Enam

35.7K 2.8K 60
                                    

Happy Reading, moga suka.

Maaf telat up karena lagi sibuk, but i still manage to write another chapter.. lol. So enjoy!

Happy weekend all

Luv,
Carmen

___________________________________________________________________

Parade Kerajaan Zaazabyeer

Zaayeed berdiri di balkon istana yang menghadap ruas jalan besar yang disesaki oleh iringan parade dan kerumunan orang-orang. Matahari padang yang terik terasa menyengat namun semuanya tampak bersemangat menyambut parade kerajaan yang kesepuluh ini. Wajah-wajah ceria dan senang menghiasi tiap raut, tak ada kecemasan maupun kekhawatiran, bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Zaayeed mengepalkan tangan marah ketika ia menatap ruas jalan di seberang, berusaha mencari dan memperhatikan sesuatu yang salah, sesuatu yang tidak pada tempatnya, sesuatu yang terlihat mencurigakan...

Zaayeed baru menerima berita yang mengerikan ini ketika parade baru akan dimulai dan sudah terlalu terlambat untuk membatalkan acara tersebut, orang-orang bahkan sudah berkumpul sejak subuh. Ini memang acara yang ramai dan tempat paling tepat jika seseorang ingin menjatuhkan teror, sebelumnya pun Zaayeed sudah memerintahkan orang-orangnya untuk memperketat pengamanan. Tapi kemudian, ancaman teror itu menjadi nyata. Informasi yang tadi didapatnya mengubah total suasana hatinya. Akan ada bom yang disusupkan ke parade ini, polisi khusus menemukan informasi bahwa pemilik katering yang disewa untuk parade ini berencana membunuh keluarga kerajaan dan pejabat-pejabat tinggi serta tamu-tamu yang hadir di acara ini. Zaayeed mengepalkan tangan marah. Pengecut! Berani-beraninya mereka mengacaukan acara kerajaannya dan menggunakan kesempatan ini untuk berusaha menyingkirkannya, membunuh orang-orang yang setia padanya dan menebar rusuh serta kekacauan di masyarakat.

Mata Zaayeed kemudian beralih ke pemilik katering yang sepertinya sudah selesai melakukan pengecekan pura-puranya pada makanan yang disajikan karyawannya dan kembali ke kursinya di kebun istana, tempat yang sudah disulap untuk menjadi pesta. Dari tempat Zaayeed berdiri, ia bisa mengawasi pria itu dengan jelas. Tak ada yang lebih diinginkan Zayyeed selain mendekati pria itu dan menyeretnya ke ruang interogasi, memaksa pria itu berbicara dan mengungkapkan semua rencananya. Tapi ia tidak bisa bertindak gegabah, ia harus menangkap orang yang akan menyerahkan bom itu pada pria tersebut atau semuanya akan berantakan.

Zayyeed masih tidak habis pikir, bagaimana mungkin seorang pengusaha terhormat seperti Shamoun bisa terlibat dalam persengkongkolan seperti ini. Siapa yang ingin menciptakan kekacauan dan menghancurkan negeri yang sudah susah payah ia perjuangkan dan besarkan? Siapa yang berada di balik semua ini? Apakah pria itu bekerja pada seseorang? Atau dia hanya memiliki dendam pribadi? Bergabung dengan kelompok tertentu? Siapa? Menurut informasi, yang akan datang menyerahkan bahan peledak terkutuk itu adalah orang asing, jadi apakah ini invasi asing? Atau orang-orang Zaazabyeer yang tidak puas pada pemerintahannya? Atau mungkin saja kedua pihak itu bekerjasama? Zayyeed hanya akan bisa mendapatkan jawaban itu bila ia berhasil membekuk Shamoun dan si kurir itu hidup-hidup. Jadi, ia tidak boleh gegabah. Yang perlu dilakukannya hanyalah menunggu dan mengawasi. Para polisi kerajaan yang menyamar dalam pakaian biasa, yang berbaur bersama tamu, para staf dan penduduk biasa tersebar di mana-mana, terutama di sekeliling pria itu.

Sementara itu, parade sudah dimulai dan kerumunan semakin pekat memenuhi jalan, dan mungkin saja akan semakin sulit mendeteksi penyusup itu, apalagi bila Shamoun mulai curiga dan mengubah rencana.

Zayyeed susah payah mengalihkan perhatian dari Shamoun dan berusaha merilekskan tubuhnya supaya terkesan seolah ia menikmati parade tersebut. Matanya beralih ke iringan Polisi Padang Pasir yang bergerak teratur di atas unta mereka, tampak gagah dan bangga, juga iring-iringan mobil jeep megah, bergerak teratur dalam balutan thawb dan keffiyeh. Mereka tampak bercahaya tapi memang suatu kebanggaan berparade mengelilingi ruas jalan utama kerajaan, disaksikan oleh pria dan wanita dari seluruh kerajaan, bahkan sang raja juga melambaikan tangan menyambut mereka. Zayyeed menampilkan senyum ketika melambai pada iringan tersebut walau seluruh sel di dalam tubuhnya meneriakkan kata waspada. Ia masih sempat melirik kecil dan merasa lega bahwa Shamoun masih duduk tak bergerak dari sana, tidak sadar bahwa dia diawasi.

The Sheikh's Love-SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang