Bab 56A

4K 559 27
                                    

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca duluan, bisa ke Karyakarsa ya, bab terbaru sudah update, enjoy.

You can follow me there : carmenlabohemian

You can follow me there : carmenlabohemian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_________________________________________________________________________

I couldn't fake it anymore, Zayyeed. Aku menginginkanmu. Spend the night with me.

Spend the night with me.

Zayyeed tidak sekadar mengkhayalkan kata-kata itu, bukan? Rasanya seperti selamanya sebelum Hanaa membuat pengakuan yang sangat ingin didengarnya.

Wanita itu tak ingin lagi bermain-main, Hanaa tidak ingin lagi berpura-pura. Wanita itu berkata dia menginginkan Zayyeed.

Spend the night with me.

Zayyeed tidak percaya bahwa pada akhirnya Hanaa berhasil membuatnya gugup. Ia sudah menunggu begitu, begitu lama, menunggu Hanaa untuk datang padanya dan kini... kini wanita itu benar-benar melakukannya.

Nyaris tanpa bersuara, ia menggiring Hanaa masuk ke dalam kamar. Lalu menguncinya. Sesaat, tak ada di antara mereka yang berbicara, tidak ada yang bersuara, mereka hanya berdiri canggung saling berhadapan dan saling menatap. Hanaa yang mungkin malu juga gugup, Zayyeed yang masih setengah tak percaya bahwa Hanaa bersedia mengakui hasrat terpendamnya.

Setelah berhasil menguasai diri, Zayyeed kemudian meraih Hanaa lalu mendorong pelan wanita itu hingga punggung Hanaa menekan pintu kamar. Mereka bertatapan untuk sejenak, keduanya saling menilai, mungkin saling terpesona, saling tersesat dalam tatapan satu sama lain. Zayyeed lalu merangkum wajah Hanaa, wajah cantik yang selama ini menyiksa malam-malamnya lalu ia mengecup wanita itu, dengan lembut, dengan pelan dan ringan, walaupun seluruh tubuh Zayyeed sebenarnya terasa gemetar karena menahan gairah.

"I can't believe you have made me wait so long, Hanaa," bisiknya dengan suara serak saat ia mengangkat wajah untuk menatap wanita itu.

Napas wanita itu terasa memberat, dadanya terlihat naik turun dengan cepat. "Aku... aku mungkin akan menyesali semuanya besok pagi, Yang Mulia."

Zayyeed tersenyum kecil saat ia menunduk untuk menyatukan bibirnya ke dahi lembut wanita itu. "Menyesal karena tidak lebih cepat berkata 'ya' padaku?" godanya. "Jangan cemas, Hanaa. Kita masih memiliki banyak waktu."

"Kau sangat menyebalkan, Yang Mulia," ujar wanita itu pelan.

"Kau akan segera berubah pikiran tentang itu," yakin Zayyeed padanya.

Dan tanpa sadar, kecanggungan kecil di antara mereka menghilang. Ketegangan yang mereka rasakan pelan-pelan ikut mencair. Hanaa terasa dan terlihat lebih santai, Zayyeed merasakan kepercayaan dirinya ikut meningkat.

Malam ini, Hanaa tidak akan mengecewakannya lagi, bukan?

"You're so beautifu, Hanaa, i'm crazy 'bout you, you know that?" bisik Zayyeed lagi sambil mengecup sudut mulut wanita itu. "The moment I saw you... kau sudah mulai menyiksaku sejak itu."

Hanaa mendesah kecil. Dan di telinga Zayyeed, suara merdu wanita itu membuat gairahnya semakin bangkit. Desahan Hanaa tak pernah gagal membuat Zayyeed mengeras.

"Yang Mulia..." Ia terkesiap saat Hanaa mengangkat tangan dan menyapukan ujung jemarinya pelan di sisi wajahnya. Napas Zayyeed bergetar dan ia menutup mata untuk menikmati belaian kecil itu, merasakan kehalusan ujung jemari Hanaa yang menelusuri rahang lalu dagunya dan naik ke sudut mulutnya. "I might be crazy, tapi belakangan, hanya kau yang ada dalam pikiranku, Yang Mulia. I am so afraid I might get hurt, no, aku tahu aku pasti akan terluka nantinya tapi aku tidak bisa..."

"Ssstt..." Ia membuka mata dan meletakkan satu jemari untuk menghentikan kata-kata Hanaa. Zayyeed mengerti, ia mengerti akan kebimbangan dan keraguan wanita itu dan sungguh terkutuk jika saat Hanaa berusaha membuka hati untuk menerimanya, ia tak mampu melakukan sesuatu untuk menenangkan ketakutan wanita itu. "Kau tak perlu mencemaskan apapun, Hanaa."

Mata indah Hanaa membesar, pupil matanya melebar saat Zayyeed menjauhkan telunjuk dari bibirnya dan ganti meraih pergelangan wanita itu dan menambah tekanan agar sentuhan wanita itu semakin terasa di wajahnya.

"Aku tidak bisa mengubah masa lalu, aku tidak bisa mengubah fakta tentang kebersamaanku dengan wanita lain sebelum kita bertemu, but I can promise you this. Mulai dari sekarang, kau adalah satu-satunya wanita yang ada di ranjangku. There will be no place for others. Hanya kau, Hanaa."

Wanita itu menatapnya tapi masih bergeming. Lalu Zayyeed melihatnya menelan ludah. Suara Hanaa kemudian terdengar seperti cekikan saat ia menyuarakan ketidakyakinannya.

"Is... is that a promise?"

Zayyeed mengangguk mantap. "It is a promise. Sudah kukatakan padamu, Hanaa. Kau... kau adalah satu-satunya wanita yang kuinginkan setelah sekian lama. Aku melihatmu malam itu dan aku langsung menginginkanmu. It never happens before, not even with Omaira."

Ia bisa menangkap kejut kilat di mata Hanaa tapi Zayyeed mengatakan yang sebenarnya.

"Kau tidak harus percaya sekarang, but time will tell. I want you more than anything. Dan gairahku padamu bukanlah sesuatu yang manis dan lembut, Hanaa. It consumes me, tapi ketika berada di dekatmu, aku berusaha mengendalikan diriku sekuat mungkin, karena aku tidak ingin memaksamu, karena aku tidak ingin membuatmu takut. Aku ingin kau menyadari bahwa kau juga merasakan hal yang sama. Told you, we are meant for each other."

"Then prove it."

Senyum terlukis di wajah Zayyeed. "Aku memang bermaksud melakukannya. Start from tonight, Hanaa."

The Sheikh's Love-SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang