Kolaborasi by: SilverJayz_ (HTM) & jhounebam (Teenfict)
Tahun 1567, era Sengoku, tiada hari tanpa pertumpahan darah, peperangan, semua orang haus akan kekuasaan, demi bertahan hidup.
Namun, aku sebagai seorang gadis berumur 14 tahun yang lemah cukup beruntung karena berada di bawah perlindungan Tokugawa Ieyasu, orang yang menyelamatkanku, dua kali.
Pagi hari masih menyambutku pagi ini, rasa takut masih menghantuiku karena kematian selalu terasa sangat dekat.
Tapi ... untungnya sekali lagi aku diselamatkan Ieyasu-sama. Karena hal ini, aku akan selalu menjadi pengikut setianya.
Namun ... pagi ini saat Ieyasu-sama memanggilku ke ruangannya....
"Pergilah dan jual jasamu kepada orang lain." Ieyasu-sama memberikan sekantung uang kepadaku. Membuatku terkejut setengah mati. Aku diusir?
"A-aku tak bisa menerima ini! Kenapa kau mengusirku?" tanyaku tak terima. "Apa karena aku hanya menjadi beban untukmu?"
"Jelas-jelas aku membebaskanmu. Kau seperti budak karena diselamatkan. Lagipula ... Aku akan memperluas wilayah," jelas Ieyasu-sama tegas.
Itu berarti, akan terjadi perang lagi.
"Biarkan aku ikut bersamamu! Tak apa-apa bila aku dianggap budak atau apapun."
"Mana mungkin seorang gadis 14 tahun akan ikut perang—"
"Aku akan berperang juga, aku akan berusaha." Aku menundukkan kepala, memohon. Ieyasu mendengus tak senang. Aku tahu, dia tak suka sifatku yang bergantung padanya sebagai seorang pengikut yang putus asa. Karena sedari kecil, Ieyasu-sama disandera dan putus asa sepertiku.
"Baiklah, buktikan dirimu kuat, Jeira-san."
Mendengar itu, aku tersenyum bahagia. "Arigatōgozaimasu! Aku akan berusaha!"
~
Aku berhenti menjahit dan mulai berlatih berkuda dan memanah. Ieyasu-sama bilang kalau aku terlalu lemah untuk berpedang. Setidaknya, aku akan melakukan yang terbaik!
Tanganku terluka berkali-kali, terutama karena latihan memanah. Ternyata, itu tak semudah yang kulihat. Namun, Ieyasu-sama mengobatiku dengan obat buatannya.
"Kau bertambah kuat, Jeira-san," ungkapnya di sela-sela mengobati lukaku. Syukurlah!
Hingga, perjalanan memperluas wilayah pun dimulai. Aku dapat merasakan hawa menyeramkan di sekelilingku saat berkuda bersama prajurit lain. Sementara itu, Ieyasu-sama memimpin di depan pasukan.
"Kita akan beristirahat di sini!" Ieyasu-sama memerintah dengan suara lantangnya. Dengan begitu, para prajurit bersiap membuat perkemahan.
Karena aku satu-satunya perempuan, tak jarang prajurit lain menggodaku dan bahkan melimpahkan semua tugas memasak kepadaku. Tapi, aku berharap masakanku kali ini dapat membawa semangat untuk berperang.
Kami tak tahu apakah ini akan menjadi makanan terakhir kami atau tidak.
Sekelebat ingatan terputar di kepalaku. Bagaimana para samurai menyerang wilayah tempat tinggalku. Kini, Ieyasu-sama yang akan melakukan itu.
Rasanya salah, tentu saja. Tapi, ini semua dilakukan demi menggapai perdamaian.
Esoknya, kami hadir di medan perang. Bersedia melawan pasukan lawan dengan membawa bendera klan Tokugawa. Dadaku berdebar-debar, tanganku bergetar sembari memegang panahan.
'Demi Ieyasu-sama. Semoga semuanya selamat, semoga Ieyasu-sama selamat—'
Tiba-tiba aku disuguhi dengan banyaknya anak panah yang melesat dari arah berlawanan. Ini artinya perang sudah dimulai.
Dengan latihan keras ku, aku berusaha untuk memanah pasukan Dewan Lima Tetua yang dibentuk sebelum Hideyoshi meninggal. Teriakan yang terdengar dari pasukan lawan terdengar merdu di telingaku. Memang sudah sepantasnya Tokugawa yang menguasai negeri ini.
Aku tidak boleh lengah. Sekali perhatianku teralihkan, maka bukan tidak mungkin anak panah bisa mengenaliku.
Ah, aku melihat Ieyasu-sama di seberang sana! Tapi sepertinya ia terlihat… kesakitan? Oh tidak.
"Arghh" lenganku telak terkena anak panah. Baru beberapa detik aku memperhatikan Ieyasu-sama. Tapi tidak apa-apa, aku sudah diajarkan untuk menjadi wanita yang kuat, lebih tepatnya, kuat untuk berperang!
Segera aku merobek bajuku untuk menghentikan darah yang mengucur. Setelah itu aku kembali melanjutkan perang.
Perang ini berjalan sangat panjang. Berhari-hari, berminggu-minggu, penuh dengan pertumpahan darah demi daerah kekuasaan.
Tiba-tiba ada sesuatu yang aneh terjadi di tengah pertempuran. Ribuan prajurit lawan berbalik arah dan malah menyerang kubunya sendiri. Ternyata itu adalah pasukan Hideaki Kobayakawa, salah satu pemimpin pasukan Mitsunari.
Aku segera menghampiri Ieyasu-sama.
"Ada apa ini?"aku bertanya.
"Pasukan Hideaki sekarang memihak kita. Kemenangan akan menjadi milik kita!"
Setelah mendengar itu, Ieyasu-sama menyuruhku untuk kembali masuk ke medan perang. Ternyata sebelumnya Tokugawa telah mempengaruhi Hideaki. Sekitar lima belas ribu pasukan Hiedaki telah memihak Tokugawa.
Aku tersenyum simpul. Pintu kemenangan telah terbuka bagi Tokugawa. Aku kembali melanjutkan perang dengan busurku sampai Tokugawa berkuasa atas negeri ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)
Short StoryHasil uji kemampuan gen 6 setelah enam bulan belajar bersama di WGAVerse. Genre apa yang akan diujikan?