49. Anak Hilang

144 4 0
                                    

Sudah tidak bisa ditutup-tutupi lagi. David memberi tahu Zivara, tentang apa yang terjadi pada San. Membuat gadis itu terkejut setengah mati.

"Kamu jangan bercanda! ini sama sekali gak lucu!" Zivara mulai kesal.

"Aku gak bercanda, Beb." David menegaskan. Raut wajahnya yang sedemikian serius, masa dikira bercanda?

"Trus gimana sekarang?" Zivara terlihat sangat khawatir.

"Aku akan lapor ke polisi," kata David.

"Gak bisa," tanggap Zivara. "Laporan anak hilang, setidaknya tunggu 2x24 jam baru diproses."

"Trus kita mesti gimana?" tanya David.

"Coba kamu cerita lagi, gimana bisa San harus jalan kaki ke sekolah? Aku ingin dengar cerita itu sedetail-detailnya." Zivara sudah menabung amarahnya sejak tadi.

David pun menceritakan semua itu.

Mendengar nama Aisha terlibat dalam hal ini, Zivara cukup kesal. "Udah aku duga. Dia itu perempuan jahat! Hatinya busuk. Hanya terlalu pandai bersandiwara di depan semua orang! Dia kira, semua perbuatan kejam dia itu akan bisa ditutupi selamanya. Awas aja, kalau dia juga terlibat dalam hilangnya San, aku akan tuntut dia seberat-beratnya."

"Tapi kita beneran butuh bukti yang kuat, Beb," kata David.

Zivara juga membenarkan kata-kata kekasihnya itu.

Sementara itu.

Komang dan Salman sudah membawa San pergi jauh meninggalkan Jakarta. Bahkan mereka sudah menempuh perjalanan darat dengan kapal laut, dari pelabuhan Tanjung Priok. Anak itu tidak berontak, karena masih dalam pengaruh obat bius dari air yang diminumnya. Demi mengelabuhi petugas pelabuhan, pakaian San sudah diganti dengan baju biasa. Tas sekolahnya dibuang. Saat ini, anak itu hanya seperti anak yang ketiduran dalam perjalanan, saat mengikuti ayah dan pamannya melancong. Obat bius itu memang kuat.

Komang menghubungi orang yang telah membayarnya untuk menyingkirkan anak ini. "Bos, anaknya udah jauh ninggalin Jakarta. Jangan lupa bayarannya."

Suara seorang wanita di ujung telepon terdengar tertawa pelan. "Bagus! Urus sampai tuntas, seperti yang sudah saya perintahkan. Jangan khawatir, saya sudah transfer kok, sesuai dengan perjanjian kerja sama kita."

"Baik, Bos! Terima kasih. Senang berbisnis dengan anda."

Salman melihat San begitu pulas tertidur akibat obat bius itu. Sebenarnya anak yang manis dan menggemaskan. Kenapa orang tuanya tega menyingkirkan anak ini?

Komang datang, "Jangan diliatin melulu!" Ia menghardik Salman.

"Kasihan, Bang," ucap Salman.

"Eh, buang jauh-jauh hati lemah lo itu! Duit ini! Duit!!" Komang memang tidak punya rasa belas kasihan.

"Ini yakin, Bang, mau dibawa ke tengah hutan?" tanya Salman.

"Yakin, lah! Emangnya lo kagak mikir, kalo sampe nih anak bisa balik ke rumahnya, trus ngelaporin kita nyulik dia, begimana? Lo mau masuk penjara?"

Mendengar Komang menyebut kata "penjara", Salman akhirnya diam.

Langkah pertama yang Zivara dan David lakukan adalah, mencari San dengan cara mereka sendiri. Mereka bekerja sama dengan Bu Zoya dan Bu Tia. Awalnya mencari di sepanjang rute antara rumah keluarga Sudiro, ke sekolah. Jalanan yang biasa dilalui saat menuju ke sekolah. Menanyai orang-orang. Dari pagi hingga sore hari. Mereka berbagi posisi. Berbekal foto San, mereka menanyai setiap orang yang lewat.

Di rumah keluarga Sudiro.

Saat jam makan malam. Rosana heran, karena tidak melihat kehadiran San. "Sha, San ke mana?" Ia bertanya pada sang menantu.

Cinta Istri Muda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang