Kolaborasi by: setefvi (HTM) & ichaaurahmaa (Romance)
Bunga-bunga nampak bermekaran indah, pohon-pohon juga mulai menumbuhkan daunnya. Musim semi akhirnya datang membuat orang orang menyambut nya dengan suka ria.
Tapi tidak dengan seorang perempuan yang tengah siap dengan kereta kudanya. Iya dia adalah Hera, putri dari seorang raja dari kerajaan Engrasia. Ia akan menggantikan sang ayah untuk pergi ke wilayah Utara, membantu para penduduk.
Setelah menempuh perjalanan hampir sepuluh jam, kereta kuda Hera dan juga para rombongannya telah sampai di desa kecil yang di jadikan perbatasan kerajaan Engrasia dan kerajaan Endevour.
"Nona, penginapan kita berada di sana" tunjuk Sisil (pelayan setia Hera) pada sebuah rumah kecil sederhana yang berada di ujung sana.
Pada tengah malam Hera terbangun dari tidurnya. Dia merasa sangat panas berada di kamarnya. Namun ia malah melihat seekor kelinci yang bercahaya. Hera sangat ingin memilikinya.
Hera yang penasaran melompat dari jendela dan mengikuti kelinci itu pergi. Dia sudah ingin menggapainya namun kelinci itu malah berlari jauh. Hera tidak tinggal diam, dia juga ikut berlari mengejar kelinci itu dengan sekuat tenaga. Tanpa ia sadari sekarang Hera telah masuk ke dalam hutan yang sangat lebat.
"YA TUHAN APALAGI INI?!" Teriak Hera frustasi.
"Ah mungkin kesana, iya pasti kesana!" Hera melangkahkan kakinya ke arah yang di tunjuk nya.
"Kenapa pohon ini lagi?" Kesalnya saat tahu dia benar-benar tersesat.
Saat melangkah kesini-kesana dia malah melangkah memasuki hutan yang lebih dalam.
GEEERRRRR
"Suara apa itu?" Bisik Hera mulai merinding ketakutan.
Hera penasaran dengan suara yang baru saja didengarnya. Ia melangkahkan kaki dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara. Ia bersembunyi di balik semak-semak, mencoba mengintip dari sela dedaunan.
Hera menutup mulut saat melihat kelinci bercahaya itu hendak dijadikan santapan lezat makhluk bertubuh besar. Kedua mata kelinci itu berkaca-kaca saat menatap Hera, seolah meminta pertolongan.
"Tidak!" jerit Hera saat makhluk besar itu menusuk perut kelinci dengan sebuah benda tajam terbuat dari besi.
Makhluk besar itu segera menoleh. Matanya berkilat marah saat aktivitasnya terganggu. Makhluk itu membuang benda yang digunakan untuk menusuk perut kelinci, lalu segera menghampiri Hera yang terlihat ketakutan.
Tubuh Hera bergetar saat makhluk besar itu semakin mendekatinya. Apakah ia akan mati hari ini? Suara geraman itu terdengar lagi, membuat Hera menutup kedua matanya. Ia sudah pasrah jika ia akan terbunuh oleh makhluk itu.
Namun, suara panah terdengar menusuk daging bersamaan dengan jatuhnya makhluk besar itu. Hera membuka mata perlahan. Dilihatnya makhluk itu ambruk di depannya dengan panah menempel tepat di bagian jantung.
"Apakah Nona baik-baik saja?"
Hera menoleh ke belakang. Seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap berdiri tak jauh dari tempatnya berada.
Hera mematung beberapa saat. "Kaukah yang menyelamatkanku?"
Laki-laki itu mengangguk. "Aku menemukan jejak kaki saat sedang dalam perjalanan, jadi aku memutuskan untuk mengikutinya dan sampai di sini. Aku melihat Nona dalam bahaya. Syukurlah jika Nona tidak terluka."
Hera mengangguk. "Terima kasih banyak sudah menyelamatkan aku."
“Jika boleh tahu, apa yang kau lakukan tengah malam di hutan ini?”
“Ah … aku sedang dalam perjalanan menuju utara, Kerajaan Endevour. Kebetulan, aku menginap di penginapan bersama rombongan. Kami akan melanjutkan perjalanan saat fajar.”
Laki-laki itu melebarkan mata. Perjalanan menuju Endevour? Tunggu … apakah perempuan ini …
“Apakah kau putri dari Kerajaan Engrasia?”
Mata Hera melebar. “Bagaimana bisa kau mengetahuinya?”
Hera mengamati wajah laki-laki itu cukup lama. Saat tersadar, ia menutup mulut. “Pangeran Edwin dari Kejaraan Endevour?”
Laki-laki itu mengangguk mantap. “Benar. Ah, syukurlah aku bertemu denganmu di sini. Ayahku memberi tahu akan ada tamu dari selatan. Jadi, aku memutuskan untuk menjemput dan menunggu di hutan karena tahu seorang putri yang akan datang. Aku khawatir akan ada makhluk yang membahayakanmu dan rombongan.”
Hati Hera menghangat. Suhu tubuhnya meningkat secara tiba-tiba. Ia sudah sering mendengar bahwa pangeran dari Kerajaan Endevour adalah laki-laki yang baik, tampan dan sangat menghormati perempuan.
Karena hari masih gelap, Hera mengajak pangeran menuju penginapan, meminta pangeran untuk beristirahat karena mereka akan melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Namun, pangeran enggan melakukannya. Laki-laki itu malah duduk di atas rumput seraya mendongak ke langit bertabur bintang yang sebagian tertutup oleh pohon.
“Kau tidak tidur?” tanya pangeran saat Hera ikut duduk bersamanya.
Hera menggeleng lalu tersenyum, membuat pangeran enggan mengalihkan tatapan pada wajah cantik itu. Entah mengapa, ada perasaan aneh saat ia melihat Hera untuk pertama kalinya. Sudah lama ia mendengar nama Hera dari sang ayah. Hera yang pintar, menyenangkan, apalagi memiliki wajah cantik seperti itu. Tak menyangka dirinya akan bertemu dengan Hera melalui kejadian tadi.
“Nona, apakah kau terjaga semalaman?” tanya Sisil.
“Ah, perkenalkan. Ini Pangeran Edwin dari Kerajaan Endevour, yang akan menemani perjalanan kita,” kata Hera kepada Sisil.
Sisil segera memberi hormat mengetahui laki-laki yang berada di depannya adalah seorang pangeran.
“Maaf, Nona. Tapi, kau harus segera bersiap.”
Hera tergagap. “Ya. Aku akan segera bersiap.”
“Nikmati waktumu. Aku akan menunggu di sini,” ucap Edwin.
Hera tersenyum kemudian mengikuti langkah Sisil untuk memasuki penginapan, meninggalkan Pangeran yang mengajak beberapa pengawal berbicara di luar.
“Apakah kau menyukainya, Nona?” tanya Sisil, membuat Hera mengangkat alis. “Tatapan matamu, juga tatapan matanya tampak berbeda. Aku rasa, raja akan menggelar pesta pernikahan sebentar lagi.”
Hera menunduk malu. Ah, jantungnya berdetak tak karuan. Mungkinkah ini adalah awal hubungannya dengan pangeran dari Kerajaan Endevour?
KAMU SEDANG MEMBACA
UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)
Cerita PendekHasil uji kemampuan gen 6 setelah enam bulan belajar bersama di WGAVerse. Genre apa yang akan diujikan?