Nuklir

7 0 0
                                    

Kolaborasi by: Niiflaaa (Teenfict) & PatriciaAnggi (Science Fiction)

Akibat dari konflik antara Rusia dan Ukraina yang menyebabkan Amerika ikut campur hingga perang dunia ketiga itu pun terjadi.

Dunia ini bukan Universe yang aku inginkan. Bumiku telah rusak. Kota-kota besar telah hancur lebur akibat dari ledakan nuklir yang mematikan.

Manusia mengalami banyak kepunahan.

Hal yang paling aku benci adalah tidak adanya cahaya matahari.

Sinar itu telah tertutupi asap akibat perang nuklir meledak.

Suhu dunia turun. Tentunya, musim panas yang biasanya sangat terik akan membuat manusia mengalami kesusahan untuk bertahan hidup. Mereka akan kelaparan apalagi kalau tidak karena banyaknya sayuran yang layu hingga mati dan tak mampu memproduksinya lagi.

Sungguh, aku tidak bisa membayangkan betapa banyaknya orang yang kelaparan di mana-mana.

Makanan yang berasal dari kalengan dan kemasan bukannya hanya mampu diproduksi oleh orang yang berkecukupan?

Tidak berlaku bagi diriku. Sungguh, putus sekolah hanya demi melanjutkan hidup adalah sesuatu yang tidak pernah ada dalam list kehidupan.

Bisa dikatakan dulu aku adalah murid terpintar di kelas. Menjadi siswi ambis yang tak ingin terkalahkan. Selalu menjadi nomor satu dan menjadi suri teladan bagi murid di sekolah.

Ya, itu dulu. Sebelum dunia ini berubah menjadi sesuatu yang kubenci. Membuatku harus putus sekolah agar mampu bertahan hidup.

Ayah meninggal dalam kejadian perang itu yang kebetulan dia adalah seorang tentara.

Sedangkan ibu?

Setelah bom menghantam partikel radioaktif naik ke langit dan jatuh ke bumi. Potongan-potongan itu menjadikannya kecil dan menyebar hingga manusia tak mampu melihatnya.

Iya, rupanya partikel itu mampu membunuh manusia, yang kalau dihirup akan menjadikannya racun langsung masuk ke sumsum tulang dan membuat korban terkena kanker tulang. Dan sialnya, ibu termasuk dalam jajaran korban tersebut.

Kini, aku hidup dengan sekelompok anak muda yang menyebut diri 'Perusuh'. Kami hidup di antara manusia-manusia yang kelaparan. Kami membantu mereka mendapatkan makanan dengan berburu, bercocok tanam dengan mengakali tanah yang kering, merawat yang sakit, dan mengkritik pemerintah.
Kami tahu, bahwa pemerintah melakukan penelitian rahasia. Perang hanyalah kedok yang mereka gunakan untuk menciptakan senjata bioteknologi dan mengujinya.
Kami menentang semua  penelitian rahasia yang dilakukan pemerintah yang sebenarnya tidak pantas disebut rahasia lagi. Mereka tidak peduli dengan kami, rakyatnya sendiri. Alam kami hancur oleh residu nuklir, sungai kami tercemar oleh bahan kimia.
Baru-baru ini, orang-orang di tempat kami bertingkah aneh setelah ada pesawat tempur melintas di desa kami dan menjatuhkan asap merah. Mereka jatuh sakit beberapa hari, tapi kemudian bangkit seakan tidak pernah sakit keras. Namun, mereka seperti bukan menjadi diri mereka sendiri.
Mereka tak jarang saling serang, mata memerah, lalu otot-otot di sepanjang tubuh mereka muncul ke permukaan kulit. Pemandangan yang menjijikkan. Mereka seperti orang mati yang berjalan tertatih-tatih, menggeram tanpa bicara, dan bengong sepanjang hari.
Kami, para Perusuh tahu bahwa itu merupakan ulah pemerintah. Kami selalu menjadi kelinci percobaan. Rakyat miskin, tak berdaya, dan sering kelaparan seperti kami. Entah bagaimana nasib kami ke depannya.
Lalu, setelah kami punah, siapa kelinci percobaan selanjutnya?

UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang