Kolaborasi by: chieszstory (Fantasy) & Sky_1125 (Romance)
Di tengah hari-hariku yang membosankan, aku mendengar suara tangis yang berasal dari bumi, tepatnya di dekat Sungai Nil yang kuberkahi.
Aku melihat seorang gadis cantik sedang menangis di altarku. Aku memasang telinga, ingin menyimak apa yang sedang dipanjatkan si gadis.
“Wahai Dewi Mut! Kumohon bantu aku. Aku telah berdoa pada Dewa Amun, tapi hingga sekarang aku tidak menemukan jalan keluar.”
Duh, Nak. Amun selalu sibuk. Kau harus mengantre lama sebelum didengar olehnya, kecuali kau adalah Firaun atau pendeta kuilnya.
Gadis itu kembali melanjutkan, “aku adalah harapan satu-satunya untuk membersihkan nama keluargaku yang bertahun-tahun dianggap sebagai keluarga sesat.”
Sesat? Hmm … menarik.
“Aku telah menarik hati Putra Mahkota Ramses, tapi keluarganya menghalangi kami. Mereka tidak menyukai latar belakang keluargaku. Padahal aku telah berusaha keras. Aku belajar musik, menari, menulis dan membaca hieroglif, hingga bahasa-bahasa asing yang sulit.”
Oh … kau tidak hanya cantik, tapi juga cerdas.
“Besok adalah hari penentuan istri. Ramses akan membawaku ke Kuil Amun, di sana terdapat lingkaran mantra. Jika menurut Dewa Amun aku pantas menjadi istri Ramses, lingkaran mantra itu akan mengeluarkan emas. Jika aku tidak pantas, maka lingkarannya akan mengeluarkan ribuan kalajengking yang akan membunuhku,” terang Nefertari.
Memilih istri dengan cara seperti itu? Yang benar saja! Selera Amun benar-benar aneh. Atau itu adalah akal-akalan pendetanya saja?
“Bantulah agar aku bisa bersatu dengan Ramses, wahai Dewi Mut! Jika aku menjadi Ratu kelak, aku akan memperluas dan menghiasi kuilmu dengan sangat megah.”
Baiklah! Aku akan bertaruh padamu untuk menjadi ratu yang membawa nama besarku!
Aku turun ke bumi secepat kilat, lalu mengambil bentuk seekor kucing yang anggun.
‘Miauw’—Ah sialan! Malah mengeong.
Gadis tadi menoleh ke arahku, sumber suara lain di saat dia seharusnya sendirian. Ia mengusap air matanya.
“Ah kucing kecil, kemarilah!”
Aku pun mendekatinya dan ia langsung memelukku.
“Bagaimana kau bisa ada di sini?”
“Bukankah kau meminta bantuan pada Dewi Mut?”—Nah, akhirnya suara manusia yang keluar.
Gadis itu terkejut tapi bisa menjaga sikap, benar-benar gadis yang terdidik dengan baik.
“Bagaimana ….”
“Aku adalah suruhan Dewi Mut. Aku ke sini untuk membantumu,” ucapku yang menyembunyikan identitas asliku. Dia tidak akan percaya jika aku mengatakan bahwa akulah Dewi Mut itu.
Mata si gadis berbinar. “Secepat ini Dewi Mut mendengar doaku?”
Yah … sebenarnya karena aku bosan.
“Siapa namamu?”
“Nefertari”
“Nama yang indah,” pujiku.
Aku kemudian meloncat dari pelukannya.
“Aku akan membantu permasalahanmu, tapi jangan lupakan janjimu pada Dewi Mut.”
“Tentu saja!”
“Satu lagi.”
“A-apa?”
Wajah Nefertari sedikit tidak nyaman. Mungkin ia khawatir aku akan menambahkan syarat yang aneh-aneh.
“Aku sedang ingin berjalan-jalan di bumi, biarkan aku menemanimu sampai aku bosan. Tenang saja, hanya kau yang bisa mendengarku berbicara seperti manusia. Manusia lain hanya mendengar suaraku seperti suara kucing biasa. Lagipula, aku yakin kau akan butuh bantuan Dewi Mut lagi di masa depan.”
Nefertari tersenyum lebar. Ia segera menyodorkan tangannya padaku.
“Mengapa tidak? Tinggallah di bumi dan jadi temanku!”
***
"Tentu saja, panggil aku Alpha."
"Alpha? Huruf pertama dan terakhir?"
Aku tersenyum menanggapi. Dan aku mengeong lagi, Shit! Aku lupa jika sedang menjelma menjadi kucing. Hahahha ....
Aku dan anak manusia bernama Nerfertari itu sangat dekat meski baru seharian kami bersama. Ia mampu menjadi teman yang baik selama aku menyamar di bumi. Ia wanita yang baik. Kegigihannya dalam belajar bahasa asing dan huruf-huruf hieroglif membuatku terpukau. Sampai timbul pertanyaan di benakku. Mengapa perempuan secerdas dia begitu mendambakan Ramses. Hingga sore itu aku bertanya padanya.
"Apa yang membuatmu besikukuh mempertahankan Ramses ketika keluarganya menentangmu Nerfertari? Hanya untuk nama baik keluargamu? Artinya tentang untung rugi?"
Nerfertari mendesah berat. Matanya menerawang ke langit lalu menyebarkan penglihatan ke seluruh arah mata angin. Terlihat seolah ia sedang mencari jawaban dari pertanyaanku.
"Tak ada alasan lain, Alpha. Cinta. Cinta tidak pernah punya alasan, tidak tahu aturan, dan tak tahu kepada siapa akan menjatuhkan pilihan."
"Jika kau tidak bisa bersama Ramses?"
Nerfertari mengernyit. Tampak berpikir sesuatu.
"Pilihannya hanya satu. Cinta atau mati. Hidup bersama, atau mati bersama," jawabnya mantap.
Aku membulatkan mulut. Yah, manusia ... mereka terlalu naif dalam memuja cinta. Dan aku memang telah menyediakan rencana untuk kedua anak manusia ini besok. Surprise!
KAMU SEDANG MEMBACA
UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)
Short StoryHasil uji kemampuan gen 6 setelah enam bulan belajar bersama di WGAVerse. Genre apa yang akan diujikan?