Peti Terlarang

11 0 0
                                    

Kolaborasi by: PatriciaAnggi (Science Fiction) & AlmayNadia15 (Teenfict)

Garagan Magic School, sekolah sihir di mana aku menimba ilmu saat ini sedang merayakan diesnatalis. Selama sebulan penuh, kami mengadakan event-event seru seperti pertandingan olahraga antar kelas, stan bazaar, cerdas cermat, lomba cipta mantra, adu kekuatan sihir, pentas seni, dan lain-lain.

Namaku Tara dan aku dari dunia lain. Aku berkata sesungguhnya, aku memang dari dunia lain. Ayahku seorang ilmuwan di tahun 2095. Dis menciptakan sebuah dunia fiksi dengan menggunakan sistem komputer untuk membentuk dunia yang diinginkan anak satu-satunya ini. Dunia fiksi yang diciptakan ayah, salah satunya dunia sihir Garagan.

Dengan metode seperti game simulasi, aku bisa masuk ke dunia ini dengan berbagai avatar.

Jadi, benar kan aku dari dunia lain?

Aku memasuki Garagan School, bertemu dengan karakter lain. Mereka sama seperti manusia biasa, dunia ini begitu nyata. Seperti saat ini, sibuk mondar-mandir mengurus perlengkapan bazaar kelas. Ketika melewati gudang belakang, pintu kayu yang reot itu seolah memanggilku. Aku memasuki gudang itu dan menemukan sebuah peti kecik yang terkunci. Dengan tongkat sihir, aku merapal mantra dan membuka gembok peti itu. Seketika peti itu terbuka dan asap putih memenuhi gudang. Aku mundur cepat-cepat dan jatuh terduduk.

“Hei! Apa yang kau lakukan?” teriak salah satu guruku yang memergokiku.

Setelah asap berangsur-angsur menghilang dan guruku itu melihat peti terbuka, wajahnya diliputi ketakutan. “Astaga! Kau sudah membuka segel peti terlarang!”

Hah? Apa? Terlarang?

“Ayo cepat pergi dari sini!” Mr. Thompson, guruku itu menarik tanganku.

“Sebenarnya, apa yang terjadi?” tanyaku.

Mr. Thompson menatapku tajam dan berkata, “Kau dan sekolah ini akan dalam bahaya. Lebih parahnya, kita semua bisa mati.”

Aku begitu terkejut mendengar jawaban Mr. Thompson tadi. Langkahku berusaha dipercepat agar bisa mensejajarkan laju. Begitu sampai pintu gudang, guru dari mantra obat-obatan itu segera merapalkan beberapa mantra sihirnya sehingga pintu itu tertutup dengan sangat rapat.

"Mr. Thom, sebenarnya apa yang ada dalam peti itu?"

Guru yang kutanya tidak menjawab, ia malah menarik tanganku lagi untuk ikut ke ruangannya.

"Tara, apa kau sudah membaca peraturan di sekolah ini?"

Pertanyaan itu kuangguki dengan cepat.

"Lalu kenapa kau masuk ke ruangan rahasia itu? Apalagi kau sempat membuka peti tadi."

Aku menelan ludah. Naluriku bisa merasakan amarah dari pria yang sedang duduk di depanku. Aku menyesal belum hapal mantra penghilang ingatan yang diajarkan Ruby kemarin.

"Se-sebenarnya, saya tidak sengaja masuk ruangan tadi. Saya hanya ingin mengambil perlengkapan bazar, tapi tiba-tiba ada yang memanggilku, lalu--" Suaraku terhenti ketika Mr. Thompson memukul meja dengan sedikit keras.

"Sudah! Apapun alasanmu, jangan pernah kembali ke tempat itu lagi. Mengerti?!"

"Mengerti, Mr."

Aku segera keluar dari ruangan guru setelah mendapat izin dan memilih untuk kembali ke asrama. Sepanjang jalan, otakku hanya memikirkan tentang makhluk yang kulihat di peti itu. Memang belum sepenuhnya terlihat, namun aku bisa merasakan aura yang berbeda.

Belum sampai gerbang asrama, kuhentikan langkah di salah gazebo samping taman sekolah. Kupandangi langit yang sedikit mengabu seraya memainkan tongkat sihirku sampai membentuk sebuah lukisan indah di sana.

"Kalau peti itu terlarang dan berbahaya, mengapa masih disimpan di sekolah? Dan makhluk apa itu?" gumamku menghentikan kegiatan. "Apa aku bertanya pada ayah? Mungkin dia bisa membantuku melihat makhluk itu."

Aku berhenti bermonolog setelah menyadari sesuatu. Tanpa memikirkan apapun lagi, aku segera berlari ke gudang bawah, ke tempat peti itu berada. Bukan! Aku tidak bermaksud untuk membuat sekolah ini dalam bahaya, malah aku ingin menyelamatkan banyak nyawa.

Aku baru ingat, kalau peti tadi belum terkunci. Aku yakin, makhluk itu bisa keluar lewat jalan manapun.

Sesampainya di sana, aku memastikan situasi terlebih dahulu. Takut kalau ada yang memergoki diriku lagi. Begitu semuanya kurasa aman, aku langsung mengulangi mantra yang diucapkan Mr. Thompson tadi hingga pintu itu berhasil terbuka.

Benar saja. Peti itu sudah kosong. Bahkan asap yang sempat mengepul tadi sudah hilang tak bersisa.

"Kemana perginya?" Aku mencoba untuk mencari keberadaan makhluk dalam peti itu seraya memajukan tongkat untuk antisipasi. Bukannya menemukan sosok itu, telingaku malah mendengar suara kegaduhan di luar gudang.

Aku berlari keluar dan berhenti beberapa meter dari aula utama. Mulutku terkunci setelah melihat asap putih tadi sudah memenuhi seluruh kawasan.

"Bodoh Tara! Kenapa kau biarkan makhluk itu keluar?" Aku memaki diri sendiri.

Kini aku baru sadar, sosok itu berhasil keluar saat aku membuka pintu itu kembali.

UNBK (Ujian Nulis Bersama Kawan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang