Terencana

13 2 0
                                    

Kolaborasi by: Niiflaaa (Teenfict) & chieszstory (Fantasy)

Mohon maaf. Peserta atas nama Aulia Khanza dengan nomor peserta 129-2536-738-1117 dinyatakan tidak diterima di SBMPTN LTMP 2018.

Jangan putus asa dan tetap semangat.

Seperti ada aliran listrik yang menyengat di tubuh. Mendadak seluruh tulangku tak bertenaga, air mataku luruh seketika.

Perjuangan masuk ke perguruan tinggi yang aku persiapkan kurang lebih tiga tahun ini hancur berkeping-keping hanya dengan hitungan detik saja.

Remuk, tak tersisa. Duniaku seakan berhenti. Masa depan yang sudah kubangun lenyap begitu saja.

Tuhan tidak adil!

Bagaimana mungkin aku gagal? Padahal seratus persen aku merasa sangat percaya diri kalau akan diterima di perguruan tinggi negeri impian. Berkuliah di sana adalah ekspektasi yang indah dalam list impian.

Aku tak mempersiapkan rencana setelahnya sangking dibilang kalau aku terlalu percaya diri. Ketidakmungkinan yang terjadi sungguh tidak pernah ada dalam bayangan.

Aku menangis sampai air mataku terasa kering. Sudah hampir tiga hari ini aku tidak keluar kamar.

Sungguh, aku sangat malu jika bertemu orang lain bila ditanya diterima atau tidaknya SBMPTN sehingga memutuskanku untuk berdiam diri di kamar.

Tidak makan, tapi minum
Tidak mandi dan hanya tidur di atas kasur sambil meratapi nasib begitu menyedihkannya hidupku.

Melihat sosmed pun percuma, tidak membuat jiwaku tenang malah menambah tekanan.

Postingan-postingan tentang diterimanya mereka memenuhi beranda paling atas dengan komentar ucapan selamat, membuat diriku merasa terkucilkan.

Teman-temanku yang sepertinya tidak berjiwa ambis malah mendapatkan kesempatan itu. Sedangkan aku? Sungguh, lucunya dunia mempermainkan saat aku yang menginginkan malah mereka yang mendapatkan.

Beribu pesan masuk menyerbu ponselku yang menanyakan apakah aku diterima atau tidak, memutuskanku untuk membanting ponsel itu ke lantai hingga menjadi beberapa bagian.

Bahkan bisikan-bisikan yang entah dari mana asalnya sangat tambah mengganggu isi pikiran, bisikan bagaimana kalau aku bunuh diri saja di kamar dan meninggalkan dunia agar bisa menyusul ayah di atas sana.

Berharap jika aku menggantungkan kepala dan semua ketakutan yang ada dalam diriku hilang.

Aku tak pernah membayangkan kalau ditolak PTN impian bisa semenyakitkan ini.

Sebenarnya aku disuruh untuk daftar ke swasta tapi aku tidak mau. Bukannya apa karena memang dari jauh-jauh hari aku tak pernah mempersiapkan ini. Bisa dibilang aku terlalu fokus pada impian hingga melupakan segalanya. Namun, dia malah mengkhianati.

Segala hal dalam hidupku harus terencana!

Dan gagal, tidak masuk dalam rencana tersebut.

Karena keadaanku makin mengkhawatirkan, ayah dan ibu membawaku ke psikolog.

Kami memasuki rumah bercat putih dengan halaman luas yang dipenuhi berbagai jenis tanaman. Rumah itu adalah bangunan kecil yang terpisah dari bangunan rumah utama dan difungsikan sebagai kantor psikolog.

Ayah dan ibu menunggu di kursi tamu sementara aku masuk sendirian ke ruang konsultasi.

Di dalam, ada seorang wanita dengan rambut bergelombang yang duduk di sebuah kursi. Ia menatapku lalu mempersilakanku duduk di kursi kosong yang ada di hadapannya.

“Hai, Nak. Siapa namamu?”

“Aulia Khanza.”

Pembicaraan kami berawal dengan perlahan dan penuh basa basi, setelahnya semakin intens. Aku menjawab pertanyaan dengan emosional, meluapkan segala kegelisahanku, tentang SBMPTN itu, tentang stres ketika rencanaku berantakan.

Kupikir psikolog itu akan memberiku wejangan basi. Harus sabar lah. Harus memaafkan diri lah. Segalanya tidak harus sesuai rencana lah.

Akan tetapi, ia berkata padaku, “apakah kau mau memutarbalikkan waktu?”

Aku tersentak. Ini di luar perkiraan.

“Apakah itu mungkin?”

Si psikolog mengulurkan selembar kertas aneh yang bercahaya merah muda. Ia juga menyodorkan pena bulu usang.

“Kau bahkan bisa menuliskan segala rencanamu sampai tua. Kupastikan setelah kembali ke masa lalu, hidupmu akan sesuai dengan yang kau tuliskan.”

Entah mengapa aku menuruti kata-katanya. Mungkin karena dia psikolog yang jauh dari perkiraanku.

Lantas kutuliskan segala rencanaku hingga hari tua. Segala ambisi-ambisiku. Aku menulisnya sedetail mungkin dan sepenuh hati.

Setelah selesai menulis, seberkas cahaya melingkupiku, membuatku kehilangan kesadaran.

* * *

Selamat. Peserta atas nama Aulia Khanza dengan nomor peserta 129-2536-738-1117 dinyatakan diterima di SBMPTN LTMP 2018.

Apa? Aku diterima?

Tunggu! Aku benar-benar kembali?! Diterima di PTN incaranku pula!

Hidupku pun mengikuti apa yang kutulis di atas kertas aneh itu. Tapi … aku menyesal.

Sebulan setelah pengumuman, seorang teman mengajakku untuk ikut tes beasiswa ke luar negeri. Namun, aku menolak. Ia kemudian lulus tes dan berkuliah ke luar negeri. Aku hanya melihat foto-fotonya di luar negeri dengan getir.

Setahun setelahnya, aku merasa muak dengan jurusan yang kupilih. Ini bukan yang kuinginkan. Namun, nasi sudah menjadi bubur.

Aku pun kerja di perusahaan impianku. Namun, saat pandemi melanda, perusahaan itu bangkrut. Kebangkrutan perusahaan yang sangat stabil tersebut mengejutkan banyak orang.

Aku melamar ke mana-mana, tapi tidak ada yang menerima. Apakah karena itu di luar rencana hidup yang kutulis?

Meski demikian, aku menikah dengan pria impianku. Hidupku pun kembali membaik. Segalanya sempurna seperti yang seharusnya. Aku kembali bahagia. Kebahagiaanku bertambah dengan hadirnya anak-anak yang lucu. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Kami sekeluarga kecelakaan akibat aku memaksakan berangkat tepat waktu sesuai rencana padahal suamiku sedang tidak enak badan. Suamiku kehilangan konsentrasi lalu mobil kami memasuki jurang.

Mengapa hidupku begini? Padahal segalanya sesuai rencana hidupku. Bukankah rencanaku sudah sempurna? Kalau saja aku tidak mengisi kertas aneh itu, mungkinkah jalan hidupku akan berbeda? Tidaaaakk! Aku ingin kembali!

* * *

Aku menutup aplikasi wattpad. Cerita tentang seorang gadis yang menyesal karena hidupnya mengikuti rencana yang ia buat telah menamparku.

Aku beralih menatap pengumuman kelulusan.

‘Mohon maaf. Peserta atas nama Aulia Nurfadila dengan nomor peserta 129-2536-738-1118 dinyatakan tidak diterima di SBMPTN LTMPT 2022.’

Yah … tidak lulus sepertinya tidak buruk juga.

UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang