Bab 42 A

9.2K 1.3K 27
                                    

Happy reading, semoga suka.

Bab 52 sudah diupdate di Karyakarsa. Mengandung sedikit adult scene ya, but still safe kok.

Enjoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy

Luv,
Carmen

__________________________________________

Jadwal mereka mundur dan rombongan Zayyeed baru mendarat di Bandara Heathrow keesokan siangnya. Ana-Maria tidak bisa menggambarkan perasaannya saat ini. Gembira, gugup, antusias, dan tak percaya. Ia benar-benar keluar dari Istana Harem Andalusi dan kini tengah berada di Inggris, salah satu negara yang selalu ada dalam daftar teratas tempat yang ingin dikunjunginya.

Walau semua tidak seperti yang Ana-Maria rencanakan, ia senang ia bisa berada di sini.

Tentu saja, perjalanan kali ini sangat berbeda. Ana-Maria datang bersama salah satu penguasa negara di timur tengah, dengan protokol pengawalan ketat. Ana-Maria tidak datang sebagai turis biasa dan ia bahkan didampingi Nahla, pelayan pribadinya. Dan tentu saja, ia tidak datang ke Inggris sebagai Ana-Maria Francise Taranu, tapi sebagai Hanaa, selir Yang Mulia Zaazabyeer.

Mengapa hal itu tak terpikirkan olehnya? Ia tadinya berpikir kalau ia akan bisa bebas keluar dari Zaazabyeer dengan status aslinya, dengan identitas dan paspor asli. Naif, omelnya pada diri sendiri. Tentu saja hal itu tidak terjadi. Ia bepergian sebagai Hanaa, dengan identitas baru yang dengan mudah diberikan pria itu.

Yah... apa yang tidak bisa dilakukan seorang raja, bukan?

'Mengapa aku tidak bisa bepergian dengan identitas asliku sendiri?'

'Apa kau sudah lupa, Hanaa? Ana-Maria Francise Taranu masih berstatus sebagai tersangka terorisme. Jangan ceroboh dan bertindak tolol. Ini adalah yang terbaik yang bisa kulakukan untuk membawamu keluar.'

Ana-Maria ingin berkata bahwa ia tidak ceroboh ataupun tolol, tapi mungkin pria itu bermaksud memperingatkannya agar jangan bertindak gegabah dan membuat masalah atau bahkan mencoba untuk kabur. Well, itu tak akan terjadi. Tidak lagi. Ia percaya pada janji pria itu untuk membersihkan namanya. Lagipula ia sudah cukup senang karena akan bertemu kakaknya, bagi Ana-Maria, Zayyeed sudah membuktikan itikad baiknya.

'Jangan cemas, aku akan bersikap baik.'

'Terima kasih, Hanaa. Aku tahu ini sulit, tapi bersabarlah. Keluargamu sudah dihubungi dan mereka sudah mendapatkan penjelasan atas situasimu, jadi jangan cemas. Semua akan baik-baik saja.'

Itu sangat melegakan Ana-Maria. Selama keluarganya tahu ia baik-baik saja, Ana-Maria tak keberatan tinggal selama apapun di Istana Harem pria itu.

Wait! Apa ia mendengar dirinya sendiri? Tolol!

'Jadi di mana kami akan bertemu?" Lebih karena ia kesal pada dirinya sendiri, ia mulai mendesak.

'Bersabarlah, temani aku dulu di Inggris.'

Itulah masalahnya! Semakin lama berada di samping pria itu, semakin Ana-Maria merasa ia tidak seperti dirinya.

"Hanaa?" Panggilan itu menyadarkan Ana-Maria dan membawa pikirannya kembali ke masa sekarang. Ia menoleh dan menatap pria yang duduk di sebelahnya di dalam mobil limusin panjang mewah ini. "Apa yang sedang kau pikirkan?"

Duh, apa pria ini bisa membaca pikiran?

Ana-Maria menggeleng. "Nothing... Yang Mulia."

Ia terkesiap halus saat pria itu mencondongkan tubuh mendekat lalu meraih dagunya. Mata mereka bertatapan dan Ana-Maria semakin sulit bernapas. Ia tak terbiasa melihat pria itu dalam setelan jas, dan melihat pria itu dalam setelan ini membuatnya teringat kembali akan pertemuan pertamanya dengan Zayyeed di balkon. Entah kenapa, ingatan itu rupanya membekas sangat dalam, menumbuhkan getar hebat yang susah dikontrol Ana-Maria. Pria itu lebih dari tampan. Auranya mengalahkan semua yang ada di sekeliling pria itu dan memaku tatapan Ana-Maria hanya padanya.

"Apa kau sangat merindukan keluargamu? Kupikir kau akan senang menghabiskan waktu beberapa hari di London karena ini salah satu tempat yang sangat ingin kau datangi, bukan?"

Tentu saja, pria itu tahu semuanya. Tak ada rahasia yang tak digalinya dari kehidupan Ana-Maria. Ia diperiksa, diinterogasi, latar belakangnya diinvestigasi sehingga semua celah privasinya tak lagi bersisa. Bukankah ia memiliki banyak alasan untuk membenci pria itu? Tapi mengapa justru...

Sudahlah, Ana-Maria tak ingin mencari tahu.

Ia lalu menggeleng pelan. "Tidak, Yang Mulia. Aku... sebenarnya aku senang. Aku hanya... tengah memikirkan masa lalu."

Dan Ana-Maria tahu ia melakukan kesalahan saat wajah pria itu berubah muram.

"Bu... bukan dia!" Ana-Maria menghindar menyebut nama Bruce karena ia tak ingin Zayyeed marah. Tapi kenapa sekarang ia mulai cemas apakah Zayyeed marah ataukah tidak?

Tapi Ana-Maria lega saat ekspresi mendung menakutkan itu berganti dengan kerutan bingung. Terburu, ia cepat menjelaskan.

"Aku hanya... aku hanya berusaha mencerna semua yang terjadi belakangan, Yang Mulia. Saat ada di Istana Harem, rasa-rasanya dunia luar seperti mimpi, jauh dari jangkauan. Tapi kau benar-benar membawaku keluar dan aku... entahlah... sejenak aku masih berpikir apakah ini nyata? Kupikir aku takkan pernah bisa keluar apabila... apabila... kau tahu, aku takut jika... kau takkan pernah menemukan kebenaran. What will happen to me then?"

"You'll be fine, selama ada aku, kau akan baik-baik saja," ujar pria itu dan satu jarinya mulai membelai bawah dagu Ana-Maria, setengah menghipnotisnya. "Apa kau ingin kebenaran segera terungkap, Hanaa?"

"Tentu saja!"

"Mengapa? Karena kau ingin bebas dariku? Apa kau akan pergi meninggalkan Zaazabyeer setelahnya?"

"Ak... aku..." Ana-Maria tidak bisa menjawab.

"Sudahlah, lupakan saja," potong Zayyeed sejurus kemudian. "Aku sudah memberikan janjiku. Namamu akan dibersihkan, kau hanya perlu bersabar, Hanaa. Jangan cemaskan apapun dan sementara waktu, pikirkan aku saja, oke?"

The Sheikh's Love-SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang