Pemandu Jiwa Sesat

3 1 0
                                    

Kolaborasi by: HIriudiumSeagull (Romance) & PatriciaAnggi (Science Fiction)

Jam ditanganku menunjukkan pukul tengah malam. Peronda malampun sudah tak tampak lagi batang hidungnya. Yah wajar saja, tidak ada yang ingin beronda lama-lama saat ada jenazah baru yang dikubur.

1 jam sebelumnya, Pak RT mengetuk pintu rumahku. Suara-suara terdengar dimakam yang baru saja dikubur. Dan karena itu aku berakhir disini. Didepan makam baru dengan tangisan wanita.

"Permisi, perkenalkan saya Gandra, saya adalah penenang jiwa yang akan membantu anda agar bisa pergi dengan tenang."

"KELUARKAN AKU. AK..AKU..TIDAK INGIN MATI!!"

Haahhh...tidak ingin mati? Ucapan yang selalu kudengarkan sepanjang pengalaman menenangkan jiwa-jiwa peronta yang sesat.

"Maaf Nona Serina, anda telah mati. Magriban tadi keluarga anda telah menguburkan anda disini. Kini anda hanyalah arwah yang tersesat. Aku akan membantu--"

"BAJINGAN SIALAN! AKU BELUM MATI! KANKUKEJAR KAU JIKA AKU BENAR-BENAR MATI! OHOKK...OHOKK! TO.. LONG..  SANGAT.. PENG.. AP.. DISINI!" Potongnya menghardikku.

Astaga. Gandra...sabar...

"Hiks.. Tidak mungkin aku mati." Sahutnya lagi.

"Mungkin saja. Jika tuhanmu berkehendak." Cobaku menghiburnya.

"Tuan penenang jiwa, kalo memang aku sudah mati maukah kau menemaniku disini...? Aku..sangat...takut"

Aku mengangguk. Siapa tau dia bisa melihatku, kan?

"Ya, aku akan menemanimu dan mendengarkan keluh kesahmu hingga kau damai dalam kegelapan." Sampaiku.

"Kau tau, aku..seorang presdir perusahan. Banyak orang mendekati. Dan banyak yang jahat. Tidak ada yang bisa dipercaya. Bahkan keluarga. Tapi pria itu berbeda."

Oke. Cerita romansa jiwa tersesat dimulai. Dan lagi-lagi genre romance mulai bisa kucium.

"Aku mengasarinya. Memberatkannya. Menyudutkannya. kukira..dia.. pria..yang..mengincar..kekayaanku...tapi..."

Suara itu terhenti. Aku dengan sabar menunggu..apa sesi curhat ini telah berakhir?

"..Tapi..ah...disini sesak sekali..."

Ohh masih lanjut.

"...Tuan Penenang jiwa, jika kau bertemu dengannya, bisa kau sampaikan ucapanku?"

"Ya. Insyaallah kalo ketemu." Balasku.

Suara isak yang samar membuat hatiku ikut bersedih. Perempuan yang malang.

"Tolong..katakan..aku..mencintainya...dan...maaf.." Pintanya.

Aku menemani jiwa Nona Serina yang akhirnya telah pergi pukul 3 dini hari. Nona Serina telah tenang. Dan akupun pulang. Tapi baru 3 jam aku menutup mata, sebuah gedoran kasar terdengar dari pintu rumahku.

"Ya, kenapa ya pak?" Ucapku melihat Pak RT dengan wajah pucat dan gemetar.

"P-pak... tadi malam anda berbicara dengan.. makam baru disana, kan ya?" Ucapnya menggagu.

Aku memgangguk. "Iya pak. Udah. Jiwanya juga udah tenang."

Wajahnya semakin panik. "Kayanya bapak harus ikut polisi, Pak."

Kini aku yang menjadi panik. "Lah. Kenapa, Pak? Saya salah apa, Pak?"

"Pak Gandra...makam yang semalam bapak bantu tenangin arwahnya itu barusan dibongkar atas permintaan pria namanya Michael... tadi pria itu histeris, wajahnya merah, wisss kaya oranh gilaa saya liat!! Eh, ternyata itu kasus pembunuhan pak!! Keluarganya si wanita sekarang ditahan polisi!"

Kepalaku berdenyut menelan informasi Pak RT. Tunggu...itu..berarti?!

Pak RT-pun lanjut mengoceh didepanku tanpa memedulikan mataku yang hampir keluar dari rangka.

"Pantas kita dengar teriakan, ternyata yang didalam masih idup!! waktu di konfirmasi sama ahli forensik, kabar-kabarnya, tubuh wanita itu udah meninggal beberapa jam yang lalu, mungkin tengah malam tadi, Pak!"

Astaga. ASTAGA!!

"Kalau begitu, aku akan menemui profesor Tama," ujarku.

Hanya dia yang bisa menyelamatkan Serin. Profesor Tama adalah ilmuwan paling gila yang pernah kutemui. Kukatakan, dia bisa membangkitkan orang mati dan memorinya dengsn bantuan teknologi.

Aku segera menemui profesor Tama di laboratoriumnya dan beliau setuju dengan permintaanku. Profesor Tama meminta sample rambut jenazah dan mengambil DNA-nya.

"Hmm... Sulit. Tubuhnya sudah tidak bisa menerima jiwa. Dia membutuhkan tubuh baru."

Profesor Tama menyuruh anak buahnya membawa jenazah baru, seseorang yang tidak kukenal, tapi cantik. Profesor Tama menanamkan DNA Serina padanya, dan entah bagaimana caranya. Banyak kabel-kabel di tubuh kedus jenazah itu, dan tiba-tiba, salah satunya membuka mata.

"Se-serina?" Panggilku.

"Ya, ini aku."

"Pemindahan jiwa telah berhasil," kata Profesor Tama.

"Jadi, jika ini kasus pembunuhan... Siapa yang mencoba membunuhmu, Serina?" tanyaku.

Serina menunduk, lalu menatapku dengan sendu, "Michael, ayah tiriku. Dan ... Jika kamu mendengarku malam itu, aku juga tidak akan mati."

Jantungku seperti tertohok. Aku memang tidak mempercayainya waktu itu. "Ma-maafkan aku."

"Sebagai gantinya, kau harus mau membantuku memenjarakan pria itu."

Yah ... Sudah bisa kutebak. Dia pasti menuntutku membantunya. Aku hanya setuju saja.

Ah, merepotkan sekali  berarti, aku harus merelakan waktu rebahanku.

***

UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang