Sudah hampir dua bulan menjalani pengobatan dan perawatan di salah satu rumah sakit terbaik di Paris, kondisi Ilham berangsur membaik. Dokter Goffrei juga heran, karena proses penyembuhan Ilham bisa dibilang cukup cepat. Operasi yang dijalani juga sudah dilalui dengan baik. Saat ini harus menjalani pemulihan. Cara bicaranya juga sudah lebih lancar.
Hari itu, Syahlana ingin menemani Adrian jalan-jalan ke Menara Eiffel. Jadi, tidak bisa menjenguk Ilham. Maka, sebagai gantinya, ia mengutus Laura. Saat ini, ayah Laura sudah keluar dari rumah sakit, dan menjalani rawat jalan di rumah.
Laura membawakan buah yang mudah dikupas seperti jeruk dan dan pisang untuk Ilham. Ini pertama kalinya, Laura menjenguk Ilham sendirian. Karena Abiel dan Dior punya kesibukan masing-masing.
Gadis itu mengetuk pintu kamar rawat Ilham. Sampai terdengar jawaban dari dalam, "S'il vous plaît, entrez! (Silakan masuk!)"
Laura pun membuka pintu. "Bonsoir. (Selamat malam)"
Ilham membalas, "Bonsoir (Selamat malam) juga."
"Syahlana m'a dit de livrer ces fruits à Ilham. (Saya disuruh oleh Kak Syahlana untuk mengantar buah-buahan ini untuk Kak Ilham)" Laura meletakkan sekeranjang kecil buah-buahan itu di meja, dekat tempat tidur Ilham, agar mudah mengambilnya.
Ilham tersenyum. "Udah berapa kali aku bilang. Ngobrol pakai Bahasa Indonesia aja."
"Hmm, takutnya Bahasa Indonesia aku tidak lancar," kata Laura. "Kalau bukan Mama yang selalu ajarkan, aku mungkin tidak akan bisa berbahasa Indonesia sama sekali."
"Sebenarnya kita sama," kata Ilham. "Aku juga sudah lama tinggal di luar negeri. Sejak masa sekolah."
"Lebih lama aku, deh." Laura bercanda.
Candaan itu membuat Ilham tersenyum. "Iya memang. Ee, emangnya ke mana Syahlana?"
"Kak Lana bilang, mau jalan bareng Kak Adrian," jawab Laura. "Katanya mau cari oleh-oleh buat anak-anak mereka."
Ilham terdiam. Senyumnya hilang. Ia lantas mengingat, betapa ia masih punya perasaan mendalam pada Syahlana. Sahabatnya semasa bersekolah Le Cordon Bleu dulu. Tidak menyangka, rasa itu masih ada sampai saat ini, ketika sang sahabat paling cantik itu telah menjadi istri orang. Mirisnya, seorang istri muda.
"Kak Ilham, apakah butuh sesuatu yang lain?" Pertanyaan Laura cukup mengejutkan Ilham.
"Eh, gimana, Laura?" tanya Ilham balik.
"Em, kali aja, Kak Ilham butuh sesuatu yang lain, aku akan usahain bantu," ulang Laura.
"Kamu baik banget, Laura," kata Ilham.
"Sesama manusia harus saling berbuat baik, kan?" Laura tersenyum.
Kata Ilham, malam itu, dirinya hanya butuh teman mengobrol sampai mengantuk dan tidur. Laura dengan senang hati menemaninya. Banyak hal-hal ringan yang mereka obrolkan. Mulai dari kisah masing-masing dalam bidang cullinary arts ini. Sesama penggiat bidang pastry, ada banyak hal yang bisa mereka bagi. Keduanya juga menceritakan hobi masing-masing di luar memasak. Rupanya Laura juga suka travelling. Hanya terbentur biaya, makanya sangat jarang ikut kegiatan travelling, kecuali dapat bonus dari pemesan pastrinya. Sedangkan Ilham, selain travelling, dirinya suka nonton pertandingan sepak bola. Tidak sadar, malam kian larut, Ilham mulai mengantuk.
Sementara itu, Adrian dan Syahlana masih di sekitar Menara Eiffel. Menikmati malam hanya berdua. Duduk di satu bangku taman, dan melihat bintang-bintang. Wanita itu bersandar di pundak sang suami.
"Aku ingin nambah anak lagi," celetuk Adrian.
"Dua udah cukup, kan?" Syahlana pura-pura tidak ingin. Padahal, sebenarnya boleh juga menambah anak. Secara mental dan materi, mereka mampu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Istri Muda [COMPLETED]
RomantikAdrian dan Aisyah telah menikah lebih dari dua tahun. Tetapi belum juga mendapatkan momongan. Setelah diperiksa kesuburannya, rahimnya memiliki masalah, sehingga harus diangkat. Pernikahan yang tadinya jauh dari restu Rosana, ibunda Adrian pun kian...