabnya aku ke sini. Aku ingin minta maaf sama San."

Jannah menoleh pada Naing yang duduk di sebelahnya, tengah bermain catur bersama Lintang, sambil menikmati singkong goreng dan cocolan sambal terasi. Ia meminta pendapat Naing.

Pria itu pun berkata, "Coba saja, tanya dulu sama San-nya."

Jannah mengangguk paham. Ia pun masuk ke dalam rumah. Sedari menyala listrik tadi, San sudah anteng duduk di depan televisi, menonton tayangan Upin Ipin. "San."

"Ya, Tante?" sahut San sopan.

"Emm, kamu ingat dengan Tante Herlin?" tanya Jannah.

San menundukkan kepala, lantas mengangguk. "Inget," jawabnya.

"Em, Tante Herlin ada di teras depan. Ingin bertemu kamu. Kamu mau?" Jannah menyerahkan semua keputusan pada San.

"Apakah Tante Jannah mau kasih San ke Tante Herlin?" Pertanyaan lugu itu keluar dari mulut San.

"Ya ampun, Sayang." Jannah mengusap kepala San, lalu mendekapnya. "Ya tidak, lah. Tante Herlin ke sini hanya ingin bicara sama kamu. Tapi kalau kamu gak mau, Tante Jannah gak akan memaksa, kok. Akan Tante suruh dia pulang."

Kemudian, San berkata, "Baiklah. San akan menemui tante itu."

San berjalan menuju teras rumah, didampingi Jannah. Anak itu melihat wanita bernama Herlin yang pertama kali ia lihat di kampung ini, tengah duduk dengan banyak jarak dari Naing dan Lintang. Ia begitu senang melihat San keluar dari dalam rumah. "San!" Ia cukup antusias, penuh kerinduan pada anak yang batal jadi miliknya.

Sepertinya sikap Herlin membuat San terkejut. Anak itu, sampai mundur selangkah, menghindari sentuhan wanita itu. Herlin memang beranjak dari duduknya, mau mendekap San. Anak itu masih takut. Herlin jadi canggung. Ia kembali duduk di tempatnya semula.

Cinta Istri Muda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang