46. Koki Baru

107 3 0
                                    

Laura sudah tidak marah pada Adrian yang menyerobot taksinya. Malah, ia terkesan dengan cara Syahlana yang memintakan maaf sekali lagi, juga menjenguk ayahnya, Ghufron Aefar. Laura menceritakan, bahwa mereka adalah keluarga keturunan Indonesia-Perancis-Jerman. "Mendiang Mama saya berdarah Perancis-Jawa. Mama saya Jerman-Sunda. Sejak tahun 1998, kami sudah tinggal di Paris ini." Ternyata ibunya juga sudah meninggal. "Sudah setahunan ini, Papa saya menderita penyakit kanker jantung, stadium dua. Ini sudah ke sekian kalinya, Papa kumat lagi sakitnya. Beruntung, Papa punya asuransi kesehatan. Tapi gak semuanya ter-cover. Aku dan adikku harus bekerja untuk mencari biaya buat pengobatan Papa." Laura meneteskan air mata. "Seharusnya Papa sudah mulai dioperasi. Tapi, biaya tambahannya..."

Syahlana prihatin. Teringat kembali, bagaimana papanya sendiri meninggal dunia saat itu. Ia memegang tangan Laura. "Kamu harus tabah. Tuhan gak akan menutup mata atas kesulitan yang dialami hamba-Nya."

Laura masih menangis.

"Oh ya, kalau boleh tahu, kamu tinggal di apartemen La Defense?" tanya Syahlana lagi.

Laura menggeleng. "Engga, Kak. Tadi, saya ke sana mengantar pesanan pastry. Saya terima pesanan buat kue. Ya, kadang ada yang pesan, kadang juga bisa seminggu itu gak ada yang pesan. Mungkin karena promosi kurang."

Syahlana seperti mendapatkan bala bantuan untuk tokonya. "Kamu mau bekerja tetap sebagai koki pastry?"

Laura terbengong. "Koki pastry?"

Syahlana tersenyum. "Kamu tahu Patisserie House di La Defense?"

Laura mengangguk. "Toko pastry yang selalu ramai itu, kan?"

Syahlana mengangguk. "Alhamdulillaah, iya. Kami kekurangan staff koki. Kalau kamu mau..."

Belum juga Syahlana menawarkan pekerjaan, Laura lebih dulu berkata, "Kak, berikan saya pekerjaan. Saya hanya tahu membuat pastry dan memasak. Saya sekolah tata boga murah saat SMA dulu. Tapi saya mampu. Akan saya buktikan, Kak."

Syahlana pun berkata, "Besok, datanglah ke toko."

Laura mengangguk dengan tegas.

Keesokan harinya, Laura benar-benar datang. Dengan perasaan bahagia, ia memasuki toko pastri yang sudah begitu harum dengan aroma adonan roti yang dipanggang. Ia melihat aneka jenis kue ditata rapi di dalam etalase kaca. Uniknya, ada jajanan seperti lemper tanpa bungkusan daun. Selain menjepit daging ayam giling, di atasnya juga ada topping keju mozzarella. Perpaduan khas Indonesia dan Perancis. Sangat kreatif. Juga ada kue lapis yang disajikan dengan fla.

Kemudian, seorang wanita menanyainya dengan Bahasa Perancis yang medok. "Y a-t-il quelque chose que je peux vous aider? (Ada yang bisa saya bantu?)"

"Je veux rencontrer Mme Syahlana. (Saya mau bertemu dengan Syahlana)" Laura menjawab. "Je m'appelle Laura. Mme Syahlana savait déjà que j'allais venir. (Nama saya Laura. Bu Syahlana sudah tahu saya akan datang)"

"Attendez une minute ici. Je vais le dire à Mme Syahlana. (Tunggu sebentar di sini. Saya akan menyampaikan pada Bu Syahlana.)" Wanita yang adalah Abiel itu segera ke dapur, di mana bosnya sedang membuat pastri untuk stok jualan hari ini.

Dapur yang luas, dengan beberapa kitchen set. Di kitchen set lain, Chef Dior juga disibukkan dengan pastrinya.

Syahlana sedang membuat stok croissant, jenis roti yang sangat banyak dicari orang, karena merupakan salah satu makanan pokok jenis roti bagi orang Perancis dan sebagian negara di Eropa ini.

Lalu, datanglah Abiel, saat Syahlana baru memasukkan adonan croissant ke dalam oven untuk dipanggang. "Une fille nommée Laura vous cherche. Il attendait devant," kata Abiel. (Seorang gadis bernama laura mencari kamu. Dia menunggu di depan.)

Cinta Istri Muda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang