Duplication

13 1 0
                                    

Kolaborasi by: Sky_1125 (Romance) & Niiflaaa (Teenfict)

"Bisakah kau tidak mengekangku seperti ini Gerald? Aku hanya terlambat pulang setengah jam yang lalu dan kamu semarah ini!"

"Aku tidak ingin kau rusak, Je!"

"Rusak apanya? Aku bukan barang!"

Plak...

Satu tamparan mendarat di pipi Je, Gerald masih mengangkat tangan. Dibalas dengan tatapan menantang seraya menodongkan wajah ke tangan Gerald.

"Tampar lagi! Tampar! Kau berubah, Gerald!" pekiknya.

Ia kemudian mendorong tubuh Gerald yang tampak menyesali apa yang baru saja dilakukannya. Kemudian wanita itu meninggalkan Gerald begitu saja. Ia muak. Akhir-akhir ini Gerald menjadi sangat menjengkelkan. Over protective, obsesive dan otoriter.

Je mencoba berpikir positif, mungkin sikap defensif dan menyebalkan suaminya disebabkan oleh tekanan yang dialaminya. Je tahu Gerald tengah excited mengembangkan porject rekayasa genetika pada mahkluk hidup, terutama pada manusia.

Terlebih lagi, projects terbarunya yang bernama E-Projects, ditentang habis-habisan oleh para ilmuwan, termasuk tokoh-tokoh penting dunia lainnya. Caci-maki dan pemberitaan buruk tentang Gerald bertebaran di media, lantaran E-Project dianggap menyalahi nilai kehidupan dan hukum alam.

Jujur, Je lelah diperlakukan seperti ini. Rumah tangga macam apa, ini? Akan tetapi satu hal yang membuat Je tak pernah bisa meninggalkan Gerald. Ia mencintai pria itu. Sangat mencintainya.

Ia membanting pintu, menangis di kamarnya sementara Gerald memejamkan mata dirambati rasa sesal yang menyelinap dalam dada.

"Maafkan aku, Je."

   Je sedang membersihkan rumah sore itu, secara tak sengaja, Je menemukan sebuah panel rahasia yang terletak di balik meja kerja suaminya. Ia penasaran, lalu memberanikan diri memencet tombol tersebut.

Seketika lantai yang dipijaknya langsung bergerak turun hingga berhenti di sebuah ruangan. Sepertinya laboratorium rahasia, tempat Gerald mengembangkan penelitiannya.

Ia berjalan menyusuri lorong demi lorong. Atensinya tertuju pada sebuah pintu yang tampak berbeda.  Terpasang pengaman berupa panel dengan kombinasi angka untuk membukanya.

Je mencoba menerka kombinasi sandi tersebut, hari ulang tahunnya? Bukan. Hari ulang tahun Gerald? Bukan juga. Mungkin hari pernikahannya.

Walla! Seperti Mbah Dukun baca mantra, pintu baja tebal itu terbuka.

Ruangan itu penuh dengan tabung kaca besar dengan benda aneh berbentuk seperti gumpalan daging abstrak, tersambung dengan beragam kabel alat penopang kehidupan, bahkan di antaranya ada yang berbentuk mirip janin.

Sampai di penghujung ruang, ia dikejutkan dengan lima tabung berisi tubuh wanita. Saat ia perhatikan, ternyata wajah-wajah itu mirip dengannya, dan satu di antara kelima tabung itu kosong.

Dengan skeptis, ia lantas mengutak-atik komputer utama di ruangan tersebut demi memuaskan rasa penasaran. Satu-persatu file ia periksa, sampai jarinya berhenti mengesek virtual monitor di hadapannya.

Netranya terfokus pada sebuah file bertuliskan namanya, ia menghela napas panjang. Berusaha menguatkan diri. Usai menekan salah satu file, air matanya mengalir di pipi. Sakit meremas hatinya saat mengetahui kebenaran di balik penelitian yang sedang dilakukan oleh Gerald selama ini.

Rupanya, penelitian E-Project yang selama ini dikenal sebagai Eternal Project atau project keabadian, sebenarnya bernama Eveline Projects. Sebuah penelitian gila Gerald demi berusaha menghidupkan istrinya yang telah meninggal.

Bertahun-tahun Gerald banyak melakukan percobaan ilegal rekayasa genetika, dan pemindahan memori ingatan menjadi sebuah data digital yang dapat disimpan lalu ditanamkan pada tubuh baru manusia buatan ciptaannya.

Terungkap sudah bahwa nama asli wanita tersebut adalah Eveline Je, dengan nomor seri produksi V05.0.0i, cloning kelima. Dia adalah Je sendiri. Seri yang dianggap paling sempurna, menyamai dirinya yang asli.

"Gerald. Aku tak menyangka," bisiknya dengan hati penuh luka. Lelucon macam apa ini? Ia hanya duplikasi?

"Ma, Mama!"

Kondisi rumah sangat sepi. Ke mana semua orang?

Samar-samar aku mendengar suara dari ruang kerja Papa hingga kemunculan Mama membuatku terlonjak kaget.

"Sudah pulang kamu, Mir? Bimbingan lagi?"

"Astaga, Mama. Kukira siapa," kataku dengan nada getir karena ketakutan.

Jujur suara mencurigakan yang berasal dari ruang kerja Papa membuatku berpikir bahwa itu adalah maling. Tau-taunya itu adalah mamaku sendiri. Sungguh, ini sangat konyol. Namun, mengapa wajah Mama seperti panik saat keluar dari ruangan itu? Seperti menyimpan sesuatu rahasia besar tanpa ada yang tau.

"Iya, Ma. Hari ini kan jadwalnya Mira les. Bentar lagi udah ujian akhir kelas tiga. Mira juga butuh persiapan untuk tes masuk perguruan tinggi negeri. Meskipun Mira cukup percaya diri mendapatkan jalur undangan tapi apa salahnya kan Mira juga mempersiapkan hal terburuknya."

Tidak ada jawaban. Hanya terdengar suara deru napas Mama yang sangat keras dengan wajah yang masih sesekali melirik ke ruang kerja Papa. Membuatku semakin yakin bahwa ada sesuatu di sana.

"Ma, are you okay?"

"Ha—iya. Gimana, Mir? Mama udah masak kok. Sana gih makan."

Dugaanku benar, bahwa Mama sedang memikirkan sesuatu hingga membuatnya tidak begitu konsentrasi.

"Serius, Ma?"

"Kenapa?"

"Are you okay?"

"Hmm, iya. Mama sedang tidak enak badan."

"Beristirahatlah, Ma. Kalau gitu Mira ke kamar dulu."

Sesaat setelah aku selesai membersihkan tubuh dan kembali membuka buku-buku pelajaran dan duduk di meja belajar, sejenak pikiranku berkelana. "Apakah Mama sudah menemukan ruangan itu dan mengetahui segalanya?" gumamku  kemudian kembali mengerjakan soal-soal latihan ujian.

UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang