Bab 47 A

9K 1.2K 16
                                    

Happy reading, moga suka.

Bagi yang bertanya-tanya, apakah cerita ini ada bentuk ebook, pdf ataupun cetak, untuk saat ini belum kepikiran ya. Satu-satunya akses untuk baca cerita ini lebih detail dan lebih cepat dari wattpad, cuman di Karyakarsa, baca duluan, jadi saya update bab per bab or beberapa bab sekali di sana. Yang ada cuma itu dulu ya. Tapi ya pasti lebih lengkap dan lebih eksplisit di sana dan lebih cepat.

Kalian boleh follow akun Karyakarsa saya di : carmenlabohemian

I have a new short story di sana juga klo kalian pecinta cerpen. Adult romance ya, tetap. Tapi bukan eroro kok wkwk...

Luv, Carmen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,
Carmen

_________________________________________

Zayyeed sedang berdiskusi ringan dengan dua kepala negara Timur Tengah seputar perkembangan ekonomi di region mereka ketika asistennya mendekat dan membisikkan sesuatu ke telinganya. Ia berhenti sejenak, mendengarkan lalu mengangguk.

Hanaa sudah tiba.

"If you'll excuse me for a while? Tamu kehormatanku sudah datang."

Mereka tertawa sopan sambil mengangguk."Silakan, silakan, Yang Mulia."

Zayyeed berbalik dan menuju ke pintu ballroom. Tapi sebelum ia mencapainya, wanita itu sudah memasuki ballroom. Dan efeknya selalu sama bagi Zayyeed, melihat wanita itu... it's always like the first time, Hanaa took his breath away.

The woman of his is outstanding, dan Zayyeed tidak bisa tidak merasa bangga.

Seperti yang sudah ia duga, gaun emerald satin itu sempurna dikenakan oleh Hanaa. Taburan sequin membuat gaun itu berkilat mahal. Taburan-taburan kristalnya di bagian atas gaun, ujung lengan serta pinggang membuat penampilan Hanaa memukau. Gaun rancangan terbaru dari salah satu desainer ternama di Inggris itu menekankan keanggunan bagi si pemakainya tanpa memamerkan kulit tubuh. Lengan panjang, leher bulat yang sopan dan ujung gaun yang bahkan menyapu lantai. Hak sepatu tinggi yang dikenakan wanita itu membuatnya tampak semakin langsing dan jenjang. Hanaa juga sebenarnya tak memerlukan riasan wajah berlebih, make-up natural adalah yang paling cocok karena Zayyeed tahu kulit wanita itu sempurna. Rambut pirangnya yang halus juga dibiarkan terurai dengan cara yang membuat Zayyeed mulai berkhayal, seseksi apa bila wanita itu berbaring telanjang di ranjang dengan rambut-rambut pirang indahnya yang tergerai di atas bantal.

Good God, ini bukan tempat yang tepat untuk memikirkan hal semacam itu, Zayyeed! Don't find trouble for yourself.

Ia berjalan untuk menyambut wanita itu. Sebagian dari dirinya cemas bila para pria di sini menatap Hanaa-nya. Rasa posesif yang luar biasa menguasainya saat ia mendekat pada Hanaa. Zayyeed ingin semua orang tahu bahwa wanita itu adalah miliknya. Dan hanya miliknya seorang.

Senyum ragu Hanaa terbit saat dia melihat Zayyeed. Senyum wanita itu tampak ragu, seolah dia tersesat, penuh tanya kenapa dia berada di pesta ini.

"Yang Mulia..." sapanya.

Zayyeed langsung memotong. "Kau tampak sangat cantik malam ini, Hanaa."

Seperti yang diduga Zayyeed, pujiannya membuat Hanaa tersipu. Kulit wanita ini begitu mudah merona, Zayyeed jadi bertanya-apa, apakah setiap inci kulit tubuh Hanaa akan bisa merona di bawah rayuan bibirnya nanti. Layak untuk dicari tahu, bukan?

Singkirkan dulu pikiran seperti itu, Zayyeed. Terlalu berbahaya. Kembali ia memperingatkan dirinya sendiri.

"Anda... Anda juga tidak tampak jelek, Yang Mulia."

Mata Zayyeed pasti bersinar geli ketika is tertawa rendah. Keluar dari mulut Hanaa, kata-kata semacam itu sama saja artinya bahwa dia sedang memuji Zayyeed.

"Kau suka dengan apa yang kau lihat, bukan? Terpesona?"

Wanita itu hanya mencibir.

"Aku hanya bertanya-tanya, apa sebenarnya yang aku lakukan di sini?"

"Mendampingiku, tentu saja."

Zayyeed memberi isyarat agar Hanaa mengaitkan tangan ke lengannya. "Shall we?"

Hanaa tampak ragu sejenak lalu seakan tak punya pilihan, wanita itu menurut.

"Rileks, Hanaa. Jangan terlalu tegang."

"Bagaimana bisa?" bisik wanita itu lirih. "Ini bukan sembarang pesta. Anda seharusnya tidak memintaku datang."

"Apa yang kau cemaskan?" tanya Zayyeed saat mereka berjalan. Ia masih sempat melemparkan anggukan dan sapaan pelan pada beberapa diplomat yang turut hadir.

"Aku gugup, itu saja. Tamu-tamunya."

Zayyeed berdecak pelan. "Lihat siapa yang kau gandeng malam ini? Salah satu penguasa. Apa kau juga gugup berdekatan denganku?"

Hanaa melengos hingga Zayyeed tertawa.

"Bagaimana kalau ada yang bertanya siapa aku? Atau bertanya macam-macam tentang bagaimana kita bertemu? Atau mengambil foto kita lalu..."

"Siapa yang berani bertanya, Hanaa? Kau adalah pendampingku. No one dares to question you. All they have to know is that you're mine."

Ia melihat wanita itu mereguk ludah.

"Lagipula ini pesta tertutup," tambah Zayyeed. "Come, kau ingin kuperkenalkan pada Ratu Inggris?"

Hanaa menoleh seakan Zayyeed sedang melawak. "Huh?"

"Tapi jangan berani coba-coba meminta bantuan atau berkata bahwa aku memenjarakanmu di harem, kau akan membuat Ratu berpikir kalau kau tidak waras."

The Sheikh's Love-SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang