19. Bersekolah

356 35 63
                                    


David itu memang keren, kadang-kadang. Tapi tidak jarang juga bertindak ceroboh. Seperti hari ini, demi bisa menonton acara memasak koki seleb kesukaannya, ia membawa smartphone-nya ke kamar mandi. Sambil berendam di bathup gitu. Sialnya apa? Suara dering panggilan masuk mengejutkannya. Apalagi dari Zizi. Saking kagetnya, smartphone-nya samapai jatuh ke air, dan... matilah.

Zizi tertawa, saat David menceritakan kesialannya pagi itu, ketika mereka berbicara lewat sambungan telepon.

"Disekolahin dulu deh, hp aku," keluh David.

"Lagian, kenapa gak sekalian pasang tv di kamar mandi kamu, hah?" sindir Zizi.

"Boleh juga tuh, usulnya. Bisa nonton Naruto sambil mandi." David tidak lagi mengeluh. "By the way, hari ini jadi daftarin sekolah San?"

"Jadi, dong," jawab Zizi. "Ya udah, aku siapin San dulu."

Sebenarnya, ini bukan tahun ajaran baru. Tetapi karena San baru datang dari Paris saat tahun pelajaran sudah dimulai. Mengurus surat-surat, dan sebagainya ternyata memerlukan waktu. Syahlana sudah berpesan kepada Zizi, agar menyekolahkan San di TK Bunda Pertiwi. Dia juga sudah menghubungi Ibu Kepala Sekolah untuk membantu Zizi mengurus keperluan sekolah San.

Zizi dan San duduk di sofa lobi ruang guru. Ditemui oleh Ibu Kepala Sekolah yang begitu ramah menyambut mereka.

"Mbak Lana sudah menceritakan kepada saya beberapa hal. Dan dokumen San juga sudah lengkap. San bisa mulai bersekolah besok." Kepala Sekolah bernama Hasma itu menjelaskan.

"Terima kasih, Bu. Kelihatannya San juga sudah tidak sabar ingin segera belajar dan bertemu teman-teman barunya." Zizi mengungkapkannya dengan gembira. Sesekali, tadi San juga terlihat tidak sabar ingin berbaur dengan siswa-siswi lainnya.

Kemudian, Ibu Hasma menyiapkan seragam dan alat tulis untuk San, yang wajib dipakai dan dibawa saat sekolah. Memberi tahu Zizi, jadwal harian di sekolah itu, dan beberapa peraturan sekolah untuk siswa.

"San, inget yah, sekolah dan belajar yang baik. Buat Maman bangga!" Begitulah pesan Zizi saat mereka dalam perjalanan ke restoran.

"Iya, Tante. San tahu, kok!" jawab San.

Keesokan harinya.

San sudah mengenakan seragam sekolah berwarna hijau. Dengan tas bergambar Captain America menggantung di punggungnya. Ia sudah siap berangkat ke sekolah. Rencananya, David yang akan mengantar. Pagi-pagi sekali, sang oncle sudah datang.

"Udah siap bertempur hari ini, Kawan?!" David mengajukan tos.

"Siap dong, Oncle!" San membalas tos itu dengan gembira.

"Ayo, selesaiin sarapannya! Trus kita berangkat." David merasa ikut antusias.

TK Bunda Pertiwi.

Dua orang guru sudah siaga menyambut kedatangan siswa-siswi mereka pagi itu. Mereka adalah Bu Tia dan Bu Haruni. Dua guru wanita yang masih begitu muda. Anak-anak mengucapkan selamat pagi, halo, bahkan salam agama tertentu seperti Assalaamu'alaikum. Lalu salim kepada kedua guru.

"Tia, hari ini, aku lihat kamu datang sendirian ke sekolah," ujar Bu Haruni. "Ke mana suami kamu?"

"Mas Azra dapat pekerjaan, dan harus pergi pagi-pagi sekali," terang Bu Tia.

"Oh, begitu." Bu Haruni manggut-manggut. "Suamimu rajin banget kerjanya. Makanya banyak yang ngajak, yah. Tapi kalian masih pengantin baru, jangan dibolehin ke luar kota dulu."

Bu Tia hanya tersenyum. Rekan gurunya ini memang sedikit suka ikut campur urusan orang. Sementara Tia mencoba lebih sabar menghadapinya.

Kemudian, datang seorang murid yang digandeng oleh seorang pemuda tampan. Bu Haruni berbisik pada Bu Tia. "Eh, lihat deh, itu wali murid ganteng banget."

Cinta Istri Muda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang