Hitam dan Putih

14 2 0
                                    

Kolaborasi by: ohnurfaa_ (Fantasy) & Sky_1125 (Romance)

Sepasang gumpalan bulu yang berkibar indah terbuka lebar menutupi segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Diam-diam menuju tempat yang menjadi pertemuan pertama mereka dulu bertemu. Setelah sekian lama, kedua mata itu beradu kasih dengan lembut.

"Abbys," sapanya dengan lembut sambil memperhatikan sayap indah yang mampu membuat dirinya jatuh pada gadis cantik itu.

Sudut bibirnya mengembang menemukan pria nya yang telah lama ia rindukan. Langkahnya dengan pelan mendekat ke arah pria itu. "Maleas!"

Dua hati itu kembali bersatu dalam kehangatan. Sengatan yang dirasakan dari sayap mereka memisahkan mereka dalam sekejap. Tawa menyeruak bersatu dengan udara di sekitar bukit yang berada dalam goa hitam.

"Sayapmu semakin indah." Abbys terlihat tersipu dengan wajah merahnya yang lucu. Ia membuka sayapnya dengan lebar membuat beberapa helai bulu hitam jatuh ke tanah.

"Bukankah sayapmu lebih indah?" Maleas tertawa, tak sengaja memperhatikan tanduk yang semakin tinggi menghiasi rambut Abbys.

"Kalau kau mau, aku bisa memberikan kepadamu."

Abbys tersenyum. "Tidak. Kalau bisa, aku ingin kita bisa bersama selamanya. Walaupun hanya seperti ini."

Maleas menatap gadisnya dengan sedih mendengar permintaan sederhana itu. Ia juga ingin berada di sisi Abbys selamanya dengan dunia yang menjadi restu untuk mereka. Namun, perbedaan mereka tentu bukan hal yang bisa dipertimbangkan.

"Aku bisa melepas sayapku agar kau tidak tersakiti lagi. Aku akan membawa bulu-bulu putih ini untuk menjadi saksi kita."

Abbys menatap Maleas dengan sungguh-sungguh, mencari candaan yang tersimpan di sana. Tapi, Maleas sedang tidak bermain sekarang. Sudah lama ia menantikan waktu ini untuk bertemu dengan Abbys.

"Tapi-"

Pria itu mendekat, menggenggam tangan Abbys dengan erat. Menyakini gadis itu bahwa perbedaan bukan penghalang untuk mereka bersama. Ia ingin sayap putih miliknya menjadi saksi kesungguhan bahwa ia menyukai salah satu bangsa iblis yang berhasil memikat pria itu.

"Maleas, malaikat tidak akan bisa tanpa sayap. Bangsaku dengan bangsa malaikat tidak akan benar-benar bisa bersatu kecuali bersembunyi seperti ini."

Maleas menutup matanya dengan erat, mengambil nafas berat dalam satu tarikan. Ia tahu semua itu, ia tahu semua peraturan yang ada dalam bangsa iblis dan malaikat. Karena itu, ia ingin memberikan kesungguhannya untuk terkahir kalinya bahwa hitam dan putih masih bisa bersatu.

Meleas tak pernah tahu cintanya pada Abbys itu berupa anugerah atau kutukan. Mencintai Abbys itu seperti candu baginya. Abbys memiliki semua hal menarik di mata Meleas. Layaknya zat adiktif yang menyebar dan menjadi nyawanya. Ia tak peduli mereka terlarang. Cinta yang telah memilih agar Meleas menjatuhkan hati pada sesosok iblis jelita itu.

"Jika aku bisa menanggalkan jiwa malaikat dalam diriku, maka aku akan membuangnya demi membersamaimu, Abbys."

Abbys memeluk kekasihnya hingga sayap kokoh keduanya menyentuh tanah bebatuan pada permukaan lembah iblis. Abbys begitu haru oleh apa yang Meleas lakukan dan berikan padanya.

Tempat mereka seharusnya berbeda. Abbys hidup di lembah terlarang di kerajaan langit, sementara Meleas tinggal pada singgasana surga. Dunia mereka sangatlah berbeda. Namun, Meleas  tetap bersedia menyelinap dan mendatangi Abbys di lembah terlarang demi cintanya pada sang iblis.

"Malam ini aku putuskan, aku ingin menjadi iblis, sepertimu, Abbys. Agar semesta merestui kita." Meleas melepaskan pelukan, mengambil pedang yang terselip di pinggangnya lantas memotong sayap malaikatnya. Menanggalkan kedudukan sebagai seorang malaikat lalu memutuskan untuk menjadi iblis.

"Hiduplah denganku, Abbys. Jadilah pasanganku tak peduli neraka mana yang akan kita lampaui bersama." Meleas berjongkok, mengambil tangan Abbys kemudian menekan bibirnya di punggung tangan gadis iblis itu.

Ada kaca-kaca yang mengumpul di kelopak mata Abbys. Darah mengucur deras dari luka bekas tebasan pedang di sepasang sayap  Meleas yang sudah teronggok tak berguna.

"Bodoh!" umpat Abbys menyesali apa yang Meleas lakukan.

"Tidakkah kau ingin hidup bersamaku, Abbys?"

Belum sempat Abbys menjawab pertanyaan Meleas, seketika, suasana berubah. Awan hitam mulai tampak berarak dan membentuk kepulan serupa asap membumbung. Semakin pekat layaknya jelaga.

Dua malaikat surga beterbangan di lembah terlarang. Mereka ternyata membuntuti Meleas. Malaikat yang melampaui aturan untuk tidak berhubungan dengan iblis, akan terusir dari surga. Dan selain itu, konsekuensi yang paling pantas adalah kematian. Namun, Meleas sudah tak peduli itu.

"Kau tahu, apa yang sedang kau lakukan, Meleas?" Ezelbein menatap nyalang ke arah Meleas. Dia adalah pemimpin tertinggi di antara malaikat penjaga surga.

"Ya, aku tahu. Aku tak butuh surga, surgaku ada di sini. Pada diri Abbys," jawab Meleas mantap.

Ezelbein tertawa sumbang. "Cinta akan membuatmu sengsara seumur hidup, Meleas. Kau sudah diperingatkan untuk tidak membiarkan hatimu bersentuhan dengan cinta."

"Kutanggung resikonya."

Seketika Ezelbein menyerang Meleas. Apalah daya seorang Meleas. Tanpa sayapnya ia tak memiliki kekuatan apa-apa. Sementara Abbys yang melolong menangisi kekasihnya, kini berdiri tegak, saat mata pisau surga dari tangan Gwanlock ditancapkan di perutnya. Darah segar mengalir, ia batuk tersedak darah yang dimuntahkan.

"Tidak ... Abbys!" pekik Meleas dengan mata membola. Ia tak berdaya.

"Kalian membunuhnya!" Meleas berteriak. Mengambill pedangnya meski ia tahu itu sia-sia.

Ezelbein sekali lagi menyerang dengan cahaya biru yang melemahkan tubuh Meleas, lalu ia menancapkan pedang Meleas ke tubuh malaikat tanpa sayap itu. Tubuh Meleas mengejang, ia menemui ajal di ujung pedangnya sendiri.

Mengetahui kedua sejoli itu sudah tak berdaya, Ezelbein meminta Gwanlock untuk segera meninggalkan lembah terlarang.

Sepeninggal para malaikat surga, tangan Meleas bergerak, ia belum mati. Merayap untuk mengambil jemari Abbys yang sudah tak bernyawa, Meleas ciumi jemari itu sambil tersenyum penuh luka.

"Begini lebih baik, bukan? Hidup denganmu, mati pun denganmu," bisiknya.

UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang