Tiga

44.6K 2.6K 31
                                    

Happy reading, semoga suka

Luv,

Carmen

_________________________________________________________________

"What did you say?"

Gerakan Ana-Maria memasukkan buku ke dalam tasnya terhenti ketika ia mendengar kalimat Bruce. Awalnya, ia pikir ia salah dengar. Mereka sedang berada di kantor Bruce setelah kelas terakhir berakhir hari itu. Dan akhir minggu sudah menunggu. Rencananya, mereka akan makan malam lebih awal di kafe baru di kota, menghangatkan diri sambil menonton butiran salju yang turun lewat kaca jendela sambil membicarakan tentang mahasiswa-mahasiswi di kelas mereka.

"Kubilang, bagaimana kalau kita makan malam saja di La Delicieux malam ini, bukankah ini pantas dirayakan?"

La Delicieux adalah restoran paling mewah di St. Monty tapi bukan fakta itu dan ajakan Bruce yang membuat Ana-Maria terkejut. Tapi ucapan pria itu sebelum ini.

"Bukan itu," ucap Ana-Maria. Dan Bruce tersenyum penuh arti, jelas tahu apa yang dimaksudkan Ana-Maria, tapi berpura-pura tidak mengerti. "Kalimat sebelum itu."

"Yang mana?" Alis pirang itu terangkat.

"Kau... akan meninggalkan St. Monty?"

Bruce tidak langsung menjawab, melainkan meluruskan punggung dan mulai berjalan keluar dari balik mejanya. Pria itu bergerak mendekati Ana-Maria lalu meletakkan kedua tangannya di atas bahu Ana-Maria ketika dia menunduk mendekat. "Ya, dan kau akan ikut bersamaku. Kau akan ikut bersamaku, bukan?"

Ana-Maria yakin kalau kali ini ia tidak salah dengar.

Jari-jemari Bruce terasa meremas kedua bahunya yang terbalut kemeja satin krem ketika dia melanjutkan, memanfaatkan kebisuan Ana-Maria.

"Posisi itu sudah menjadi milikku dan mereka menyetujui syarat bahwa aku ingin membawa serta asistenku sendiri. Bukankah ini yang selalu kau inginkan, Ana-Maria? Kesempatan untuk bekerja dan mengembangkan sayap di luar St. Monty? Melihat peluang apa yang bisa ditawarkan tempat lain? Kesempatan untuk melihat-lihat dunia, hidup di negara lain dan berpetualang? Katakan, kau akan menerimanya? Dan kita akan pergi bersama, kau dan aku. Nothing is more great than this opportunity, right?"

Ana-Maria tidak tahu kenapa Bruce berpikir dia harus membujuk dan meyakinkan dirinya, berucap panjang lebar seolah dia takut Ana-Maria akan menolak ajakannya. Ia mengangkat salah satu lengannya dan menyapukan telapaknya di pelipis Bruce yang sedikit kasar ditumbuhi bakal janggut. "Aku tidak tahu kenapa kau bahkan menanyakannya. Tentu saja aku akan pergi bersamamu, ke manapun itu, asal bersamamu."

"Bahkan ke negeri antah-berantah?"

Ana-Maria menyengir penuh arti. "I love exotic place."

"Sungguh?" Bruce masih tampak bimbang.

"Sungguh." Ana-Maria mengangguk cepat. "Now, tell me more 'bout that country... Zazaber?"

Lesung pipi muncul di wajah Bruce ketika pria itu tersenyum kecil. "Zaazabyeer," koreksi Bruce.

Ana-Maria tertawa kecil. "Oke, Zaazabyeer," ucapnya meniru pria itu.

"Aku juga tidak banyak tahu tentang negara itu. Hanya hal-hal yang sangat umum. Aku sudah melakukan riset singkat, nanti kuceritakan sewaktu makan malam. Setelah itu kita bisa sama-sama mencari tahu."

Ana-Maria menatap Bruce dengan tatapan kagum selama pria itu berbicara. Ia sudah memiliki perasaan seperti ini ketika menatap Bruce untuk pertama kalinya. Bahwa pria itu adalah jawaban dari semua yang diinginkannya. Satu persatu, kini, hal itu menjadi nyata.

The Sheikh's Love-SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang