Kolaborasi by: PatriciaAnggi (Science Fiction) & leavethequiet (Fantasy)
"Bagaimana? Apa Anda yakin akan kembali di zaman ribuan tahun yang lalu?" tanya profesor Tama, lelaki berkepala plontos dan sedikit tambun itu.
Seno, lelaki 40 tahun itu mengangguk. Sebagai seorang sejarawan dan arkeolog, Seno sangat terobsesi dengan candi dan kisah kerajaan. Di tahun 2060 ini, sejarah seakan mulai banyak dilupakan oleh generasi muda. Referensi-referensi tentang sejarah tidak pernah update lagi. Untung saja, Seno mengenal profesor Tama, ilmuwan yang dikenal genius dan juga gila karena menciptakan teknologi-teknologi tak masuk akal, termasuk mesin waktu yang puluhan tahun lalu dianggap mitos.
"Tapi, aku tidak yakin mesin waktu ini akan membawamu ke zaman apa. Yang jelas, dia akan membawamu pada zaman kerajaan," terang profesor Tama.
Seno mengangguk, "Aku sudah memikirkan ini bertahun-tahun dan aku mempercayaimu."
Tama manggut-manggut. "Baiklah, sekarang, masuklah dalam mesin ini." Tama menunjuk kapsul besar di hadapannya, lalu Seno menuruti. Tama memasang kabel warna warni ke tubuh telanjang Seno.
"Siap?"
Setelah mendengar sebuah tombol dipencet, Seno merasakan getaran yang luar biasa, seakan dia sedang menaiki roller coaster dengan kecepatan ratusan km/jam. Teriak pun Seno tak sanggup.
"Tita! Tita! Bangun!"
Seno membuka mata, seseorang membangunkannya dan dia melihat seorang pemuda berompi kulit kerbau dan berikat kepala batik.
"Dasar tukang molor! Ayo, kita beraksi. Jangan sampai Pak Tua Bango Samparan tahu kita pergi."
Seno memerjapkan mata beberapa kali, dia berhasil terlempar ke zaman kerajaan, dilihat dari sekeliling dan pakaian pemuda itu. Melihat tubuhnya sendiri, dia seakan terjebak di tubuh seorang pemuda berusia belasan tahun. "Zaman apa ini? Kau memanggilku siapa tadi?"
Pemuda di depannya itu mengernyit, "Kamu mengigau?"
"Aku sungguh-sungguh. Katakan siapa aku."
Pemuda itu awalnya hendak mengabaikan Seno, pun melihatnya seakan Seno sedang kesurupan, "Kau Tita, anak kepala desa Siganggeng. Masa lupa?"
Mata Seno membulat. Dia sangat tahu sedang terjebak dalam tubuh siapa. "Kalau begitu... jangan-jangan... kau adalah..."
Pemuda itu tertawa pendek, "Apa kau juga lupa padaku? Aku Ken Arok, sahabatmu."
***
Ken Arok lahir pada tahun 1182, sebagai putra Gajah Para dari desa Campara (Bacem, Sutojayan, Blitar) dengan seorang wanita desa Pangkur (Jiwut, Nglegok, Blitar) bernama Ken Ndok.
Pada saat ibunya dibawa ke Kediri, bayi Ken Arok dibuang di sebuah pemakaman, hingga kemudian ditemukan dan diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong.
Ken Arok tumbuh menjadi berandalan yang lihai mencuri dan gemar berjudi, sehingga membebani Lembong dengan banyak hutang. Lembong pun mengusirnya.
Kemudian Ken Arok diasuh oleh seorang penjudi asal Desa Karuman bernama Bango Samparan. Bango Samparan senang dengan Ken Arok karena dianggap sebagai pembawa keberuntungan. Dalam perjalanannya, Ken Arok tidak betah diasuh oleh Genukbuntu, istri tua Bango Samparan.
Ken Arok akhirnya berkelana, dan berkawan dengan Tita yang merupakan anak seorang Kepala Desa Siganggeng.
Berderet-deret kalimat itu melintas di hadapan Seno. Ah, ini dia.
Pemuda itu menutup mulutnya dengan tangan, mencoba menyembunyikan senyum antusias.
"Ayo pergi."
Seno yang berada di dalam tubuh Tita mengikuti temannya menyelinap ke luar rumah. Mereka merapok ke sana kemari.
Menjadi sepasang perampok paling ditakuti di seluruh Kerajaan Kediri sangatlah mendebarkan.
Tiap malam dan hari sangat memicu adrenalin. Seno tahu profesor Tama tidak akan mengecewakannya.
Namun, tepat saat dia kira semuanya mencapai puncak, mereka bertemu seseorang.
"Aku adalah Brahmana dari India, Lohgawe."
Seno mengalihkan pandangannya dari tanah, menatap sosok pengubah hidup Ken Arok.
Ternyata alurnya sudah sampai sini. Sudah saatnya dia undur diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)
Cerita PendekHasil uji kemampuan gen 6 setelah enam bulan belajar bersama di WGAVerse. Genre apa yang akan diujikan?