Just You and Me

8 0 0
                                    

Kolaborasi by: Dhikayo (Science Fiction) & @HlriudiumSeagull (Romance)

Aku sedikit tertawa kecil ketika suara lembut Zeta berbisik langsung dalam kepalaku. Gadis bersurai abu-abu yang duduk di pojok kelas itu tampak fokus pada buku pelajarannya. Ia giat mencatat materi-materi yang disampaikan guru matematika di depan kelas. Padahal sejak tadi sedang menyampaikan lelucon konyol.

“Kamu jangan ketawa, Xen, nanti Pak Basuki marah!” Zeta mengingatkan melalui teknologi telepati.

“Salahmu,” balasku.

Aku menatap ke depan. Pak Basuki sempurna memandangku dengan sorot mata horor. Guru paling kejam di sekolah itu berbalik, menulis sesuatu di papan tulis sambil berkata lantang, “saya ingatkan sekali lagi untuk tidak menggunakan teknologi  chipset Auto-transmission-Mind Data. Kalau sampai ketahuan, akan kucabut ‘kutu’ itu dari kepala kalian.”

Aku tertunduk diam. Kata-katanya jelas sekali tengah menghakimiku. Dengan hati-hati aku mencuri pandang kepada Zeta. Gadis itu tampak kikuk dan sedikit gemetar. Ia pasti sangat ketakutan sekarang.

“It’s oke, Zeta. Jangan khawatir,” ucapku—masih melalui transmisi data pikiran yang lebih mudah disebut telepati. “Pak Basuki tidak mungkin tahu. Aku jamin.”

Suara pikiran Zeta yang lemah terdengar sedikit gemetar, sempurna menggambarkan isi kepalanya. Ia membalas, “tapi Pak Basuki itu kejam, loh. Gimana kalau dia tahu? Bisa-bisa kepala kita betulan dibedahnya.”

Aku nyaris tertawa.

“Kamu terlalu banyak nonton film horor, Zeta sayang. Tidak ada manusia yang sekejam itu di dunia ini, loh.”

Aku tertawa, Zeta juga ikut tertawa anggun. Namun, tiba-tiba sinyal transmisi lain masuk ke dalam obrolan kami seperti sebuah virus.

“Mau kulaporkan ke kepala sekolah kalian berdua?”

Itu suara Pak Basuki.

Demi kutu-kutu yang selalu menjadi tumbal, jantungku hampir melompat dari tempatnya.

Gila aja, bagaimana mungkin Pak Basuki bisa menerobos sistem pertahanan privasi Auto-transmission-Mind yang telah kumodifikasi?!

"Peringatan pertama kalian diabaikan, tapi jika peringatan kedua juga, percayalah aku benar-benar akan membedah kepala kalian tanpa memikirkan estetika penjahitannya kembali."

Tiba-tiba sinyal transmisi lain itu lenyap tak meninggalkan jejaknya. Didepanku Pak Basuki memandang aku dan Zeta dalam diam. _Seolah-olah dia benar-benar serius._

Astaga. Astaga!!!

~~~~~

"Zeta tunggu dulu." Aku menghentikan Zeta yang berjalan dilorong kelas pagi ini.

"Kamu kenapa sih udah beberapa hari ini nggak pernah nyaut tiap aku Auto-transmission-Mind kamu?"

Gadis cantik tampak bersalah, takut, sekaligus risih. Apa, Zeta risih padaku?! Hah! itu tidak mungkin!

"Xen, kita ga usah komunikasi dulu ya. Terutama sewaktu dijam-nya Pak Basuki. Aku nggak mau kepalaku dibedah. Kamu yang jauhan aja dariku dulu. " Ucap Zeta sebelum pergi melaluiku begitu saja.

Hah...HAHH!!! Zeta meminta jarak? Ohhh noooooo!

Ini semua karena Pak Basuki. Coba saja dia tidak mengancam hal yang menakuti Zeta, mungkin pacarku tidak tertekan seperti itu. Rasanya aku ingin membedah kepala Pak Basuki saja!

"Siapa yang mau kau bedah?"

Suara sinyal transmisi masuk ke dalam kepalaku. Aku menoleh kebelakang. Pak Basuki dengan buku ditangan menatapku datar.

"Hoa..sekarang bapak membaca pikiranku? Ini namanya pelanggaran privasi. Zeta jadi ketakutan karena ancaman bapak. Bapak harus tanggung jawab!" Ucapku dalam telepati.

Pak Basuki mengkerutkan keningnya. "Emang kamu nggak takut, ya?" Balasnya ikut bertelepati.

"Ya takutlah! Siapa yang nggak takut karena terancam diabaikan oleh ayang pakkk?!"

Aku menghembuskan napas lelah. Serasa percuma saja aku curcol kepada guru yang tampak sudah tidak lagi memiliki jiwa muda yang membara.

"Oke, saya akan bantu kamu biar nggak dibaikan oleh ayang lagi." Kali ini dia mengucapkannya secara langsung.

"Serius nih, Pak?"

"Iyes, tapi nanti saya minta imbalan, ya. Dan kamu nggak bisa nolak."

"Apapun itu kalo bisa bikin ketakutan Zeta ilang, saya sanggupin deh Pak."

"Oke. Deal."

Aku tersenyum sembari mempersilahkan Pak Basuki lewat dengan hormat. Beh, siapa bilang dia kejam? Hahahah.

~~~~~~

"Xeennnnn!!!"

Zeta berlarian kecil menyusulku di tengah lapangan basket. Senyum dan binar matanya kini jauh dari tatapan risih maupun ogahh lagi.
"Pak Basuki tadi telepati aku, dia bilang dia hanya bercanda menakuti kita." Ceritanya dengan wajah lega.

"Maaf aku menghindarimu beberapa waktu." Sambungnya.

"Its okay. Yang penting kamu menjauhiku lagi, ya." Ujarku senang.

Zeta mengangguk dengan antusias. Sangat memggemaskan.

Asikkkk aku nggak diabaikan lagi~ cihuy~~

Dalam kedamaian itu, rasa penasaranku timbul. Iseng-iseng aku bertanya kepada Zeta. "Emang Pak Basuki ngomong apa waktu telepati kamu?"

"Katanya dia nggak bakalan bedah kepala aku, karena dia udah tertarik sama chipset unik dikepala seseorang. Jadi, chipset aku nggak bakalan manarik untuk beliau bedah."

"Hah? Njirr...kok jadi serem ya." Aku tertawa mendengar lelucon tersebut. Selera humor Pak Basuki boleh juga.

"Iya. Serem ya hehe..dia bilang orang yang memiliki chipset unik itu bersedia untuk dibedah. Jadi aku nggak perlu khawatir deh."

Kenapa lama-lama bulu kudukku berdiri ya?

UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang