Kolaborasi by: allth_ (Fantasy) & chieszstory (Fantasy)
Malam ini bintang sedang tidak bekerja, tersembunyi dibalik awan galap yang tersebar rata. Lukis angkasa yang biasa saja pada malam purnama, entah apa yang membuat sang suram enggan meninggalkan?
Aku berjalan menyusuri kompleks perumahan, suasana malam ini sangat sunyi dan sepi. Was-was akan kejadian buruk malai muncul pada otakku. Aku tinggal seorang diri yang membuat persediaan makanan di rumahku sangat terbatas, itulah yang membuatku nekat keluar untuk mencari sesuatu yang bisa memenuhi perutku malam ini. Hidup sebagai Ghoul pada zaman sekarang sangat menyusahkan.
Diujung jalan aku melihat seekor kucing yang nampak malang, tergeletak lemah tak berdaya dengan mengeongan irih. Aku menghampirinya, dan memutuskan untuk mengakhiri penderitaannya. Aku akui, aku memiliki mental yang lemah apabila berhadapan dengan hal-hal semacam itu. Terapi yang seimbang dengan pemakaian obat-obatan anti-despresi telah membantuku menghadapi hal-hal yang membuat tidak nyaman serta membuat stress.
Keesokan harinya aku memutuskan untuk joging pagi, untuk menjaga diriku agar tetap sehat walaupun rutenya hanya memutar kompleks perumahan. Aku merasa sangat terkejut, ketika pada ujung kompleks aku melihat mobil polisi, ambulan, dan kerumunan orang yang berwajah pucat. Di tengah semuanya, aku bisa menyaksikan sebentang selimut, merah, bak terendam oleh darah, menutupi dimana kucing yang malang semalam terbaring tak bernyawa.
Tak jauh dari selimut itu, aku melihat sebuah sepatu mungil, bernoda darah pula, tergeletak begitu saja di aspal.
Potongan-potongan kejadian menyusup di kepalaku tentang peristiwa semalam di tempat tersebut.
Yang tadi malam terlihat di mataku seperti kucing yang tampak malang, sesungguhnya adalah penjelmaan dari iblis succubus yang terluka. Ketika aku mendekati succubus yang masih berbentuk kucing itu, tiba-tiba ia berubah ke wujud setengah iblis setengah manusia yang luar biasa cantik, menarikku dalam pelukannya, lalu mencoba menghisap jiwaku melalui ciuman.
Hanya butuh beberapa detik sebelum succubus itu mendorong dan menatapku jijik.
“Ah! Sialan! Kenapa harus ghoul yang kutemui di saat seperti ini!” gerutunya.
Ia jelas tidak bisa mengisap energiku. Jiwa ghoul yang tercemar hanya akan membuat para iblis mual.
“Harusnya aku yang berkata seperti itu! Aku sangat lapar! Tidak ada gunanya aku memakan succubus,” balasku.
Rasa laparku makin menyiksa ditambah efek samping dari obat-obatan yang kukonsumsi.
Sepertinya Dewa Iblis menjawab kegelisahan kami. Tiba-tiba saja terdengar suara seorang ayah sedang bermain bersama anak perempuan yang tertawa di balik tembok pagar ujung jalan itu. Tampaknya mereka sedang bermain-main di halaman belakang rumah mereka.
“Hei, ghoul busuk! Culik mereka! Aku tidak bisa bergerak.”
“Kau pikir aku pesuruhmu?”
Namun, tidak kusangka succubus itu akan mengerahkan sisa kekuatannya untuk menghipnosisku. Aku menjadi tergila-gila dan tunduk padanya.
“Bawa manusia-manusia itu!”
Lantas aku berubah ke wujud asli ghoul. Taring-taring dan gigiku mencuat, badanku membesar, dan tulang-tulangku memanjang hingga kulitku robek sana-sini. Secepat kilat kuculik bocah yang tadi suaranya terdengar lalu kupersembahkan mereka pada succubus seperti seekor anjing pemburu yang mempersembahkan hasil buruan pada tuannya.
Si succubus menyihir sang ayah lalu pria itu menggendongnya pergi menghilang ke kegelapan malam.
Sebelum menghilang, succubus memberi perintah terakhir padaku.
“Nikmati gadis kecil itu! Untuk selanjutnya, jangan pernah menahan diri! Menyerahlah pada rasa laparmu!”
Padahal biasanya aku membatasi diri untuk tidak memangsa anak-anak. Namun, di bawah pengaruh hipnosis, aku melepas segala keenggananku.
Aku pun merobek gadis kecil yang ketakutan melihat wujudku. Ia tidak sempat berteriak ketika kepalanya kulepas dari badannya. Aku menikmati setiap tetes darah yang mengalir. Kurobek kulit dari dagingnya lalu kunikmati daging segar itu. Isi perutnya kubuang ke samping karena bukan bagian yang kusuka, tapi otaknya … oh … itu adalah bagian terbaik dari tubuh manusia! Aku meremukkan kepala kecil di tanganku dan kuhisap otaknya perlahan-lahan.
Sudah lama aku tidak sepuas ini! Ternyata anak manusia adalah yang terbaik!
Sirene ambulans mengembalikanku dari ingatan semalam. Aku kembali berjalan dengan langkah ringan. Dunia terlihat lebih indah dari biasanya.
“Persetan dengan obat-obatan depresi itu! Makanan adalah obat yang terbaik!”
Tiba-tiba seorang bocah menabrakku lalu pergi tanpa meminta maaf. Aku melihatnya sambil meneguk liur.
“Bocah itu sehat dan segar.”
KAMU SEDANG MEMBACA
UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)
NouvellesHasil uji kemampuan gen 6 setelah enam bulan belajar bersama di WGAVerse. Genre apa yang akan diujikan?