Atap Lima Sore

8 4 0
                                    

Kolaborasi by: hwarien (Teenfict) & setefvi (HTM?

Tepat pukul lima sore di atap gedung SMA Bakti, Rasya menunduk, melihat sosok yang baru saja jatuh dari ketinggian empat lantai. Tubuh itu bersimbah darah, terutama di bagian kepala. Kakinya menekuk, tangannya merentang, dan matanya terpejam sempurna. Tidak ada pergerakan lagi dari satu-satunya siswa yang memakai anting salib itu. Kini, Rasya bisa bebas sebebas-bebasnya.
Ia sangat berharap demikian.

Perlahan, Rasya turun. Tangan dan kakinya gemetaran tak karuan. Ia lantas berpegangan sebisanya pada dinding pembatas. Tak berselang lama, lelaki yang memakai pin OSIS di kerah kirinya itu luruh, bersandar pada meja rusak yang ditumpuk begitu saja di sana. Ia tahu apa yang baru saja ia lakukan. Ia tahu bahwa setelah ini ia harus lari karena penjelasan apa pun tak akan berpihak padanya.

“Bukan ini yang kumau. Kalau senior nggak merundungku dari awal, semua ini nggak akan terjadi.”

Sambil mengusap setitik air mata yang menetesi pipi, Rasya bangkit. Ia bergegas menuju kelas sebelum penjaga sekolah mengetahui apa yang telah terjadi. Jam pelajaran yang sudah lama usai membuat sekolah ini sepi. Hanya ada beberapa siswa yang melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler. Itu pun jauh dari keberadaannya, mengingat tempat jatuh siswa kelas dua belas itu di sekitar taman belakang.

Dengan ini, Rasya bisa lari dari masalah.

Judul : Atap Lima Sore
Jumlah kata : 249

Kini Rasya berlari dengan pikiran kacau terbayang akan seseorang yang baru saja terjatuh dari lantai empat itu. Rasya memang menginginkan dia menderita namun ia tak tau jika perbuatannya akan menjadi fatal. Walaupun tak terbilang dekat dengan korban itu namun dialah yang menyebabkan Karin–  teman sekelas Rasya terjatuh dari ketinggian.

"Enggak ini bukan salahku." Gumam Rasya sepanjang perjalanan menuju rumah.

Disepanjang perjalanan Rasya merasa dirinya tengah di perhatikan seseorang dengan jarak jauh. Meskipun kejadian tadi hanya di lihat oleh satu seniornya namun ia merasa was-was. Karena dia bukan orang sembarangan, dia bisa melakukan apa saja sesuai dengan apa yang dia mau.

Saat sampai di depan rumah, Rasya menengok ke kanan dan ke kiri ia memastikan bahwa tidak ada satu orang pun yang melihat dia pulang dengan raut wajah ketakutan.

Kini Rasya tengah bersandar pada kepala ranjang di kamarnya yang terletak di lantai dua itu. Ia tengah menyibukkan diri dengan tangan membuka lembaran-lembaran novel. Jarum jam sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam dan Rasya memutuskan untuk masuk ke alam mimpinya.

Suara petir menggelegar di luar sana membuat tidur Rasya sedikit terganggu, matanya dengan samar-samar terbuka menampakkan jendela yang remang-remang terlihat sosok bayangan hitam yang sedang berjalan.

Awalnya Rasya mengira itu hanyalah orang yang berlalu lalang namun beberapa saat kemudian ia tertegun, mengingat bahwa keadaan di luar yang sedang hujan dan kamarnya  berada di lantai dua itu berhasil membuat bulu kuduk Rasya berdiri. Hal itu mengingatkan nya akan perbuatannya siang tadi dan rasa bersalah itu kembali muncul dibenaknya.

UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang