Teleportasi

18 5 0
                                    

Kolaborasi by: allth_ (Fantasy) & jhounebam (Teenfict)

Hujan mengguyur kota pagi ini, hawa dingin semakin membuat siapapun ingin kembali tertidur tanpa melakukan aktivitas pagi. Namun, tidak dengan Freya yang harus mengikuti ujian untuk perguruan tingginya. Takut, itulah yang ia rasakan sekarang. Kini Freya tengah termenung menikmati hujan disebuah bangku taman, bajunya telah basah kuyup. Ia berandai bahwa dirinya dapat mengulur waktu sejenak untuk melarikan diri dari kehidupannya yang saat ini.

Freya tersentak ketika mendengar bunyi ramai dari kubangan air tak jauh dari tempat duduknya. Rasa penasarannya membuat ia bangkit berjalan menghampiri kubangan air tersebut. Kaki kanannya ia kerahkan untuk masuk pada lubang yang nampak dangkal itu, namun bertapa terkejut dirinya ketika kakinya merasakan basah hingga mata kaki. Untuk memastikan kembali, Freya kembali memasukkan kedua kakinya ke kubangan air itu.

_Byur_
Kini Freya terjebur sepenuhnya bak tenggelam di lautan. Freya merasakan sakit di kepalanya dan kesadarannya mulai menipis. Namun sebelum Freya tidak sadarkan diri, ia dapat merasakan masa depannya akan berubah setelah kejadian ini.

Kesadaran Freya kembali, ia tersadar pada tempat yang menurutnya sangat asing. Banyak orang disekitarnya terlihat menggunakan baju tradisional, membuat Freya berargumen bahwa dirinya sedang berada pada tempat syuting drama sejarah. Masih dengan seragam sekolah dan jaket yang ia kenakan lengkap dengan tas sekolah dipundaknya, Freya bangkit dan menghampiri orang sekitar.

"Permisi, apakah ini syuting drama sejarah?" tanyanya.

Sosok pria berusia kira-kira 40 tahun yang ia tanyain itu menatap Freya dari atas hingga bawah, heran pakaian apa yang dikenakan oleh anak muda di hadapannya kini. Tanpa menjawab pertanyaan Freya pria tersebut berteriak dengan keras memanggil beberapa pria berpakaian hitam kuno, bak prajurit.

Freya yang masih bingung hanya menyaksikan itu dengan polosnya tanpa mencurigai mereka.

"Lihatlah, anak ini terlihat sangat aneh. Aku curiga dia adalah penyusup," pria tadi berujar kepada 4 prajurit yang menghampirinya seraya menunjuk Freya.

Freya yang merasa posisinya terancam kembali berujar guna memberi penjelasan. "Apa, penyusup? Aku–" belum selesai ia berujar, kalimatnya dipotong oleh salah satu prajurit.

"Jelaskan nanti saja nona, dihadapan raja." tanpa ba-bi-bu, mereka berempat menyeret paksa Freya.

Lanjutan
Judul: Teleportasi
Jumlah kata: 534

"Ambilkan tali tambang," suruh salah satu prajurit yang menahan Freya. Tanpa disadari mereka sudah sampai di depan gapura istana.
"Kenapa kau mengikatku?! Lepaskan!!" Freya meronta sekali lagi.
"Kau lebih baik diam, nona."
Setelah kedua tangan Freya terikat sempurna, ia dibawa masuk ke dalam istana untuk menemui raja.
Dalam kondisi tertangkap dengan tuduhan sebagai penyusup memanglah menjengkelkan, tapi harus Freya akui bahwa ia takjub akan segala interior istana yang ia pijaki. Mulai dari lantai, tembok, lampu gantung, dekorasi, ditambah dengan banyaknya pelayan istana yang berseliweran membuat Freya seperti berada di film sejarah.
"Hormat, Yang Mulia Raja! Kami membawa orang ini dengan tuduhan sebagai penyusup karena perilakunya yang mencurigakan," ucap salah satu prajurit dengan lantang.
"Kau datang dari mana? Mengapa pakaianmu aneh seperti itu?" Raja itu bertanya dengan suara besarnya.
"Yang Mulia Raja, saya sepertinya terbawa ke masa lalu saat saya mencelupkan kaki saya ke dalam kubangan air. Pakaian saya tidak aneh, ini memang pakaian biasa di masa depan. Saya mohon lepaskan saya." Sedetik kemudian gelak tawa sang raja menggelegar ke seluruh sudut istana.
"Masa depan katamu? Konyol sekali!" Para prajurit tak segan ikut tertawa meledek Freya yang tak berdaya.
"Cukup! Prajurit Mahendra, bawa dia ke penjara!" perintah raja itu menyuruh prajurit kurus di sebelahnya untuk membawa Freya.
"Ba..baik, Yang Mulia."
Freya menaikkan satu alisnya saat menatap prajurit gagap itu.
"Jalan!" Freya bisa mendengar jelas suaranya yang bergetar. Kemudian prajurit lain meninggalkan mereka dan membiarkan prajurit kurus itu untuk mengurus Freya.
"Kau baru bergabung sebagai prajurit di istana ini?" Setelah keluar dari istana, Freya bertanya pada Mahendra, prajurit yang tampak gagap saat berbicara dengan raja tadi.
"Di..diam, nona! Sebentar lagi kita akan sampai di penjara," balas Mahendra dengan ragu-ragu menyodorkan tombaknya di hadapan wajah Freya.
"Kau percaya bahwa aku adalah manusia dari masa depan?" Freya bertanya dengan senyum miring. Ia sama sekali tidak takut akan tombak runcing itu.
"Eh?"
"Mau kutunjukkan sesuatu yang menakjubkan dari masa depan?" Freya tersenyum menantang.
"Tapi berjanjilah, kau tidak akan memberitahu siapapun tentang ini." Mahendra membalas dengan anggukan. Lalu mereka berdua pergi bersembunyi di balik semak-semak. Prajurit itu melepaskan tali tambang yang melilit tangan Freya.
Kemudian Freya mengeluarkan sesuatu berbentuk bulat berwarna merah dari tas nya.
"Benda ini namanya lollipop, suatu inovasi dari masa depan. Cobalah!" Freya menyodorkan permen itu kepada Mahendra.
"Kau yakin?" Prajurit itu tampak ragu. Daripada berlama-lama, Freya langsung memasukkan permen itu ke dalam mulut Mahendra.
Awalnya Mahendra sempat menolak, tapi setelah beberapa detik, kedua mata prajurit itu terbuka.
"Rasanya manis. Ini lezat!" seru Mahendra dengan mata berbinar-binar menatap permen itu.
"Kalau ini namanya kamera. Benda ini bisa memotret gambar apapun." Freya langsung memotret Mahendra yang sedang menjilat lollipop di depannya. Prajurit itu mengerjapkan matanya karena cahaya blitz yang muncul tiba-tiba.
"Lihat, keren bukan?" Dengan bangga Freya menunjukkan hasil fotonya kepada Mahendra.
"Wah, ini benda ajaib!" Mahendra tak henti-henti memuji kamera milik Freya.
"Jadi, apakah kau mau hidup di masa depan?" tanya Freya dengan berbisik.
"Sungguh?"
"Ini kesempatan pertama dan terakhirmu. Jika kau tidak mau, maka kau akan mati di zaman ini tanpa bisa melihat banyak benda ajaib lainnya di masa depan," tawar Freya sambil menaikkan kedua alis.
"Kalau begitu, bawa aku ke masa depan!" balas Mahendra bersemangat.
"Baiklah. Pertama, kita harus mencari kubangan air dulu."

UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang