Happy Reading
Jangan lupa vote dan komennya ya.
Luv,
Carmen
________________________________________________________________________________
Jamuan makan siang bersama para kerabat dan tamu undangan selesai dalam dua jam yang panjang diikuti pembahasan lanjutan tetapi Zayyeed puas dengan hasilnya. Ia berjalan kembali ke ruang kerja bersama penasihatnya dan Mahmoed, sebelum meminta penasihatnya itu untuk meninggalkannya berdua dengan Mahmoed.
"Kau sudah mendapatkan nama-nama yang ingin kau rekomendasikan dalam tim investigasi khusus?" tanyanya tanpa basa-basi ketika mereka hanya tinggal berdua. Zayyeed bergerak ke balik meja sementara Mahmoed mengambil tempat di seberangnya.
Pria yang dipercayainya untuk menjaga keamanan dan keselamatan seluruh istana ini termasuk hidupnya tampak mengangguk. Lalu dengan penuh percaya diri mengeluarkan secarik kertas dari balik jubah yang dikenakannya. "Silakan dicek, Yang Mulia."
Zayyeed mengambil daftar pendek itu dan menelusuri namanya satu persatu. Sebagian, ada yang dikenalnya, sebagian lagi tidak, tapi ia selalu mempercayai penilaian Mahmoed. Namun tatapannya berhenti sejenak di atas nama yang dikenalnya.
"Zabar Waleed..." ucapnya pelan.
"Benar, Yang Mulia," tanggap Mahmoed, walaupun sebenarnya Zayyeed tidak membutuhkan tanggapan tersebut.
"Kau memasukkan namanya?" Tatapan Zayyeed beralih ke wajah kepala pengamanannya itu.
Mahmoed mengangguk mantap. "Benar."
"Apa dia berpengalaman?"
"Dia cukup berpengalaman, Yang Mulia."
Zayyeed mengangguk, lalu kembali bertanya, "Atau karena dia orang yang mengisiki kita tentang teror bom tersebut?"
"Saya tidak akan mengabaikan fakta bahwa itu salah satu alasan saya memilihnya, Yang Mulia. Tapi, bukan karena jasanya, tapi karena keahliannya dalam investigasi, kasus teror bom itu membuktikan bahwa dia memiliki potensi lebih dibanding pasukan polisi kerajaan kita yang lainnya. Dan menurut saya, cukup adil melibatkannya, karena dia yang paling tahu tentang kasus ini. Mungkin ada hal-hal lain yang bisa ditemukannya lagi."
Zayyeed mengangguk. Alasan Mahmoed masuk akal. Zayyeed juga memiliki pikiran yang sama. Tapi, ia masih merasa bahwa memasukkan Zabar ke dalam tim bukan pilihan yang tepat.
"Apa Anda meragukannya, Yang Mulia?" tanya Mahmoed kemudian, dengan suara yang lebih pelan.
Zayyeed menghela napas sebelum menggeleng. "Tidak, aku tidak meragukan keahliannya, Mahmoed."
"Atau Anda meragukan kesetiaannya? Anda tidak percaya pada Zabar?"
Zayyeed kembali menggeleng tegas. "Tidak, aku mempercayainya. Dia tidak mungkin dengan sukarela membuka mulut dan memberitahu kita apabila dia terlibat. Jika bukan Zabar, aku tidak bisa membayangkan kerusakan yang sudah terjadi, Mahmoed. Jadi aku tidak meragukan baik kesetiaan maupun keahliannya."
Zayyeed mengatakan yang sebenarnya. Ia sudah meminta Mahmoed memanggil pria itu ke istana, Zabar sudah menghadapnya, ia sudah mendengar cerita pria muda itu. Segalanya cocok. Yang dilakukan Zabar hanyalah mengikuti protokol kerajaan, memastikan semua pihak yang bekerjasama dengan kerajaan adalah pihak-pihak yang dapat dipercaya. Dia memeriksa latar belakang pemilik katering, menemukan sesuatu yang menurutnya cukup mencurigakan, sejumlah transfer dana dalam jumlah besar dan memutuskan untuk menyelidiki asal uang tersebut. Dan menemukan jawaban yang mengejutkan, tepat di hari parade akan berlangsung.
"Jadi, apa yang Anda pikirkan, Yang Mulia?"
Zayyeed kembali menatap daftar tersebut sebelum memandang Mahmoed dan mengutarakan apa yang ada di benaknya. "Aku tahu dia berjasa dan melibatkannya dalam tim ini akan memberikannya peluang baru. Tapi dia masih lumayan muda dan belum begitu berpengalaman dibanding yang lain, aku hanya takut dia menjadi arogan dan mulai tidak bisa mengontrol mulutnya, menyombongkan diri dan merusak kerahasiaan investigasi. Oh... aku tahu itu hanya kemungkinan kecil, tapi aku merasa aku membutuhkan orang-orang yang tidak terlibat langsung dalam kasus tersebut, sehingga kita bisa mendapatkan perspektif baru, sudut pandang baru dalam memandang kasus ini. Aku yakin kau mengerti maksudku, Mahmoed?"
Seperti biasa, pria itu mengangguk patuh. "Tentu saja, Yang Mulia."
Zayyeed mengangguk. "Kalau begitu, coret nama Zabar dari daftar. Apa kau punya seseorang yang menurutmu bisa menggantikan tempatnya?"
Mahmoed berpikir sejenak sebelum menjawab. "Bagaimana kalau Zameer Arazi? Dia baru menyelesaikan pelatihan militernya di Inggris."
Ya, Zayyeed mengingat pria itu. Mereka mengirimnya dalam pelatihan khusus ke Inggris – Mahmoed tepatnya, dan Zayyeed tidak tahu kenapa mereka tidak mencantumkan nama pria itu di daftar utama. Dia jelas pilihan tepat. "Aku tidak tahu kenapa kau baru merokemendasikannya sekarang. He'll be a good choice for the team."
Mahmoed mengangguk cepat. "Saya akan segera menghubunginya, Yang Mulia."
"Bagus. Kau juga sudah menghubungi kedua orang yang kurekomendasikan untukmu?" tanyanya lebih lanjut.
Seperti biasa, Mahmoed menjawab sigap, "Sudah, Yang Mulia. Mereka siap mulai kapan saja."
"Baik," Zayyeed menepuk meja pelan untuk menunjukkan kepuasannya. "Mulai hari ini, tim investigasi resmi terbentuk. Kau akan melaporkan semua perkembangannya hanya padaku dan padaku saja, kau mengerti, Mahmoed? Dan semua keputusan yang akan diambil harus didiskusikan denganku. Aku adalah pembuat keputusan akhir."
Mahmoed berdiri dan mengangguk hormat sebelum menjawab mantap. "Saya mengerti, Yang Mulia. Saya dan tim tidak akan mengecewakan Anda."
"Bagus," ucap Zayyeed puas.
Perhatian mereka teralihkan ketika ponsel Mahmoed bergetar di balik sakunya. Pria itu menatap Zayyeed sekilas dan ia mengangguk untuk memberikan persetujuan. Mahmoed memiliki posisi penting di kerajaan dan menunda-nund menjawab panggilan bisa saja berakibat fatal. Begitu mendapat persetujuan, pria itu segera merogoh ke balik jubah dan mengeluarkan benda mungil itu, mengusap layarnya dan menempelkan ke telinga. Zayyed meyatukan jemarinya dan membawa kedua tangannya ke bawah dagu, lalu ikut memperhatikan ekspresi Mahmoed sambil menebak-nebak isi pembicaraan tersebut. Jelas, wajah Mahmoed berubah serius lalu murung, jad itu bukan kabar baik.
"Aku mengerti, akan segera kusampaikan."
"Ada apa?" sela Zayyeed ketika Mahmoed menurunkan ponselnya.
Ekspresi pria itu kini seperti dipaksa menelan batu. Zayyeed melihatnya segan menyampaikan berita tersebut, namun juga tidak memiliki pilihan lain. "Selir Hanaa... Selir Hanaa jatuh sakit, Yang Mulia. Demam tinggi."
Zayyeed bangkit seketika dan ia memaki dirinya sendiri karena reaksi yang tak bisa ditahannya itu. "Demam tinggi?" tanyanya tajam.
Mahmoed mengangguk. "Pelayan pribadinya mengantarkan makan siang ke kamar dan menemukan Selir Hanaa masih di ranjang, tubuhnya panas dan setengah tidak sadarkan diri. Dokter sudah tiba di Istana Harem, Yang Mulia," tambah Mahmoed cepat seolah hal itu akan menenangkan emosi Zayyeed.
Sial! Ia mengepalkan tangan dan menatap Mahmoed dengan tatapan tidak senang. "Aku akan ke sana," ucapnya singkat lalu berjalan keluar dari balik meja.
"Saya akan mengawal Anda, Yang Mulia."
"Tidak perlu. Aku tidak perlu mengingatkanmu, bukan? Kalau sampai terjadi apa-apa pada Selir Hanaa, itu gara-gara kau dan metode interogasimu yang keterlaluan! Demi Tuhan, dia hanya seorang gadis muda!"
Lalu Zayyeed berjalan melewati Mahmoed, mengibas jubahnya kasar saat ia berjalan cepat untuk mencapai pintu. Ia tahu kekesalannya tidak beralasan, bagaimanapun Mahmoed tidak bersalah, pria itu hanya mengikuti protokol dan seperti itulah cara penanganannya di Zaazabyeer. Tapi, ia tahu jika terjadi sesuatu yang sangat buruk pada Hanaa, Zayyeed mungkin akan sedikit kesulitan bersikap objektif dan memaafkan Mahmoed. Karena ia menginginkan Hanaa. Ya, lebih mudah mengakui hal itu. Ia menginginkan Hanaa. Karena itulah ia mengatur semua ini, menyembunyikan gadis itu di tempat paling sempurna dalam kerajaannya, di haremnya, di tempat di mana ia memiliki kekuasaan penuh atas gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sheikh's Love-Slave
RomanceAna-Maria Francise Taranu adalah seorang gadis muda penuh mimpi dari sebuah negara kecil di Eropa Timur yang bernama St. Monty. Demi impian dan cintanya, ia mengikuti sang kekasih untuk bekerja di sebuah negara eksotis berbentuk kerajaan di Timur Te...