Kolaborasi by: Sky_1125(Romance) & A_Ogies (Romance)
"Ah, sial!" Entah bagaimana bisa aku berakhir di tempat antah-berantah ini. Lima jam lebih berlalu semenjak aku tersadar dari pingsan, yang kuingat hanyalah kilasan memori tak utuh yang selalu membuat kepala ini mendadak sakit setiap kali mencoba untuk memutarnya kembali.
Sunyi, bahkan terlalu hening hingga suara makhluk nocturnal dan serangga pun tak terdengar sama sekali. Angin tak berhembus, cahaya rembulan pun tak mampu menembus pekatnya awan yang menyelubungi tempat ini. Bagikan kubah yang mengisolasi imajinasi dari kenyataan.
"Cihh ... bahkan smartphone keluaran terbarupun menjadi tak berguna di tempat ini." Bagaimana tidak, indikator baterai saat ini tertulis tinggal 12%.
Ditemani sebuah senter yg mulai meredup, langkahkupun membelah setiap jalan di tempat tersebut. Lelah, tentu saja, beristirahat sejenak bukanlah rencana yang buruk, hanya saja itu akan mempercepat nyawamu untuk dicabut.
Keringat dingin tidak hentinya bercucuran membasahi punggung, menambah sensasi merinding akan hal yang sama sekali tidak kumengerti.
"Arghh ... sampai kapan kapan aku harus berjalan seperti ini."
Walupun sayup, namun aku dapat mendengar dengan jelas suara langkah kaki itu. Tak ada waktu untuk menengok dan memeriksa apa yang tengah mengikuti di belakang. Instingku mengatakan jika suatu hal yang buruk akan terjadi jika aku tak segera menjauh dari pemilik asal suara itu.
Sempat terpikir untuk melawannya dengan menggunakan setiap benda yang kutemukan di jalan, namun tangan serta kaki ini tak dapat untuk diajak berkoordinasi, seolah mereka memiliki pemikiran sendiri.
Apakah aku harus berlari sekencang-kencangnya lagi? Jangan bercanda ... meskipun tak melihatnya dengan pasti, tetapi aku menyadari dengan pasti, ketika aku berusaha berlari, makhluk itu semakin mendekat.
Aku terus belari, tetapi pandangan ini mulai terganggu. Lelah, mungkin sebentar lagi aku akan tertangkap.
Sial! Kenapa semuanya justru menggelap.
Suara tangisan seseorang memaksa mata ini perlahan-lahan terbuka. "Kamu sudah sadar, Nak," ucap seorang wanita dengan mata sembab.
Sepertinya ia sangat khawatir, terlihat dari air mata yang terus jatuh dari pelupuk matanya. Entah berapa lama aku tertidur.
Aku mengenalnya pun dengan rumah ini. Ya, wanita itu ibuku. Untunglah, makhluk itu telah pergi. Aku merasa lega, tapi kenapa saat aku ingin bergerak, aku tak mampu.
"Bu! Ma-mana kakiku?" Sebuah pertanyaan terucap saat pandangan ini tertuju ke perban di kedua lutut.
Ibu bungkam. Aku panik, takut, tapi kakiku ....
"Bu! Ka-kaki aku di mana?" Lagi aku bertanya dengan suara terbata.
"Tabahlah, Nak."
"Ti-tidak, Bu! Tidak! Kakiku pasti diambil makhluk itu!" teriakku setelah teringat dengan makhluk yang sempat mengejarku.
"Tenanglah, Nak. Ini karena kecelakaan."
Aku menggeleng keras. Tidak ada kecelakaan. Ini pasti ulah makhluk itu. Dan kini, aku bahkan bisa mendengar langkah kaki seperti sebelumnya.
"Bu, to-tolong! Su-suara itu lagi. Dia ingin mengambil bagian tubuhku yang lain, Bu!" ucapku sembari menutup telinga.
Suara tangisan ibu membuatku tersiksa, terlebih seseorang muncul dari balik pintu. Makhluk hitam itu ada di sana. Makhluk segelap bayangan yang mengejarku.
"Tidak! Menjauh dariku!
"Ini aku, Sayang."
Aku meliriknya sekilas. "Kau bukan Nisa! PERGI!"
Namun, makhluk itu justru mendekat dan bahkan memelukku erat. Pasti ia ingin mencelakai aku lagi, tidak! Dengan sisa tenaga yang ada aku mendorongnya. Namun tubuh lagi-lagi kalah, lalu ketika mata mulai terpejam samar masih dapat terdengar suara mereka.
"Maafkan aku, Bu! Kecelakaan ini terjadi karena aku! Aku sayang Gala dan akan terus bersamanya, Bu!"
Kalimat itu kembali membawaku pada jalan yang panjang, dengan suara langkah kaki yang terus saja mendekatiku. Aku kembali berlari, tetapi setidaknya di sini aku membersamai langkah kakiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)
PovídkyHasil uji kemampuan gen 6 setelah enam bulan belajar bersama di WGAVerse. Genre apa yang akan diujikan?