Sebelas

36.9K 3.2K 71
                                    

Happy weekend and happy reading, semoga suka.

Jangan lupa vote dan komennya ya. Tapi please ya, jangan komen kok pendek, kok dikit, hahaha.. kebangetan dah kalau dibilang pendek >,< setiap part 1000an, 2000an kata itu tidak pendek, wkwkwkwkwk...

Luv,

Carmen

________________________________________________________________________________

Ketika mendengarkan kata Harem, yang terbayang dalam benak Ana-Maria adalah sebuah bangunan batu besar berkesan kuno dan kusam seperti bangunan-bangunan di padang pasir pada umumnya dengan banyak kamar untuk menampung para wanita. Persis seperti rumah bordil, begitulah yang dipikirkan Ana-Maria. Well, memang seperti, bukan? Tempat itu adalah persinggahan sang raja untuk bermain-main dengan para wanita cantik yang seenaknya dia panggil selir, yang seenaknya dia dandanin dan balut dengan pakaian mewah serta perhiasan, namun tak lebih dari sekadar alat pemuas belaka. Dan di situlah Ana-Maria akan tinggal.

Namun ternyata ia mendapati dirinya salah.

Harem Zaazabyeer tidak seperti bangunan besar dengan puluhan kamar, tapi lebih seperti istana dengan desain yang menimbulkan kesan feminin, indah, mewah dan kaya akan budaya Timur Tengah, tentu saja. Untuk menuju ke sana, Ana-Maria harus berkendara dalam mobil 4WD, sekitar setengah jam, sebelum bangunan menyerupai istana itu tampak di depan mata, di antara hamparan padang pasir keemasan yang tandus, terisolasi dalam keindahan eksotisnya sendiri. Ia menelan ludah ketika mereka berhenti di gerbang megah itu.

"Maafkan saya, Selir Hanaa. Saya hanya bisa mengantar sampai di sini. Pria dilarang memasuki tempat ini. Anda akan ditemani oleh Kepala Harem."

Ana-Maria mengerjap kecil, membuka pintu mobil tanpa mengucapkan kata lalu turun. Di sana, berdiri seorang wanita Arab, mungkin berusia awal lima puluhan, mengenakan abaya merah tapi dipenuhi bordiran keemasan yang mewah dan sama sekali jauh dari kata sederhana. Selendang tipisnya juga berwarna senada, dengan bordiran emas di sekeliling garis pinggirnya, menutupi rambut hitam di balik itu. Diakah Kepala Harem? Posisi itu cocok untuknya, karena dia jelas berpenampilan jauh lebih menarik. Dan aura wanita itu juga berbeda, lebih penuh percaya diri, lebih menggoda, lebih berani dan ketika dia tersenyum sambil membungkuk hormat pada Ana-Maria dan Mahmoed, dia melakukannya dengan cara yang membuatnya tampak begitu anggun sekaligus elegan.

"Selamat datang di Harem Al Andalusi, Selir Hanaa. Terima kasih sudah mengantarkan Selir Hanaa padaku, Tuan Halabi."

Dari sudut matanya, Ana-Maria melihat pria itu mengangguk pelan. "Sudah menjadi tugas saya, Nyonya Kouri." Lalu tanpa berpanjang lebar, dia menoleh pada Ana-Maria. "Saya permisi dulu, kalau begitu, Selir Hanaa. Dokter wanita akan dikirim kepada Anda sebentar lagi. You're in good hand now."

Lalu Mahmoed membungkuk, mundur dan berbalik kembali masuk ke mobilnya dan melesat pergi tak lama kemudian, meninggalkan Ana-Maria di tempat baru yang gersang ini, sepi dan jauh dari mana-mana, sehingga ia berpikir ia baru saja ditransfer dari satu penjara ke penjara lain yang jauh lebih ketat pengamanannya. Pelan, ia menghela napas dan mengalihkan pandangannya kembali kepada Sang Kepala Harem.

Wanita itu kembali tersenyum menatapnya dan kali ini melangkah mendekat dan mengejutkan Ana-Maria ketika dia menjulurkan tangan dan meraih tangan Ana-Maria. "Mengapa wajah Anda begitu cemberut, Selir Hanaa? Bukankah suatu kehormatan bisa memasuki Harem Al Andalusi dan melayani Yang Mulia? Jangan cemas, saya akan membantu Anda beradaptasi di sini."

Ana-Maria kehilangan kata-kata dan akhirnya hanya bisa mengangguk. Ia juga tahu tidak ada gunanya berargumen dengan siapapun di sini. Jika Sang Kepala Harem berkata bahwa ini adalah kehormatan untuknya, so be it. Biarkan saja dia berpikir sesukanya.

The Sheikh's Love-SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang