Bab 40 A

10.8K 1.5K 95
                                    

Happy reading, semoga suka.

Bab 50 sudah update di Karyakarsa ya. Yang mau baca duluan, silakan ke sana.

Enjoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy

Luv,
Carmen

___________________________________________

Zayyeed langsung menuju House of Warda setelah mengunjungi Hessa, wanita malang pertama yang harus menjadi selirnya.

Zayyeed bahkan sudah lupa berapa tepatnya usia Hessa sekarang dan kapan tepatnya wanita itu masuk ke harem. Beruntung, ia belum melupakan wajah wanita itu. Kunjungannya sangat singkat, ia bahkan tak sempat meminum teh yang dihidangkan, baik Hessa maupun dirinya mungkin merasa canggung. Bagaimana tidak? Setelah bertahun-tahun menyandang status selir pertama, Zayyeed tak pernah sekalipun menyentuh wanita itu.

Kasihan? Ya, Zayyeed kasihan pada nasib yang harus dijalani Hessa. Tapi ia akan lebih mengasihani wanita itu jika Zayyeed hanya terpaksa menyentuhnya. Awalnya, wanita itu mungkin bingung dan sedih. Lama-lama, Zayyeed pikir wanita itu mungkin membencinya, menyalahkannya. Setelahnya, ia merasa Hessa mungkin sudah menyerah. Saat ia melakukan kunjungan wajib pura-pura, ada kecanggungan tak biasa seolah dua orang asing dipaksakan untuk menghabiskan waktu bersama. Begitu ia akan pamit, Zayyeed selalu merasa Hessa tampak lega. Dan sesungguhnya, Zayyeed juga merasa demikian. Ia tersiksa dengan kenyataan bahwa ia harus hidup dengan begitu banyak selir yang kesemuanya menatap Zayyeed dengan bermacam-macam tatapan, ada yang mendamba, ada yang rindu, ada yang mungkin membencinya, ada juga yang putus asa, yang seluruhnya bersembunyi di balik senyum lembut palsu dan kata-kata manis yang dibuat-buat.

Tak ingin menyiksa dirinya lagi lebih lama, ia langsung menuju ke tempat Hanaa. Di Istana Harem sebesar ini, hanya tempat itu yang membuat Zayyeed betah. Walau mulut Hanaa setajam pisau dan kelakuannya yang terkadang kasar serta membingungkan, Zayyeed tetap merasa di sanalah ia merasa nyaman. Di sana, sejenak ia merasa menjadi dirinya sendiri. Lalu tentu saja, Hanaa yang cantik telah membuatnya tergila-gila. Setiap hari, kebutuhannya akan Hanaa berlipat ganda. Hanya Sang Pencipta yang tahu bagaimana Zayyeed bisa memiliki kontrol diri begitu kuat dan mampu menahan dirinya setiap kali mereka berdekatan padahal ia nyaris sinting ingin menjadikan Hanaa miliknya.

Sesampainya di sana, tentu saja wanita itu menyambutnya biasa-biasa saja. Tak usah mengharapkan jamuan makan malam, wanita itu tak menyambutnya dengan wajah masam saja sudah merupakan keajaiban bagi Zayyeed.  Bahkan kali ini Hanaa tersenyum kecil.

"Mengapa Yang Mulia datang ke sini malam-malam?" Walau tersenyum, arti kalimat itu jelas menyatakan kalau Zayyeed tidak seharusnya datang ke sini. "Bukankah kita akan berangkat besok malam?" Sekaligus juga mengingatkan Zayyeed akan janjinya.

"Aku hanya datang untuk mengecek Harem sebelum berangkat." Itu tak sepenuhnya bohong. Walau bukan itu tujuan utamanya.

"Oh."

Tentu saja dalam benak Hanaa, Zayyeed sibuk mengecek para selirnya sebelum ia berangkat. Mungkin tak salah jika Hanaa memiliki pikiran bahwa Zayyeed bukan pria setia. Wanita itu pasti berpikir dia pria penyuka wanita mengingat ia memiliki selusin wanita di sini. Bisakah ia menyalahkan Hanaa jika wanita itu berusaha menjaga jarak agar tak jatuh dalam pelukannya dan tak mempercayai Zayyeed ketika ia berusaha menunjukkan bahwa ia tulus? Fakta yang ada berbicara lain. Tapi ada fakta yang tidak Hanaa ketahui. Ia tak pernah menyentuh wanita-wanita itu selain Ameera. Namun mengatakannya apakah akan membuat segalanya lebih baik? Apakah dengan berkata bahwa ia akan mencampakkan Ameera lalu memilih Hanaa akan membuatnya tampak lebih baik? Lagipula harga diri Zayyeed menentangnya, ia tak akan membuat pengakuan hanya supaya Hanaa menatapnya berbeda. Zayyeed ingin Hanaa sendiri yang menemukan siapa Zayyeed sebenarnya.

"Sekaligus aku datang untuk mengecekmu, Hanaa. Apa kau sudah menyiapkan semua yang ingin kau bawa?"

"Tentu saja."

Hanaa tampak bersemangat, cukup ceria dan Zayyeed merasa senang. Perjalanan kali ini penting. Zayyeed ingin semuanya sempurna. Tak ada yang tahu ia akan membawa Hanaa serta, namun tentu saja pasti akan ada yang menyadari Hanaa hilang dari Istana Harem. Jika itu terjadi, maka semua akan tahu bahwa Hanaa adalah wanita yang akan dipilihnya. Zayyeed akan memerangkap Hanaa hingga wanita itu tak akan bisa lari darinya. Untuk sekali dalam hidupnya, setelah tahun-tahun yang dikorbankannya untuk membangun Zaazabyeer, Zayyeed ingin memiliki kebebasan untuk memilih wanitanya sendiri.

Hanaa... cepat atau lambat, Zayyeed akan mendapatkannya.

"Baguslah."

"Yang Mulia tidak usah khawatir, aku sudah berkemas. Yang Mulia bisa kembali ke istana utama dan beristirahat dengan tenang," jawab wanita itu manis, lengkap dengan senyumnya saat mendapati piring cookies telah kosong.

Tapi tak semudah itu mengusir Zayyeed.

"Tambah cookiesnya, cookies dari dunia barat memang enak. Tak sia-sia aku mendatangkan koki untukmu, Hanaa."

"Oh..." Hanaa bergerak kecil dari duduknya. "Ya, ya... aku belum berterima kasih atas semua perhatian Yang Mulia."

"Benarkah?"

Hanaa mengangguk.

"Tapi kau ingin mengusirku pergi."

"Aku hanya khawatir Yang Mulia lelah. Besok kita harus terbang lumayan lama, i want you to have enough rest."

Zayyeed mengangguk sambil tersenyum geli.

"Oke, so let's have a rest."

"Sorry?"

Zayyeed bangun lalu meraih Hanaa dengan cepat. Wanita itu terkesiap keras saat mendapati dirinya ada dalam gendongan Zayyeed.

"Yang Mulia!"

The Sheikh's Love-SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang