Kolaborasi by: hwarien (Teenfict) & SilverJayz_ (HTM)
Baru saja duduk di ruang tamu, Ibu menyeretku ke belakang lemari, menghindari Mas Karyo yang hendak merentangkan layangan di lantai. Sejenak aku mengernyit, membaca setiap kata yang ditempelkan di kertasnya. Namun, mau kepalaku berputar 180° pun, nama yang tertera masih sulit dibaca. Entah mataku yang mengenaskan ayau masku saja yang tidak ahli merangkainya.
“Kenapa, Bu?”
“Jangan ganggu masmu.”
“Itu buat apaan? Wong tuwek kok main layangan, sih.”
“Sstt, jangan gitu, Bay. Masmu mau ngelamar Mbak Minten, pedagang cendol depan sekolahmu itu, lho.”
“Hah?”
Aku keceplosan. Kiamat. Ibu lekas menutup mulutku dan lagi-lagi menyeretku ke dapur. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain mundur perlahan hingga terpentok kursi. Pantat pun berdenyut. Sial, memang.
“Pelan-pelan. Nanti masmu dengar langsung mutung, lho.”
“Kapan pacarannya? Kok udah main lamar-lamar segala. Pakai layangan lagi. Kayak anak SD. Aku yang SMP aja nggak gitu-gitu amat, Bu.”
“Halah, wes. Meneng. Biarin aja. Kamu ganti baju sana. Kalau masmu nggak cerita, jangan ditanya-tanya, lho, ya. Orang mau lamaran itu sensitif.”
Aku mendengkus. Siapa juga yang penasaran sama kelakuan kang masku itu? Tahu diam-diam dia menyukai Mbak Minten saja aku sudah tercengang, apalagi ini.
Tidaka salah, sih, Mbak Minten memang selera masku banget. Ayu, semok, dan punya lesung pipi. Kalau kata Mas Karyo, body-nya itu semacam limited edition. Hanya saja, aku tidak menyangka kalau Mas benar-benar menyukainya. Mungkin berawal dari kagum, cinta itu muncul.
“Pantes aja Mas Karyo suka jemput ke sekolah terus mampir warungnya. Modus ternyata. Huu!”
Aku melupakan hal itu sejenak dan beralih mengerjakan hal lain. Disaat yang bersamaan, aku penasaran bagaimana Mas Karyo akan melamar Mbak Minten. Yang pasti, kejadiannya bakal di sekolah tempat Mbak Minten berjualan, 'kan?
~
Pulang sekolah, semua murid dikagetkan dengan sebuah layangan besar yang melintasi langit. Aku akhirnya mengerti apa yang dimaksud dengan abangku yang satu itu.
"Eh, Mbak Minten! Liat ke atas sana!" Semua murid, terutama kaum hawa berbondong-bondong mendatangi warung Mbak Minten, cekikikan dan teriak-teriak seolah mereka yang dilamarnya.
Sementara itu, yang dilamarnya hanya diam terpaku sembari memandangi layangannya. Di layangan tersebut tertulis surat lamaran untuk Mbak Minten dari Mas Karyo, pakai kata 'Will you marry me?' segala! Hiiiy.
"Lho, Bay. Bukannya Mas Karyo itu abangmu?"
Aku tak menyangka bahwa aku juga akan kena malunya. Aku menutup wajahku. Astaga Mas Karyooo, kenapa pakai acara lamar kayak begini, sih? Dan kenapa aku gak menghentikan dia kemarin?!
"Eh? Mbak Minten!"
Para murid terkejut ketika Mbak Minten langsung masuk ke dalam warung. Digantikan abah-nya yang keluar dari sana.
"Mana? Mana Mas Karyo itu?"
Astagaa, rasanya semakin runyem saja. Karena itu, aku memutuskan untuk pulang.
Lamaran anti-mainstream itu ditolak mentah-mentah, oleh Mbak Minten sendiri dan terutama abahnya. Ingin rasanya aku ketawa di depan wajah Mas Karyo, tapi lagi-lagi ibu menahanku.
Mas Karyo sendiri? Tentu kecewa berat. Tapi setelah beberapa hari kemudian, ia bangkit kembali dan mengerjakan sesuatu yang lain lagi. Entah apa itu.
Menyedihkannya, Mbak Minten menghilang. Abahnya menerima surat bahwa Mbak Minten tak lagi ingin bekerja di warung, ia akan pergi mencari pekerjaan lain. Tapi kupikir, Mbak Minten masih malu karena insiden dilamarnya yang anti-mainstream itu, jadi ia memutuskan pergi.
Dan Mas Karyo? Masih sibuk mengurusi hal lain. Semoga saja dia sudah move on dari Mbak Minten.
Tapi aku lupa, Mas Karyo itu orangnya ga gampang menyerah. Buktinya sekarang dia juga sering pergi-pergian hingga akhirnya ikut menghilang seperti Mbak Minten. Sebelum menghilang itu, Mas Karyo bilang dia masih ga bisa melupakan Mbak Minten, karena itu dia pindah tempat tinggal. Tapi kupikir, sebenarnya ia sedang mencari belahan jiwanya Mbak Minten.
Aah! Kehidupan orang dewasa itu rumit sekali, lebih baik aku melupakan mereka.
~
Bayu tak sepenuhnya mengetahui apa yang terjadi diantara Karyo dan Minten. Minten tidak pergi karena malu dengan kejadian dilamar menggunakan layangan, sementara Karyo tak pergi karena mencari Minten.
Karyo sendiri sudah menemukan Minten sejak awal, bukan, ia sendiri yang menculik Minten dan membuat surat palsu untuk dikirim ke abahnya. Semuanya sesuai rencana Karyo, hanya satu rencana miliknya saja yang gagal, yaitu melamar Minten menggunakan layangan.
Tapi setidaknya, Karyo sudah memiliki Minten seutuhnya saat ini dengan mengurungnya di rumah barunya.
Sementara Minten? Entahlah. Mungkin ia hanya bisa menunggu keberuntungan agar bisa keluar dari tempatnya dikurung.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)
Short StoryHasil uji kemampuan gen 6 setelah enam bulan belajar bersama di WGAVerse. Genre apa yang akan diujikan?