Gulungan Terkutuk

6 1 0
                                    

Kolaborasi by: A_Ogies (Romance) & tibs_rhm (Romance)

Ditemani irama denting yang dihasilkan oleh dinding kamar,  tak kunjung membuat aku terjaga. Memikirkan apa ada yang salah dengan diriku selama ini.

Tiga bulan sudah aku menyandang status siswa di WGA Verse. Sekolah sihir dengan status terbaik  di Negeri Wakanda.

Beruntung kah aku? Oh, tentu saja, pikirku saat itu. Namun,  setelah melewati detik, menit, jam, hari, dan berganti bulan. Hanya rasa kecewa yang makin menghancurkan kepercayaan diriku.

Setiap siswa akan ditempatkan di setiap elemen yang mereka kuasai; tanah, air, api dan, angin. Lalu aku ... ah, sebuah kenyataan yang benar-benar memetik amarah dalam hati.

Aku terus-menerus dengan kenyataan bahwa aku ini tak mampu. Namun, setidaknya aku masih mampu membelah diri dari hinaan yang ada dengan tetap  mengangkat wajah. 

"Gadis aneh!"

Kata-kata itu menyambut pagi hariku yang tidak lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Kulirik gadis yang kutahu namanya Belatrix.

Aku sering memperhatikannya, cantik, polos. Namun, aku benci dirinya yang hanya diam saja. Kami memang memiliki kesamaan yang sampai detik ini tak mampu membangkitkan elemen sihir. Akan tetapi aku sudah tidak tahan, akan aku balas mereka semua.

Malam hari, diam-diam aku mengendap-endap di depan ruangan penyimpanan arsip sihir. Aku berhasil memanfaatkan kelengahan Pak Zarg--pemillik akses ruangan tersebut.

Banyak gulungan berjejer rapi seperti buku yang disusun berdiri. Tanganku menyentuh satu per satu, melihat apakah ada yang menarik perhatianku. Semua gulungan tampak sama, kecuali satu gulungan yang bewarna lebih cokelat dan lusuh daripada yang lainnya.

Tanpa berpikir panjang, gulungan itu kubuka dan api seketika menyambar. Api itu mulai bergerak zig-zag, mengitari tubuhku. Aku dibuat tak berdaya.

"Tolonggg!"

Rasanya panas, sakit, dan mencekik. Aku tidak tahan lagi. Dengan tertatih aku mendekati pintu keluar. Tiba-tiba api dari tanganku menjalar ke pintu.

"Pedrix! Apa yang kau lalukan?!"

Kulihat wali tutor--sang pendamping--muncul di sana dengan pakaian tidurnya. Sial! Tampaknya  pintu yang terbakar menarik atensi penghuni asrama Verse.

"To-tolong ...." Susah payah aku bersuara.

"Kau! Kau mengambil gulungan terkutuk!"

Tutor dan siswa-siswi lain mulai datang dan berkerumunan. Beberapa Tutor mendekatiku dan terus saja mengutuk.

"Musnahkan dia sebelum sekolah ini terbakar dan kita semua terancam! Siapa pun yang menggunakan sihir terkutuk tidak akan mampu mengendalikannya!"

Tidak! batinku berteriak. Aku ingin diselamatkan, bukan dimusnahkan. Siapa pun, tolong aku! Rasa panas dan sakit ini semakin menjalar hingga rasanya memanggang otakku. Siapa pun, selamatkan aku!

"Dalam hitungan ketiga, kita gunakan sihir pemusnah!"
seru para Tutor.


Mataku terpejam, menunggu sihir lain memakan diriku. Namun, tiba-tiba ada yang memelukku dan seketika api ditubuhku lenyap.

"Belatrix?" ucapku setelah membuka mata.

Ku rasakan pelukannya melemah. Aku berbalik dan meletakkan kepala gadis itu di atas kedua paha.

"Kenapa kau lakukan ini?"

Terlihat senyuman dibibirnya. "A-aku tau kau melakukan ini demi aku.."

Memang benar, semua ini terjadi karena dipicu rasa kasihan padanya. Namun, bagaimana gadis itu bisa tau?

"K-kau tau dari mana?"

Terdengar langkah kaki mendekat, membelah keramaian para penghuni asrama yang mengerubungi kami.

"Belatrix!"

Itu suara Pak Zarg. Aku terdiam dan tidak bisa melakukan apapun ketika mulut Belatrix tiba-tiba mengeluarkan darah. Namun, senyuman gadis itu tidak luntur dan semakin mengembang.

Ia mengarahkan pandangannya melihat semua penghuni asrama.

"Aku bisa tau apa yang ada dipikiran kalian semua. T-tolong.. jangan salahkan dia."

Setelah mengucapkan kalimat itu, aku bisa merasakan kepala Belatrix semakin berat. Dengan ragu, ku dekatkan jari telunjuk di bawah hidungannya. Gadis itu tak bernapas.

"T-tolong.. tolong Belatrix," jeritku.

Ternyata, selama ini aku yang bodoh. Aku mengira Belatrix sama sepertiku. Tidak memiliki kekuatan sihir apapun. Nyatanya, gadis itu berpura-pura agar aku tidak merasa sendiri. Ia juga murid kesayangan Pak Zarg karena memiliki kemampuan membaca pikiran orang lain. Kemampuan yang tidak semua siswa di WGAVerse bisa pelajari, karena hanya dimiliki oleh orang-orang terpilih.

Bodohnya lagi, aku baru mengetahui fakta ini ketika Belarix tiada. Gadis sebaik dia rela berkorban demi pemuda bodoh tak peka sepertiku.

UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang