42. Pilih Kasih

249 9 0
                                    

Aisha hanya mengizinkan Aurora yang duduk di depan, menemaninya menyetir. Sedangkan San di jok belakang. Juga, hanya sang anak perempuan yang diajak bicara, sementara anak lelaki diabaikannya. Kenapa begini? Namun anak-anak itu belumlah mengerti, sehingga tidak terlalu memahami sikap Aisha ini.

Di rumah.

Rupanya, sudah datang Zivara, sambil membawakan menu makanan dari restoran. Ia terlihat menemani Rosana mengobrol. "Zi ke sini mau ketemu San, Oma. Dia pasti kepingin ikut maman-nya ke Paris. Tapi gak dibolehin."

"Iya, Zi. Kamu bener. San minta ikut, tapi gak diajak sama Lana." Rosana membenarkan. "Soalnya kan anak-anak ini harus sekolah."

"Nah, makanya itu, Oma. Zi ke sini," kata Zi. "Biar anaknya gak terlalu kecewa."

Tidak lama kemudian, Aisha dan anak-anak datang.

San sangat senang melihat tantenya datang. "Tante!" Ia menghambur, menghampiri tantenya.

Zivara juga senang melihat San yang makin sehat dan ceria. Ia peluk sang keponakan. "San, Tante bawain pasta kesukaan kamu. Spaetzle!"

"Oh ya? Oncle David yang bikinin?" San memang sangat suka makan aneka jenis pasta.

"Iya. Kalo bukan Oncle David, siapa lagi yang masak?" Zivara tertawa. Dirinya memang tidak bisa memasak. Paling mentok masak mie instan saja sudah hebat. "Aurora, ayo ikut makan."

"Iya, Tante." Sedangkan Aurora, baru pertama kali ini makan spaetzle. Anak itu langsung menyukai selera sang kakak.

Aisha memperhatikan mereka. Ada rasa tidak suka, melihat keakraban Aurora dengan San, apalagi Zivara.

"Sha!" Rosana memanggil sang menantu.

Aisha menoleh pada Rosana. "Ya, Ma?"

"Mereka sudah take off?" tanya Rosana.

"Udah, Ma," jawab Aisha. "Kami melihat pesawat mereka sampai mengudara."

Rosana manggut-manggut. "Akhirnya, Mama bisa melihat lagi kebahagiaan di wajah Adrian. Berkat kalian semua." Ia lantas tersenyum.

Aisha tahu maksud mertuanya. Sungguh muak melihat bahwa hal itu benar adanya.

Malamnya.

Aisha memasak makan malam untuk semua orang di rumah. Namun, karena merasa kurang sehat, Rosana memutuskan untuk makan di dalam kamarnya, dibantu Sumi. Sedangkan Aisha melayani anak-anak.

"Ra, ayo makan yang banyak," kata Aisha.

"Iya, Ma," jawab Aurora.

Kemudian, Aisha melihat San hendak menambah satu biji lagi udang goreng tepung. "San, kamu sudah habis dua udang goreng, masih mau nambah lagi?" Entah itu pertanyaan atau sindiran.

San dengan polos menjawab, "Iya, Ma. Udang goreng buatan Mama Aisha lezat."

"San, jangan terlalu banyak makan udang. Lagi pula, Mama Aisha membuat hidangan itu sebenernya hanya untuk Aurora. Udah bagus, kamu dapat dua. Jangan rakus!"

San tidak mengerti. "Jadi, boleh atau gak nih, Ma?"

Tanpa perasaan, Aisha berkata, "Gak boleh! Balikin ke piring saji, udangnya!"

San memanyunkan bibirnya. Ia pun dengan berat hati mengembalikan udang itu ke meja. Lantas, ia berpikir, mungkin Mama Aisha ada benarnya. Makan tidak boleh rakus. Dua udang tadi juga sebenarnya sudah cukup. Ia pun menyudahi makan malamnya.

Saat San baru turun dan hendak meninggalkan ruang makan, Aisha kembali memanggilnya. "Kamu mau ke mana, San?"

"Mau ke kamar, Ma," jawab San.

Cinta Istri Muda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang