Dua puluh empat

34.9K 3.4K 156
                                    

Happy Weekend

Hanaa and Zayyeed are here again, lol. Semoga suka. Jangan lupa ngasi vote dan komennya ya 😍

Dan jangan lupa juga buat koleksi ebook terbaru saya 😂😂

Dan jangan lupa juga buat koleksi ebook terbaru saya 😂😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

And hit me on ig: carmenlabohemian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

And hit me on ig: carmenlabohemian

Luv,
Carmen

________________________________________

Apa yang sedang dilakukannya?

Sessat, Zayyeed kehabisan kata. Lalu ia mengucapkan kalimat pertama yang terlintas di benaknya.

"Dasar munafik," bisik Zayyeed di atas wajah yang kini merona itu - entah karena marah atau malu. "Apa kau tidak sadar, saat kau tidur, kau memelukku sepanjang waktu?"

"Bohong!"

"Terserah, kalau kau tidak mau mengakuinya." Tak tahan Zayyeed menyengir tipis, wanita ini memang pintar mengaduk-aduk perasaannya.

"Kau... kau memintaku percaya padamu. Tapi apa kenyataannya, hah?"

Alis hitam Zayyeed terangkat tinggi. "Aku memegang kata-kataku, Hanaa. Apakah aku menyerangmu di saat kau tidur?"

"Kau... kau..."

"Walaupun aku cukup tergoda."

"Kau!"

Mengeluarkan kekesalannya atas sikap menyebalkan wanita itu, Zayyeed terbahak keras untuk mengeluarkan kekesalan itu dari dadanya. Lalu, ia menekankan tubuhnya pada Hanaa hingga wanita itu terkesiap begitu keras. Zayyeed lalu merunduk dan berbisik di sisi wajah Hanaa. Yang ingin ia lakukan sebenarnya adalah mencium bibir wanita itu hingga bengkak, godaannya begitu besar hingga Zayyeed nyaris kalah. "Seperti inilah kau mempengaruhiku, Hanna. But i am a man with my words, jadi aku menahan diri," bisiknya kasar.

Lalu ia menjauh seketika karena takut kata-kata itu akan berbalik menyerangnya.

"Get off of me!"

Bahkan sebelum Hanaa mengatakannya, Zayyeed sudah berguling menjauh. Ia menertawakan dirinya sendiri sementara Hanaa sibuk di sampingnya, berusaha bergegas bangkit menjauhinya.

"Kau tahu, hanya kau satu-satunya orang yang kuizinkan berbicara seperti itu padaku, Hanaa."

"Oh, aku tersanjung, Yang Mulia," ejek wanita itu samar.

Dada Zayyeed kembali bergetar. Ia bangkit dari ranjang dan menatap Hanaa yang berdiri di seberang sisi lainnya. Walau baru bangun tidur, wanita itu tampak seperti saat-saat ketika ia melihatnya, cantik dan menggoda. "Kau benar, aku masih seorang raja. Dan toleransiku memiliki batas."

"Kau bukan rajaku."

Zayyeed mengambil napas panjang tapi kesabarannya menggelincir licin. Ia bangun perlahan dan berjalan mendekati wanita itu. Hanaa yang terlambat waspada tak mampu menghindar ketika Zayyeed mencengkeram lembut dagunya dan mengarahkan mata mereka agar saling bertatapan.

"Kau salah. Aku rajamu, selama berada di tanahku, kau adalah subjekku. And you will address me properly. Mengerti?"

Hanaa berusaha menggerakkan kepalanya, tapi cengkeraman Zayyeed tak juga lepas. Zayyeed kemudian merunduk agar mata mereka sejajar. "Aku menginginkanmu dan kau tahu itu, jadi tak ada lagi rahasia di antara kita. Seperti yang kukatakan, aku akan menunggu, tapi jangan membuatku menunggu terlalu lama, Hanaa."

"Kau gila," bisik Hanaa.

"Ya, tergila-gila padamu. Tapi kau akan melihat, bahwa aku seribu kali lebih baik daripada pria pengkhianat dan pembohong seperti Bruce."

"Jangan terlalu yakin, Yang Mulia," tantang wanita itu.

Senyum bermain di sudut bibir Zayyeed. "Terserah. Tapi seperti yang pernah kukatakan, sekali kau berada di dalam pelukanku, kau akan melupakan segalanya. Jangan menjadi budak cinta, Hanaa, kalau cinta itu tidak pantas diperjuangkan. I will treat you better and you know i can do that. Lagipula, ini takdirmu, untuk menjadi milikku. Segalanya sudah diatur seperti itu sebelum kita dilahirkan. Yang perlu kau lakukan hanyalah menerimanya. And everyone will be happy."

Sebelum Hanaa membentaknya lagi, Zayyeed melepaskan wanita itu dan bergerak untuk merapikan pakaiannya yang sedikit kusut. "Aku tidak akan mengganggumu lagi," lanjutnya sementara Hanaa masih termenung di sana, mungkin terlalu syok untuk berkata-kata. "Aku harus menghadiri pertemuan pagi dengan para menteri dan pejabatku. Pikirkan saja ucapanku baik-baik, Hanaa."

Sesaat sebelum ia keluar dari kamar wanita itu, Zayyeed kembali menambahkan, "Dan satu lagi, tidak ada teman sejati di tempat ini. Semua yang kau sebut teman di tempat ini, mereka pasti memiliki kepentingan politik. Jadi, berhati-hatilah."

"Apa maksudmu?" Akhirnya suara Hanaa memecah.

"Aku tidak bermaksud menjelek-jelekkan orang-orangku sendiri. Tapi Hanaa, di lingkungan kerajaan, semua orang memiliki kepentingan. Termasuk di Istana Haremku sendiri. Segera, rumor bahwa aku menghabiskan malam bersamamu akan berhembus, orang-orang akan mengecapmu sebagai selir favoritku. Kau mungkin akan mendapatkan banyak reaksi, tapi jangan terlalu dipikirkan. Dengan desakan untuk memilih ratu baru, konflik kepentingan akan semakin menajam dan di tempat ini, hanya yang paling pintar saja yang bisa bertahan. Ini hanya sekadar nasihat dariku, karena seperti yang kukatakan, aku peduli padamu, Hanaa, entah kau percaya ataupun tidak."

The Sheikh's Love-SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang