42 B

9.3K 1.3K 60
                                    

Happy reading, moga suka. Jangan lupa vote dan komen yang banyak ya.

WP update, KK juga udah update ya wkwkwk.. Bab 53 udah di sana, so enjoy.

Luv, Carmen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,
Carmen

_________________________________________

Jangan cemaskan apapun dan pikirkan aku saja.

Kata-kata pria itu sejenak membuat Ana-Maria merasa pria itu sedang mencoba mengelabuinya. Tapi kemudian ia berpikir ulang, Zayyeed tentunya juga ingin mencari jawaban secepat mungkin. Ia hanya perlu percaya bahwa begitu petunjuk ditemukan, pria itu akan langsung membebaskannya.

Sementara waktu, seperti kata Zayyeed, ia hanya perlu berhenti memikirkan hal-hal yang meresahkan.

"Aku sudah memberi perintah pada sopir."

"Ya?"

Ia kembali mengangkat mata menatap wajah Zayyeed. Pria itu tersenyum kecil lalu menarik tangannya dan kembali duduk bersandar di sudut sofa.

"Kita akan berkeliling London sebentar sebelum menuju hotel. Kau bisa menikmati spot-spot terkenal di London." Pria itu menunjuk jendela-jendela persegi panjang di sepanjang sisi limusin yang menghamparkan pemandangan kota. "While we enjoy the food and drink."

Lama-lama ia bisa mabuk oleh kemewahan yang diberikan pria itu dan otaknya akan lumpuh tak lagi bisa berpikir, tapi mungkin itu juga yang diharapkan oleh Zayyeed?

Satu jam berikutnya, Ana-Maria sudah melupakan keresahannya. Bersama pria itu di sampingnya, yang setia menunjukkan dan memberikan penjelasan, Ana-Maria memanjakan matanya. Ia tidak tahu bahwa tur dari balik jendela mobil bisa menjadi sesuatu yang juga menyenangkan.

Mereka berkendara melewati Tower of London, kastil megah bersejarah di tepi Sungai Thames. Ana-Maria juga dibuat kagum pada Big Ben setinggi puluhan meter itu. Lalu mereka berkeliling Buckingham Palace yang merupakan kediaman Ratu. Mereka juga melewati Westminster Abbey, gereja kerajaan yang megah dan agung. Lalu terus menuju Oxford Street yang sibuk dan penuh dengan pusat perbelanjaan yang mencengangkan. Perjalanan mereka terasa magis walau Ana-Maria hanya bisa mengagumi tempat-tempat yang mereka lewati dari balik jendela.

Ketika tur singkat itu berakhir, mobil mereka kembali menuju Savoy Hotel di jantung Kota London, Sungai Thames. Keduanya diantar ke Royal Suite yang sudah dipesankan pihak Kerajaan Inggris sebagai tempat menginap selama Zayyeed ada di sini.

Saat masuk ke suite itu, Ana-Maria berusaha untuk tampak biasa saja. Tapi hal itu sangat sulit untuk dilakukan. Mulai dari ukuran kamar yang luar biasa luas, dekor kamar yang mewah yang dikombinasikan dengan seni dan barang antik yang dipilih secara khsusus, kamar yang juga menyediakan pemandangan ke Sungai Thames ini sangatlah luar biasa.  Ada ruang tamu dan ruang makan terpisah, juga kamar tidur dengan ranjang bertiang empat serta dressing room besar dengan kamar mandi yang juga menghamparkan pemandangan indah.

Zayyeed menyesal karena tidak bisa menemani Ana-Maria makan malam karena pria itu harus menghadiri jamuan makan malam yang diadakan Ratu dan mustahil membawa Ana-Maria. Yang Zayyeed tidak tahu, Ana-Maria malah lega pria itu tak mengajaknya serta.

"Aku akan segera kembali."

Ana-Maria mengangguk. "I like it here. Aku bisa menatap pemandangan ini sepanjang malam, jadi jangan cemaskan aku, aku akan baik-baik saja di sini."

"Kau ingin aku memanggil Nahla menemanimu?"

Ana-Maria menggeleng cepat. "Tidak usah. Kalau aku butuh, aku akan memanggilnya. Just go and enjoy your dinner."

Zayyeed mengangguk. "Aku sudah menempatkan beberapa pengawal tambahan di lorong ini."

Ana-Maria memutar bola matanya. "Kau takut aku melarikan diri?"

"It's for your safety, jangan selalu berpikiran buruk."

Ana-Maria mencibir.

"Kau menikmati tur singkat kita tadi?" tanya Zayyeed lagi sambil memutar ke arah cermin dan merapikan kembali dasi kupu-kupunya. Apa pria itu tidak tahu bahwa dia sudah sangat tampan?

"Ya, tapi akan lebih menyenangkan jika aku bisa turun dan berjalan-jalan."

Tanpa sadar ia mendekati pria itu, berjinjit untuk memutar bahu Zayyeed, meminta pria itu menghadapnya. Lalu tangannya naik untuk membantu merapikan dasi pria itu. Tindakan sederhana. Hanya refleks. Tapi rupanya itu membuat Zayyeed terkejut. Pria itu tampak tersentuh juga terharu di saat yang sama tatkala mata mereka beradu dalam pantulan cermin. Dan itu membuat hati Ana-Maria terenyuh.

"There you go," ucap Ana-Maria agak tercekat.

"Terima kasih, Hanaa," jawab pria itu serak.

Oh jantung, bisakah kau tenang untuk sejenak?

"Kau tampan, Yang Mulia."

Ana-Maria ingin menampar dirinya sendiri setelah kata-kata itu keluar. Dan Zayyeed juga tampak kehilangan kata untuk sejenak. Lalu tanpa peringatan, dengan gerak secepat kilat, pria itu meraih bahu Ana-Maria dan menciumnya sekilas. Hanya sekilas.

"I'll be right back," ucapnya seperti janji lalu pergi.

Keajaiban malam itu rupanya belum berakhir. Saat Zayyeed pulang setelah jamuan, tanpa banyak bicara pria itu mengajaknya keluar. Ana-Maria tidak tahu ke mana Zayyeed akan membawanya sampai mereka tiba di London Eye. Pria itu meraih tangannya dan menatap Ana-Maria.

"Bukankah kau ingin turun berjalan-jalan?"

Ana-Maria mereguk ludah. "Bolehkah?"

"Bersamaku, you'll find everything is possible."

Mereka lalu turun dari mobil dan pria itu menuntunnya mendekat. Ana-Maria mendongak dan menatap indahnya cahaya yang mengelilingi roda raksasa itu saat Zayyeed menuntunnya ke dalam kapsul. Hanya ada mereka berdua di dalam sana, di dalam kapsul raksasa yang akan membawa mereka naik mengelilingi roda dan menikmati pemandangan malam London tanpa batas, dari segala arah, menghamparkan London dari sudut 360 derajat. Setengah jam yang penuh sihir keajaiban, begitulah Ana-Maria menyebutnya. Apalagi ketika mereka berada di puncak dan Zayyeed tiba-tiba meraih pinggang Ana-Maria dan mendekatkan wajah mereka. Lalu mereka berciuman dari atas ketinggian menakjubkan itu hingga rasanya Ana-Maria tak ingin lagi menjejak bumi.

Sungguh, jika ini adalah salah satu cara Zayyeed merayunya untuk naik ke tempat tidur, maka Ana-Maria harus mengakui bahwa pria itu sudah menang.

The Sheikh's Love-SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang